30.1.19

Hidup Ekonomis a.k.a Eco Lifestyle



Sekarang ini sedang marak-maraknya kampanye eco-lifestyle, sustainability, dan semacamnya. Terus mulai deh beli apa-apa yang katanya 'eco-friendly'. Beli tas kain banyak-banyak, eh ternyata nggak semua kepakai. Kan sayang tuh. Padahal tas kresek yang dipakai berulang itu juga 'eco-friendly' loh, kan belum berakhir jadi sampah. Yang jelas sih eco-lifestyle dan hidup minimalis itu memang yang dianjurkan dalam agama. Intinya memakai barang/energi sesuai kebutuhan, tidak menimbun barang, dan tidak banyak nyampah. Jadi eco-lifestyle (hidup ekonomis?) dan minimalis itu...

1. Membeli barang seperlunya

Eco-lifestyle itu bukan tentang harga sebuah barang. Karena eco-lifestyle kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kan jadinya 'gaya hidup ekonomis'. Tapi yang terjadi justru eco-lifestyle diidentikkan dengan sesuatu yang limited, fancy, dan mahal. Memakai tas kresek dianggap tidak 'eco-lifestyle', padahal selama tas kresek itu belum berakhir menjadi limbah, ya justru tas kresek ini adalah tas yang paling 'eco', ya iyalah wong gratis bisa didapatkan di warung terdekat. Hehe. Jadi, eco-lifestyle atau gaya hidup ekonomis adalah tentang memanfaatkan barang yang ada untuk dipergunakan semaksimal mungkin. Membeli seperlunya, karena eco-lifestyle artinya hidup hemat dan cermat, yes?

2. Memakai ulang barang yang ada

Eco-lifestyle berarti memenuhi kaidah reduce, reuse, dan recycle.
Reduce. Penggunaan tas kresek bisa dikurangi dengan membawa tas sendiri saat belanja. Bawa tumbler berisi air yang penuh, biar kalau haus nggak perlu beli air kemasan yang kemasannya berakhir di kotak sampah. Nggak usah jajan minuman, lumayan mengurangi sampah plastik dan sedotan.

Reuse. Buat ciwi-ciwi, bisa mulai pakai pembalut kain atau menstrual cup untuk periode bulanannya. Lumayan signifikan mengurangi sampah pembalut loh. Buat yang punya baby, penggunaan pospak diminimalkan, kalau memungkinkan bisa pakai cloth diaper. Dan penggunaan berulang lain seperti pada wadah makan atau tumbler.

Recycle. Sampah plastik memang susah dihindari. Anakku tiap pagi bikin susu sereal, karena kadang sarapannya sedikit. Belum lagi kalau kepepet terus masak mi instan (hayah mamak pemalas). Nah, kemasan plastik seperti ini kan susah dihindari. Tapi bisa loh kita recycle jadi bermacam kerajinan, atau nggak dikumpulin di botol terus jadi ecobrick. Ecobrick ini bisa jadi macem-macem, walau butuh konsistensi tinggi karena buat jadi 1 barang, ya butuh banyak ecobrick.

3. Memiliki barang seperlunya

Sesuai prinsip hidup minimalis. Semakin sedikit barang yang kita punya, maka semakin sedikit juga energi yang kita gunakan untuk merawatnya. Selain itu, memiliki barang sesuai kebutuhan akan menghindari kita dari sesuatu yang mubazir. Coba ingat-ingat berapa pasang sepatu dan tas yang kita punya. Coba cek satu persatu, masih layak pakai semua tidak? Kadang ada sepatu atau tas berbahan kulit yang kemudian mbrudul, rusak sebelum sempat dipakai. Persis ban motor yang lebih gampang gembos justru bila jarang digunakan. Ini salah satu contoh bahwa menimbun barang akan mubazir jadinya. Terus gimana nasib barang-barang mbrudul itu? Terus dipertahankan ya cuma bikin sumpek rumah, dijual atau dikasih ke orang belum tentu ada yang mau. Dibuang? Wah, nambahin sampah aja dong nih.

