15.10.15

Kado 1 Suro: Liburan yang gagal dan kearifan masyarakat Ponorogo

Alhamdulillah, liburan tahun baru Islam ini Ais bisa ketemu ayahnya. Walau Ais dan ibu harus berangkat ke Ponorogo, tapi Alhamdulillah tetap harus disyukuri. Liburan yang disinyalir(halah) bakal jadi liburan ekspres ini rupanya tidak hanya ekspres tapi juga gagal! Gimana ceritanya coba???


Pagi itu kami sekeluarga menuju Indomaret Jetis, mau pesan tiket kereta api esok hari (kalau sudah kurang dari 48 jam nggak bisa pesan via online soalnya). Ceritanya ibu sama Ais males kalau harus naik travel yang lama dan sempit, maunya naik kereta aja biar Ais bisa lari-larian, haha! Selain luas, naik kereta juga lebih cepat, kekurangannya cuma karena harus ke Madiun, karena stasiun kereta terdekat dari Ponorogo, ya Madiun. Kami pun berencana pesan tiket kereta dengan waktu yang kalau bisa bersamaan dengan jadwal kereta ayah ke banyuwangi.

Tapi, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Saat ayah sedang melaju tenang di seputaran jalan aspal Ngasinan, tiba-tiba dari arah kanan masuk sebuah motor bermuatan tahu dengan pengemudi ibu paruh baya, ayah sudah berusaha memberi isyarat klakson ke si ibu, tapi klakson mobil mbahkung agak susah ditekan, jadi sebelum si ibu sadar ada mobil di belakanganya, ibu itu langsung saja melenggang masuk ke jalur mobil kita dengan kecepatan pelan.
Hukum tumbukan pun berlaku, dimana kecepatan mobil ayah yang cukup kencang, dengan kecepatan motor si ibu yang pelan akhirnya bertemu pada satu titik pada satu waktu,

BRAK

Pemandangan dari dalam mobil seketika putih. Tahu. Ya..mobil mendadak bermandikan gumpalan tahu. Ayah terlambat untuk mengerem dan bumper kanan terlanjur menabrak gerobak si ibu. Seisi gerobak hancur berantakan! Si ibu walau tak tertabrak tapi beserta motornya sempat terseret. Aku yang duduk di belakang langsung shock. Langsung aku ke depan dan memeluk Ais yang duduk di depan. Alhamdulillah anakku nggak kenapa-napa. Tapi jujur aku masih lemas ngebayangin apa yang terjadi sama si ibu. Aku lihat jilbabnya berdarah. Ya Allah, haruskah kami melukai orang seperti ini?
Aku sadar ini teguran buat ayah agar tidak ngebut di jalan. Tapi, kenapa harus orang lain yang menderita?

Di saat genting begini aku memilih diam. Aku nggak tahu harus bagaimana. Beruntung Ais tidak mengalami trauma, mungkin aku yang justru mengalami trauma, secara psikologis, haha! Beruntung mobil tidak mengalami kerusakan mesin, hanya rusak bumper depan dan lampu. Elektrik lampunya juga masih baik. Jadi si ibu yang tertabrak bisa kami bawa ke puskesmas terdekat dahulu.
Sepanjang pemeriksaan, aku terus berdoa, semoga saja si ibu tidak mengalami patah tulang. Barusan adekku patah tulang dan biaya berobatnya sangat mahal, belum ngilu-sakit yang dialami selama masa penyembuhan. Nggak kebayang kalau ibu paruh baya ini yang mengalaminya. Setelah diobati di puskesmas, si ibu dirujuk ke RSUD Muslimat, yang berada tidak jauh dari puskesmas. Alhamdulillah, penanganan di RSUD ini relatif cepat, padahal kami belum mengeluarkan sepeser rupiah pun, si ibu juga nggak punya BPJS.

Ayah mengikuti jalannya pemeriksaan sampai ke tahap rontgen. Rontgen dilakukan seluruh badan, mengingat si ibu ngeluh sakit di sekujur tubuh. Sembari menunggu hasil rontgen, kami tak henti berdoa, semoga tidak terjadi kemungkinan terburuk yang kami bayangkan. Alhamdulillah, hasil rontgen cukup menggembirakan, tidak terlihat ada patah di tubuh si ibu. Setelah si ibu dapat kamar untuk rawat inap, kami sekeluarga pamit sama keluarga si ibu. Sebelum pulang ke rumah, kami masih tanggungan nyuci mobil yang penuh dengan sisa tahu dan memastikan motor si ibu di bengkel.

Namanya kecelakaan pastilah apes, tapi banyak sekali 'untungnya' dan 'Alhamdulillah'nya. Kenapa?

1. Untung kami semua tidak ada yang mengalami cedera berarti(even si ibu harus dirawat inap, tetapi sebenarnya hanya pemulihan trauma saja, sama gara-gara di-ronten seluruh tubuh, jadi ketahuan kalau si ibu ada batu ginjal).

