2.12.13

Mebanding-bandingkan anak: Sekedar khawatir atau tidak mau kalah?

"Ah, kok anakku belum bisa jalan?padahal anak tetangga yang seumur sudah bisa jalan."

Pernyataan itu sering sekali dilontarkan oleh kita para orang tua. Memang, banyak study parenting yang menyarankan para orang tua untuk tidak membanding-bandingkan anaknya. Tetapi pada dasarnya, adalah lumrah bila orang tua membandingkan anaknya. Karena mungkin mereka khawatir ada hal yang salah pada anak mereka, dan perlu deteksi dini. Okelah, kalau alasannya begini, Alhamdulillah para psikolog punya panduan rentang umur untuk perkembangan tertentu pada anak. Ini bisa dijadikan pedoman banyak orang tua. Seharusnya sih tidak perlu khawatir ya saat perkembangan anak belum seperti teman-teman sebayanya, selama belum melewati rentang umur yang ditetapkan, tidak perlulah khawatir apalagi sampai mengeluh dengan keterlambatan ini.

Nah, yang parah itu kalau membandingkan perkembangan anak karena tidak mau kalah sama orang lain. Anaknya harus lebih dari anak lain. Wah, wah, kalo modelnya gini bisa stress hidup. Ortunya stress, anaknya juga. Kasihan banget anak yang punya ortu kayak gini, hehe...(amit-amit, jangan sampai jadi orang tua seperti ini ya sobat, aamiin)

Seharusnya kita sebagai orang tua bersikap bijak dan berhenti membanding-bandingkan karena alasan tidak mau kalah. Percayalah bahwa Allah menciptakan manusia dengan kelebihannya masing-masing. Ga mungkin kita ngoyo anak harus lebih disegala bidang. Percaya deh, kalo kita dianugerahkan kesempurnaan disegala bidang, yang ada kita malah sombong, lebih parahnya jadi ga percaya gusti Allah. 

Maka, cintailah anak kita sendiri. Pacu dia untuk 'mengalahkan' dirinya sendiri, bukan dipaksa untuk berkompetisi dengan orang lain. Bukankah kemenangan sejati adalah saat kita mengalahkan diri sendiri? Ajarkanlah anak untuk memahami esensi ini. Insya Allah, bila semua orang tua memahami esensi 'mengalahkan diri sendiri' dan mengajarkan pada anaknya. Ga bakal ada lagi tuh yang menghalalkan segala cara untuk menjadi juara. Ga ada lagi tuh cara-cara culas seperti suap-menyuap, nyontek, doping, dll demi mendapatkan kemenangan. Karena, buat apa? Orang yang harus dikalahkan itu dirinya sendiri, dan menghalalkan segala cara menunjukkan kegagalannya mengalahkan diri sendiri.

Semoga menjadi ibroh kita semua para orang tua. Aamiin.

2 komentar:

  1. Betul itu mak...contoh sj anakku pernah ni emaknya keceplosan bandingin dia dg kakak sepupunya, maksud hati gak ngebandingin tp konotasinya sama mgkn ...dianya langsung ngambek dan bilang ibu gak suka ya punya anak spt aku, aku kan aku masak disuruh jd org lain....jd kasian... jd cari kt2 yg ampuh agr tdk merasa dibanding2kan contohnya :"kakak itu pandai ya?... gmn cara belajarnya ya, cb kpn2 kamu tanya kakak gmn tu cara bljrnya...."

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya..kita aja ga mau kalo dibanding-bandingin. tapi memang kadang suka gatel sih ngebanding-bandingin. godaan oh godaan

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...