4. Berpakaian sesuai kebutuhan

Berapa lemari pakaianmu saat ini?
Para ciwi-ciwi biasanya punya buanyak baju. Ganti tren berarti ganti model baju juga. Setiap bulan bisa rutin beli baju. Lama-lama lemarinya penuh. Beli lemari baru, eh penuh juga. Padahal kalau mau efisien, punya 10-20 stel baju aja sebenarnya sudah aman. Biar nggak kelihatan bajunya itu-itu saja mungkin bisa diakali dengan membuat paketan baju setiap minggu, misal 5 hari kerja, nanti ada 4 paket baju yang digilir setiap minggunya. (Tapi jujur penulis juga belum terapin, karena masih keenakan cuci-kering-pakai, padahal stok baju banyak belum sempet-sempet diberesin, huhuhu).

Da juga yang menghindari menumpuk terlalu banyak gombal alias pakaian dengan menyedekahkan 1 baju bila membeli 1 baju baru.

5. Memasak/ membeli makanan seperlunya

Poin kelima ini memberi kontribusi yang cukup besar untuk eco-lifestyle. Karena sampah makanan di dunia ini cukup besar. Hal ini dikarenakan kurangnya perencanaan dalam menyiapkan makanan. Apalagi kalau yang makan di kondangan terus nyisain makanan banyak, ergh nyebelin banget! Okelah sampah sisa makanan merupakan sampah organik yang gampang terurai. Tapi bau busuknya itu kan amit-amit. Lagian apa nggak sedih sih buang makanan sementara di tempat lain ada orang yang kelaparan? Restoran atau hotel yang punya SOP membuang makanan sisa (biasanya pada restoran prasmanan), pastinya punya pengelolaan limbah khusus untuk mengatasi ini. Kita juga bisa mengurangi sampah busuk ini dengan membuat kolam ikan. Sisa tulang dan duri diberikan ke kucing jalanan. Intinya hidup ekonomis itu juga mampu memanage pengeluaran makanan dengan baik.

6. Hemat pemakaian sumber energi

Seberapa care kita sama keran air yang mengalir? Kipas angin, lampu atau TV yang menyala saat akan keluar rumah? Penghematan air dan listrik tidak hanya berdampak pada hematnya tagihan air atau pun listrik. Lebih dari itu, kita dapat membantu meminimalkan penggunaan energi yang dalam pengadaannya menggunakan sumber daya alam. Oh iya, kurangi penggunaan kendaraan bermotor. Selain lebih sehat, hemat di ongkos, juga mengurangi penggunaan sumber daya alam tidak terbarukan serta mengurangi polusi udara yang mungkin dihasilkan dari knalpot lendaraan bermotor kita.

7. Hemat penggunaan sabun dan bahan berpotensi pencemaran lain

Banyak komunitas eco-lifestyle yang mulai mengurangi penggunaan sabun pabrikan. Mereka mulai membuat sabun dan deterjen sendiri. Katanya sih lebih ramah lingkungan. Kalau bisa mengikuti jejak mereka sih bagus, tapi nggak perlu memaksakan diri juga. Kalau biasa pakai deterjen super wangi, bisa kaget pakai yang buatan sendiri gini. Belum lagi waktu yang diperlukan untuk membuat. Harga juga jatuhnya lebih mahal karena dibuat dalam partai kecil. Jadi, lebih baik mulai mengurangi penggunaan sabun dan deterjen dengan mandi dan keramas secukupnya (mandi 1x sehari nggak masalah kok, malah katanya bisa membentuk mikroflora baik pada kulit) serta mencuci baju dengan kapasitas maksimal (hemat waktu, hemat deterjen, lebih ramah lingkungan juga yes?)

Jadi seberapa eco (ekonomis) gaya hidupmu? Ada urun saran?

1 komentar:

  1. Wah manfaat banget ni ulasannya. Jadi semacam diingatkan untuk melakukan secukupnya dan tidak berlebihan. Semoga kita makin sadar sama lingkungan ya.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...