16.1.18

Ketika Anak (Sebaiknya) Tinggal Kelas


"Emang sebego apa sih sampai tinggal kelas?"

Itu pertanyaan yang paling mungkin dilontarkan ketika melihat ada anak yang tinggal kelas. Padahal anak tinggal kelas bukan karena bego, soalnya nggak ada tuh anak bego di dunia ini. Yang ada adalah anak yang tidak/belum terfasilitasi kecerdasannya. Ya ibarat kata monyet dianggap bego karena nggak bisa berenang, soalnya dia kan pinternya manjat, tapi kemampuan memanjatnya nggak dievaluasi, jadi dianggap bego aja si monyet.

Sekolah di Indonesia secara umum memang masih menekankan pada satu kecerdasan tertentu yang lalu dievaluasi secara merata ke semua anak. Jadi, anak harus mempunyai kecerdasan emosional untuk bersaing di sekolah. Kalau anak kita termasuk pintar di sekolah, bersyukurlah. Tetapi tidak semua anak bisa. Selalu ada urutan buncit di kelas. Saat ada anak yang mendapatkan nilai 100, mungkin akan ada anak yang hanya mendapat nilai 20. Kalau yang dapat nilai 20 ini tidak memiliki kecerdasan emosional yang baik, apalagi bila ditambah dengan omelan dan tuntutan orang tua, maka bukan nggak mungkin anak ini akan benci sekolah.
***
Kisah ini merupakan lanjutan dari:
Ketika Hijrah ke Jogja Lagi...

Kekhawatiran kalau Ais bakalan malas sekolah adalah yang aku rasakan terhadap Ais saat ini. Di sekolah baru ini, Ais memiliki kemampuan belajar di bawah teman-temannya. Sebenarnya aku sangat maklum dengan kondisi ini, karena usia Ais dibawah teman sekelasnya dan Ais tidak menyelesaikan TK, karena saat di Palembang aku memutuskan langsung memasukkan Ais ke SD.

Saat mendapati nilai pelajarannya yang tidak memuaskan, aku hanya tahan diri. Aku pikir dengan aku membiarkannya dan terus menyemangatinya belajar itu akan lebih baik untuk kepercayaan dirinya. Tetapi ternyata secuek apa pun anak cowok, tetap saja dia punya rasa tidak mau kalah. Ada rasa malu ketika nilainya di bawah teman-temannya. Tetapi untuk memaksanya bisa menyamai kemampuan teman-temannya juga bukan hal yang bijak. Aku tak ingin merenggut masa bermainnya dengan memaksanya terus belajar (dan lagi apa faedahnya bila nanti kemampuannya sudah sama dengan teman-temannya, ya kan?)

Lalu aku disadarkan pada banyak contoh anak yang masuk sekolah di usia dini. Iya, mereka mampu beradaptasi dengan baik, tapi kemampuan mereka nggak maksimal. Ada yang bertahan dengan kemampuan rata-rata. Parahnya, beberapa kemudian tumbuh menjadi anak yang minder (karena merasa kurang dibanding teman-temannya). Aku kemudian berpikir untuk memindahkan Ais ke sekolah lain dan mengulang lagi kelas 1 SD. Jelas ini bukan keputusan yang mudah dan nggak bisa main-main. Psikologis anak dipertaruhkan. Beberapa beranggapan kasihan nanti anaknya malu. Hmm, mungkin lebih tepatnya orang tuanya yang malu ya? Masak mendidik anak gak becus sampai harus tinggal kelas begitu? Biarin lah. Aku pikir aku memang harus mengakui kesalahanku menyekolahkan SD di usia dini.

Sebelumnya: Memilih (Jenjang) Sekolah

Lalu, kalau pun ada yang membesarkan hatiku dengan mengatakan kalau Ais itu mampu naik kelas, jujur dalam hati aku mengiyakan. Secara kemampuan aku percaya Ais mampu, tetapi akan lebih mampu lagi bila dia sekolah sesuai dengan umurnya. Karena ini bukan hanya perkara mampu mengikuti pelajaran sekolah saja, tetapi juga mampu secara emosional. Mampu bertanggung jawab kalau belajar itu kebutuhan. Mampu membagi waktu kapan harus bermain dan kapan harus belajar. Mampu bangun pagi dan bersekolah dengan gembira. Aku yakin tahun depan kemampuannya ini akan berkembang dengan lebih baik. Semoga bila Ais nanti harus tinggal kelas adalah keputusan yang benar. Aamiin.

Ais, maafkan ibu karena harus berpindah-pindah domisili sehingga Ais harus pindah-pindah sekolah juga. In sya Allah tahun depan nggak pindah-pindah sekolah lagi. Aamiin. (Mamaknya baper)

2 komentar:

  1. malah skrg ini, anak2 nilainya (dipaksa) digede2in (setelah otda). dulu... waktu saya masih sklh, nilai ya nilai asli, murni, skrg mah beda

    BalasHapus
  2. Ngeri ya..sejak sekolah diajarkan nggak jujur itu berarti..moga2 anakku gak harus ngalami itu..aamiin

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...