19.1.18

Sekolah Dasar Negeri vs Sekolah Dasar Swasta


Disclaimer, ini murni pengalaman pribadi dan nggak ada tendensi apa-apa dalam artikel ini. Dan sekolah disini dikhususkan membahas tentang sekolah dasar.

Sebelumnya: Memilih Sekolah

Sebenarnya, aku malas sih harus mikir macem-macem soal pendidikan anak. Kayaknya mah dulu zamanku dan suami kecil, sekolah yang penting dekat sama rumah. Nggak ada tuh ortu survei sana sini sampai kudu istikarah milih sekolah buat kita. Sampai Ais sekolah SD di Palembang juga kayaknya niat nggak niat gitu surveinya. Tapi ya Alhamdulillah langsung klik sama sekolahannya.

Yang jadi pertimbangan kemarin adalah mau sekolahin Ais ke SD Negeri atau SD Islam (SD Swasta)? Berhubung umur Ais masih sangat belia, jadi opsi SD Negeri dicoret. Gampang to? Nggak perlu galau banyak pilihan. Yang penting sediakan saja dana yang cukup buat memasukkan Ais ke sekolah swasta. Duit ada, rebes masalah. Dan kenyataannya memang seperti itu. Sebagai orang tua aku puas dengan pelayanan SD swasta tempat Ais sekolah. Ais juga sangat nyaman di sekolahan ini.

Tapi, tengah tahun ini ada yang harus berubah. Kenyataan membawa aku dan Ais harus hijrah ke Jogja lagi. Dan itu berarti Ais harus pindah sekolah. Ya gampanglah, Jogja kota pelajar, cari sekolahan aja yang dekat rumah, pasti juga bagus. Pilihan pertama mencoba daftar ke SD akungnya dulu. SD Negeri nih, kira-kira bisa masuk nggak ya Ais?

Pucuk dicinta ulam tiba. Ternyata masuk SD Negeri di tengah semester lebih gampang daripada masuk di awal tahun. Seriusan deh! Nggak ada tuh seleksi umur atau yang lain-lain. Pokoknya selama ada formasi ya masuk aja. Gurih to? Si mamak jadi ongkang-ongkang kaki aja. Masalah sekolah udah beres nih, malahan bisa hemat biaya SPP karena di SD Negeri kan geratisss. Tapiii, ternyata drama itu dimulai. Ada beberapa hal yang berbeda antara SD Negeri dan SD Swasta. Pertimbangan perbedaan ini yang membuat orang tua harus berpikir betul-betul dalam memilih sekolah dasar anak. Jangan sampai salah pilih dan menyesal. Soalnya pendidikan dasar ini nantinya akan menjadi pondasi pendidikan di jenjang berikutnya.

1. Masalah biaya

Soal biaya jadi komponen pertimbangan yang penting. Kalau memang sudah mengalokasikan dana dengan jumlah tertentu untuk sekolah anak, ya bisa memilih sekolah swasta dengan harapan anak akan lebih diperhatikan dan sebagai orang tua kita tidak segan request ini itu ke sekolah. Yah, namanya juga peralihan masa TK, biasanya anak belum mandiri 100% dan butuh bantuan guru untuk beberapa hal.

Tapi, sekolah di SD Negeri bukan tanpa biaya juga lo. Karena yang gratis kan SPPnya. Untuk seragam, buku, dan alat tulis, ya tetap harus biaya sendiri dong.

2. Masalah komunikasi guru-orang tua

Kalau di sekolah swasta, umumnya para guru dipersiapkan untuk bisa melayani orang tua murid dengan sebaik-baiknya. Perbandingan siswa yang diajar juga lebih sedikit dibanding SD Negeri. Jadi nggak heran kalau guru di SD swasta terlihat lebih friendly menjalin komunikasi dengan orang tua murid dibandingkan SD Negeri. Ya, guru SD Negeri yang friendly juga banyak, tetapi kultur di SD Negeri membuat orang tua murid tidak bisa terlalu akrab dengan wali kelas. Kalau di SD Swasta, gurunya inisiatif buat grup WA, kalau di SD Negeri, ya urus diri sendiri aja, kecuali ada orang tua murid yang inisiatif bikin grup WA sendiri (pengalaman sementara ini sih begitu)

3. Masalah pendekatan personal guru-murid

Masih kaitannya dengan nomor 2. Karena murid SD Swasta dalam sekelas biasanya dibatasi, maka perhatian guru ke tiap anak bisa maksimal. Setiap anak dapat diperhatikan secara personal. Orang tua dapat mengandalkan guru dalam memperhatikan anaknya selama di sekolah. Kalau di SD Negeri, nggak selalu kita beruntung dapat wali kelas yang care sama setiap anak didiknya. Dengan murid yang relatif lebih banyak, biasanya guru sudah kehabisan mengejar waktu menyelesaikan pelajaran ketimbang memperhatikan perkembangan tiap anak. Ya tetap diperhatikan sih, tetapi tidak intens.

4. Fasilitas sekolah

Ono rupo ono rego. Dengan biaya masuk dan SPP yang relatif besar, nggak heran kalau fasilitas di SD Swasta lebih ciamik dari SD Negeri. Tapi fasilitas kelas SD Negeri juga banyak yang sudah bagus.

5. Kegiatan tambahan/ekstrakulikuler

Nah ini yang kemudian jadi pertimbanganku kembali memasukkan Ais ke SD swasta. Ketika di SD Negeri, maka Ais akan menjalani proses belajar mengajar secara umum. Tetapi pengembangan bakat dan minatnya tidak terfasilitasi dengan baik. Resikonya kalau di SD Negeri, orang tua harus proaktif mencari tahu les2an di luar sesuai minat dan bakat anak. Optional sih, cuma lebih baik kan kalo minat dan bakat anak diarahkan semenjak dini.

Sebelumnya: Ketika Anak (sebaiknya) Tinggal Kelas
Masa SD sejatinya anak masih banyak bermain dan mempelajari hal-hal di luar akademis. Memperkaya anak dengan berbagai hal di luar pelajaran akan membentuk pola pikir anak ke depannya. Masa SD bukan masa berlomba-lomba mengejar nilai pelajaran, karena pintar saat SD belum menjamin pintar di jenjang selanjutnya. Mempersiapkan anak pintar secara emosional lebih penting. Nah, gimana caranya tuh bida bersinergi dengan support system agar anak bisa terasah kepintarannya, tak hanya secara akademis tetapi juga emosional.

Jadi, pilih negeri atau swasta? Apa pun pilihannya, pendidikan di rumah tetap yang terpenting. Setuju?

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...