19.2.14

Save Food for Better World

“Bijaklah pada sampah organik terutama limbah sisa makanan, sebab emisi gas makanan mengandung metana, menyumbang pembentukan emisi gas rumah kaca 23 kali lebih kuat daripada CO2(gas buang pada respirasi, pembakaran)”

Alhamdulillah dulu orang tuaku mendidikku untuk selalu menghabiskan makanan. Sedari kecil aku juga dilatih untuk mengambil makanan seperlunya. Bahkan ketika SMU,  makan siang disediakan sekolah, dan peraturan di kantinnya, kami tidak boleh menyisakan makanan.

Masalah makan harus habis memang terdengar sepele, tapi ternyata berdampak besar loh. Kemaren aku ikut kuliah online Stanford University di cousera, dan ada pemaparan tentang emisi gas yang dihasilkan oleh makanan sisa. Wow, untuk kategori daging-dagingan, emisinya paling besar(sekitar 27 emisi gas per kilogram daging). Yang paling kecil dari tumbuh-tumbuhan(tidak sampai 10 emisi gas per kilogram bahan). Tapi mau besar ataupun kecil, artinya kita harus memanfaatkan makanan sebaik-baiknya.

Sangat miris membaca bahwa sepertiga makanan yang dikonsumsi penduduk di dunia terbuang sia-sia. Kalo dikonversi sekitar 1.3 miliar ton. Yah, walaupun bisa diolah menjadi pupuk organik, masak iya sebanyak itu mau dibuang begitu saja? Sementara masih banyak penduduk dunia yang kelaparan?

Ada banyak cara untuk mengurangi limbah organik. Walaupun hanya berkontribusi sedikit, setidaknya ada sesuatu hal yang bisa kita lakukan untuk bumi yang lebih bersih dan indah.

1. Memasak dan mengambil makanan sesuai porsinya.
Kadang, mumpung murah atau dengan alasan mumpung belanja, kita menjadi maruk dan menimbun makanan. Ujung-ujungnya sebelum habis, makanan keburu basi. Aduh, sayang banget kan? Pas dibuang juga, baunya aduhai sekali.

2. Memelihara hewan untuk menghabiskan makanan sisa.
Aku pribadi kadang suka membuang sayur dan nasi. Kadang karena ga sempat makan di rumah dan lupa memanaskan, sayur dan nasi itu keburu basi. Tapi, sayang juga mau dibuang begitu saja. Akhirnya kita sekeluarga membuat kolam berisi berbagai jenis ikan seperti gurameh, patin, nila, dll. Selain bisa menjadi hiburan dan untuk stok 'ikan segar', ikan-ikan ini juga bisa menjadi penampung makanan sisa kami. Tidak ada makanan sisa yang terbuang, jadi tidak merasa 'bersalah' lagi saat terpaksa membuang makanan.
Nah, kalo untuk daging-dagingan seperti sisa tulang ayam ataupun ikan (kami jarang makan daging merah), biasanya kami serahkan ke kucing tetangga yang siap 'menampung' tulang-tulangan itu.
Oh ya, dulu bapak kosku pelihara bebek sama kelinci. Si bebek sama kelinci mau tuh makan nasi dan sayur sisa.

3. Berbagi makanan.
Ini nih pentingnya pinter masak. Biar bisa berbagi makanan yang gak habis. Apalagi kadang pas panen hasil bumi berlimpah. Kalau pinter ngolah, dijamin semua makanan mendarat sempurna di perut masing-masing. Ga ada pangan yang terbuang deh. Hehe
*sementara aku ngimpi dulu
Pesan berbagi makanan bahkan disampaikan oleh FAO dalam laporan "Jejak Limbah Makanan" .

“Konsumen di negara maju harus didorong untuk menyajikan makanan dalam porsi kecil dan lebih banyak memanfaatkan sisa makanan. Kalangan bisnis disarankan memberikan kelebihan makanan untuk amal, dan mencari alternatif  ketimbang sekadar membuang limbah organik di tempat sampah.”

4. Pilihlah Pangan Lokal.
Memilih pangan lokal selain membantu perekonomian masyarakat, makanan lebih segar, tetapi juga membantu mengurangi emisi gas. Lah, kalau kita si penduduk lokal menyerbu semua hasil bumi lokal, maka produk lokal tidak perlu dikirim ke luar daerah. Lebih sedikit juga emisi gas yang disebabkan oleh respirasi(CO2) si hasil bumi ini.

5. Mengurangi Impor Pangan

Nah, berhubungan dengan mengkonsumsi pangan lokal. Mengurangi permintaan akan pangan impor juga akan mengurangi emisi gas dari residu respirasi(CO2) pangan yang diimpor. Lagipula, pengemasan secanggih apapun juga tidak menghindarkan kita dari kerusakan pangan selama di perjalanan. Dengan mengurangi impor, maka akan mengurangi kemungkinan membeli pangan rusak.

Baca keseruan lain seputar Food Technology. Plis klik: I'm proud to be food technologist!
Simak juga resume kuliah online yang pernah kuikuti: Kuliah Online

6 komentar:

  1. Kucingku juga suka kukasih susu sisa anakku atau nasi sisa kutambahin ikan pindang.

    BalasHapus
  2. Saya sudah melihara ayam di rumah. Sisa makanan dikasih ke mereka. Tapi kalau duri-duri ikan atau sayuran yang gak habis atau kerak-kerak nasi masih terbuang juga. Takutnya ngotorin halaman kalau dikasih ke ayam tp ayamnya gak mau. Tfs yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin harus ditambah buat kolam ikan terus pelihara ikan patin n dikasih makan nasi sisa. Kalo duri ikan harusnya bisa ke kucing, tp kucing sekarang banyak yg gak doyan duri ikan je..hehe

      Hapus
  3. Memasak sendiri juga for better helathy juga ya Mbak. Hemat BBM krn gak perlu keliling utk cari-cari variasi menu makanan, artinya for better world juga krn mengurangi pencemaran udara

    BalasHapus
  4. Akuuuu... klo ada sisa makanan dikasih ke ayamnya shoji rey xixixixi

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...