2. Untung kecelakaan terjadi di daerah pedesaan Ponorogo. Semua dengan tulus membantu saat ada yang mengalami musibah. Mulai dari ibu pemilik warung yang mau menemani ibu yang mengalami kecelakaan saat di puskesmas, sampai penduduk sekitar yang mau mengurusi motor si ibu saat kami harus membawa si ibu berobat. Asyiknya tinggal di pedesaan yang cukup 'remote' dari pendatang adalah sesama penduduk saling mengenal. Mungkin itu juga yang membuat urusan di lokasi kecelakaan cepet kelar.

3. Untungnya nggak ada polisi! Paling sebel kalau polisi ikut campur. Kita sama korban kadang urusan udah beres, malah urusan sama polisinya yang lama, yang kendaraan ditahan lah, ngurus surat-surat yang ribet lah. Pas dulu adek kecelakaan, polisinya bener-bener nggak mengayomi deh! Untung deh kecelakaan kemarin bisa beres tanpa berurusan dengan pihak berwajib yang sukanya nggak paham sama kewajibannya itu (no offense. Murni pendapat pribadi!)

Ngomongin poin ke-2 dari untung kecelakaan tadi, aku jadi sadar banyak hal tentang kemanusiaan. Memang, liburan kali ini bisa disebut gagal, karena yang harusnya wisata keluarga, malah jadi wisata di rumah sakit. Tapi sebenarnya liburan kali ini benar-benar menjadi wisata rohani. Terlepas dari siapa yang salah pada kecelakaan ini, tetapi ketika masing-masing pihak saling mawas diri, semua urusan jadi gampang. Masing-masing kami tak ada yang menuntut ganti rugi, namun sebagai pihak yang lebih 'mampu', kami berinisiatif untuk mengganti semua biaya rumah sakit dan perbaikan motor. Herannya, keluarga si ibu malah menolak sejumlah uang yang diberikan ayah.

Selain masalah kecelakaan, aku juga salut sama pelayanan di RSUD ini, benar-benar me'manusia'kan pasien. Nggak ada tuh dimintain DP uang atau tetek bengek administratif yang menghambat tindakan. Rumah sakit ini juga masih baru. Masjidnya asyik, full bacaan. Sayang sih aku kemarin nggak bawa HP(bahkan dompet juga), jadi ya nggak ada dokumentasi.

Setelah selesai urusan di rumah sakit, kami ke pencucian mobil untuk membersihkan mobil dari sisa tahu. Gara-gara kelamaan di rumah sakit, sisa tahu jadi mengering dan sulit dibersihkan. Memakan waktu sekitar dua jam sampai mobil benar-benar bersih. Sembari menunggu mobil kelar dibersihkan, aku mampir ke masjid. Awalnya sih cuma mau 'buang hajat', tapi karena pas azan zuhur, ada niatan untuk solat sekalian disitu. Masjidnya masih baru. Belum ada inventaris mukena. Aku pun urung mau solat. Ternyata ada yang mengamatiku celingak celinguk cari mukena. Beliau pun menawarkan mukena yang dia ambil di rumahnya. Masjid ini rupanya cukup banyak jemaahnya. Satu saf wanita full dan hampir dua saf pria full.

Pemandangan langka nih, solat zuhur kan biasanya jarang berjamaah di rumah(ya iya kalo di kota pada kerja kantoran, kalau di desa kan kerjanya di sawah, tinggal setel kendo aja bersawahnya, hehe).
Banyak kearifan warga Ponorogo yang aku pelajari hari ini. Tentang bagaimana bersikap tolong menolong, mawas diri, sampai prioritas ibadah di atas segala urusan dunia. Buatku, yang seperti ini adalah pribadi yang 'truly Java'. Sederhana dan beragama.

Ini mungkin akan jadi liburan Tahun Baru Islam/ 1 Suro yang paling berkesan buatku dan keluarga.

8 komentar:

  1. Selamat tahun baru Mak..
    Tuhan memang mengingatkan kita dengan cara yg enggak bisa diduga. :)

    BalasHapus
  2. Met taun baruuu
    katanya malah g boleh kemana2 pas taun baru
    semoga ibu itu baek2 saja dan cepat pulih
    hati2 yo

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, semua proses penurusannya lancar yo mak...semoga aman sentausa semuanya bacanya deg-degan pisaaan...

    BalasHapus
  4. Alhamdulillaah, masih banyak yang bisa disyukuri yaa di tiap kejadian.. :)

    BalasHapus
  5. mak dibaaa.. ternyata ke ponorogo kemarin meninggalkan cerita yaa.. pelukkkk

    BalasHapus
  6. Semoga ayahnya lebih berhati-hati lagi. :)
    Setiap kejadian memang selalu ada hikmahnya. :)

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah. Kata ayahnya semua urusan udah clear..makasih dukungannya emak semua..

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...