15.1.23

Taliwang pemersatu tali silaturahmi

 

Fabbiayialairobbikumatukadziban...

Alhamdulillah..

Tak henti-hentinya aku bersyukur karena diberkahi lingkungan tempatl mengira bakal dapat perumahan yang masjidnya besar, jalannya lapang, dan tetangganya asyik begini. Sebenarnya sih bukan tetangga yang jaraknya dekat dengan rumahku sekarang, tapi masih satu komplek dan kalo dihitung belum berjarak 40 rumah kok. Hehe.

Awalnya aku hanya dekat dengan salah satu tetangga yang jadi langganan jus jambu. Kebetulan ibu ini memang cukup senior di perumahan. Dan di perumahan ini ada tradisi 'sambelan' alias ngumpul bareng sambil ngobrol. Kalo orang mikir kita ghibahin orang, ya nggak salah sih, tapi orangnya itu ya diri sendiri. La urusan sendiri aja ribet, ngapain ghibahin orang lain?

Kumpulan emak kudu produktif

Kebersamaan ini Alhamdulillah berlanjut dan semakin dekat. Kebetulan salah satu dari kami itu wonder woman. Masak-masak pinter, punya kendaraan dan berani nyertir kemana-mana (nggak penakut dan mageran kayak aku), dan satu hal yang  aku teladani dari beliau adalah keikhlasannya berbagi. Dia punya anak empat tapi masih sempat mengelola TPA dan itu tanpa dibayar, kalau ngumpul dia mau repot masak. Bener-bener warm as an angel. Nah,karena kelihaiannya memasak, aku jadi ketagihan sama masakannya. Salah satu yang selalu terbayang adalah ayam taliwang buatannya. Rasanya luar biasa dan tidak ada yang menandingi. Mungkin karena beliau asli Sumbawa. Nah, bisa masak ayam taliwang boleh dibilang #ResolusiKuliner ku, karena suami juga suka banget sama olahan ayam ini. Taliwang pemersatu tali silaturahmi. Karena gara-gara menu ini, orang satu komplek bisa berkumpul. Saat itu tahun baru dan bikin menu bakaran sepertinya seru. Akhirnya dimasaklah ayam taliwang bakar. Bumbu taliwang digunakan untuk ungkep ayam dan saat airnya mulai habis, langsung dibakar atau dipanggang.

Saat itu kita jalan seadanya aja. Nggak ada budget khusus dari kas perkumpulan warga. Pokoknya saling bawa makanan saja. Yang dimasak di tempat hanya ayam taliwang dan sosis, karena seru kan bebakaran begitu? Nggak berlebihan kan kalau kubilang ayam taliwang ini menjadi pemersatu silaturahmi warga perumahan, karena memang kenyataannya seperti itu.

Kenapa sih istimewa sekali?

Bumbu taliwang sangat spesial karena rasanya yang pedas berbumbu. Mengungkep ayamnya menggunakan santan sehingga gurihnya tidak diragukan lagi. Bila tidak suka pedas bisa menggunakan cabai merah saja. Yang jadi rahasia kenikmatan bumbunya adalah adanya ati ampela yang dimasukkan bersama dalam ungkepan ayam. Untuk penyajiannya akan lebih komplit bila ditambahkan plecing kangkung. Benar-benar menu yang bikin boros nasi.

Taliwang selesai diungkep

Ayam taliwang awalnya aku pikir berasal dari Lombok. Karena bumbunya cukup pedas. Tapi ternyata aku salah, karena ayam taliwang berasal dari daerah Taliwang, Sumbawa Barat. Saat itu ada kerajaa  yang berkuasa

Taliwang pemersatu tali silaturahmi. Menurut sejarah, ayam taliwang saat itu hadir sebagai makanan perdamaian antara Kerajaan Selaparang, Lombok dengan Kerajaan Karangasem, Bali. Saat itu ayam dikirim oleh kerajaan Taliwang sebagai permintaan perdamaian kepada Kerajaan Selaparang. Permintaan perdamaian ini dikarenakan peperangan yang terjadi semakin sering dan tidak sedikit nyawa yang lenyap sia-sia akibat peperangan tersebut. Misi ke Lombok ini adalah membawa prajurit saja pemuka agama, juru kuda, dan koki-koki andalan. Koki-koki ini selalu menyiapkan ayam Taliwang untuk para prajurit yang bertugas. Seiring berjalannya waktu para prajurit pun berbaur dengan masyarakat suku Sasak.

Dari interaksi tersebut pada akhirnya suku Sasak bisa mencicipi enaknya ayam Taliwang dan mereka saling berbagi ilmu tentang cara pengolahannya dengan memanfaatkan bumbu-bumbu sederhana.

Taliwang bukan sembarang Taliwang. Karena perjuangan menghadirkan ayam bakar taliwang saat tahun baru butuh usaha yang lebih. Pertama karena kita baru mulai mengumpulkan bahan untuk diolah saat sore hari, padahal malam sudah harus matang. Apesnyas, kita nggak dapat ayam segar, adanya hanya ayam beku. Awalnya aku sangsi, apa bisa setelah magrib sudah bisa diolah, padahal ayam masih kondisi beku gitu. Belum lagi bumbu dapur dan ubo rampe bebakaran yang tidak tersedia lengkap di warung yang kami datangi. Alhamdulillah karena rutin ganti air , akhirnya berhasil juga ungkep ayam bumbu taliwang sebelum Isya.

Setelah Isya, tetangga di perumahan mulai berdatangan. Walaupun tidak semua yang datang membawa makanan, tetapi makanan yamg tersedia cukup untuk begadang sampai pagi.

Ayam bakar endulita

Disengaja atau tidak, posisi duduknya menyesuaikan usia. Ada rombongan bapak-bapak, rombongan anak-anak, dan rombongan emak-emak. Yang repot tentu saja rombongan emak-emak. Tetapi, lelah itu seperti lenyap kala melihat banyak yang memuji masakan kita, ya kan?

Sampai akhir 2022 belum kesampaian nyobain bikin ayam taliwang sendiri, karena kesibukan dan memang praktis tinggal pesan ya. Ngelesnya sih berbagi rezeki. Hehe..

IDFB Blog Challenge

Indonesian Food Blogger

1 komentar:

  1. Punya tetangga kayak gini memang wah banget sih apalagi keinginan juga terwujud, susah nyarinya. Ditambah lagi kuliner yang menyatukan, pas banget dijadikan momen menyambung silaturahmi. Jadi tergiur sama ayam bakarnya, terima kasih sharingnya!

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...