28.9.17

Cara Allah Menunjukkan JalanNya


Aku sebenarnya seorang ambisius dan perfeksionis. Sayangnya aku punya penyakit yang menghalangi ambisiku, penyakit itu bernama penyakit malas. Yess, semua orang pasti punya penyakit itu kan? Dulu sih penyakit itu lumayan parah. Aku jadi suka menunda-nunda pekerjaan. Bawaan mau hedon melulu. Kalo menilik masa mudaku, wah parah deh. Sebagian besar waktuku kuhabiskan buat nongkrong. Aku masih prioritas sama kuliah sih, tapi ya sekedar kuliah aja, macam nggak punya visi kedepannya mau ngapain.

Tapi Allah memang Maha Baik. Setelah KKN aku dipertemukan dengan seseorang yang kemudian menjadi suamiku. Pas juga kan, setelah KKN adalah masa penyusunan skripsi. Barulah aku terpikir, nanti mau kerja apa setelah lulus? Berhubung setelah lulus aku sempat bantu beberapa dosen, jadi deh aku kepikiran kayaknya jadi dosen dan peneliti asik ya?

Setelah itu, mulai deh aku cari info lowongan dosen dan peneliti. Ternyata kalau mau jadi dosen itu harus S2. Jadi deh saat itu aku kepikiran daftar lembaga penelitian saja. Tapi karena background ilmuku bukan ilmu dasar, jadi hanya beberapa instansi pemerintah yang menerima lulusan sepertiku. Yaitu BPPT dan LIPI. Aku juga mengincar BPOM, karena kata temenku yang kerja disana, bakalan banyak penelitian juga di BPOM.

Aku sempat merasakan kerja di BPPT selama hampir dua tahun. Hanya saja saat itu statusku cuma outsourching. Secara lingkungan kerja aku sangat nyaman. Suasananya sangat kekeluargaan. Bahkan sampai hari ini pun aku masih dianggap sebagai salah satu bagian dari keluarga besar BPPT, padahal udah resign hampir 10 tahun lalu yak, hihi. Sayangnya, BPPT berlokasi di Serpong. Suamiku sempat memetakan kemungkinan pekerjaan disana, dan sepertinya sulit. Aku ya nggak mau dong LDR selamanya, jadi deh aku urungkan niatku, bahkan untuk sekedar mendaftar CPNS di BPPT.

Lalu, aku mendapatkan kesempatan ikut CPNS BPOM. Lokasi penempatannya udah oke nih, di Palembang. Pas banget sama suami yang lagi ngerintis usaha di Palembang. Waktu itu score tesku lumayan bagus lo (sombong). Tapi karena formasi yang dibutuhkan cuma 1 orang, akhirnya aku kalah saingan sama lulusan yang masih unyu. Wkwkwk.

Baca: Terlatih patah Hati oleh Mantan Harapan

Lalu, ada beberapa kesempatan menjadi dosen setelah aku menyelesaikan S2. Tapi lagi-lagi belum beruntung. Beberapa perguruan tinggi belum juga selesai mengurus izin perkuliahan. Sekali mendaftar di almamater, dan failed karena saingannya memang lebih kompeten dariku.

Baca: Unik dengan Takdir Masing-masing

Satu institut yang jelas sudah beroperasi, malah nggak jadi aku masuki. Keputusan yang berat juga sih saat memutuskan tidak melanjutkan proses seleksi, apalagi teman baik semua disana. Tapi aku sadar hidupku bukan semata mengejar karir akademik. Karir rumah tangga adalah karirku yang utama. Saat ini Ais baru saja masuk SD. Perlu banyak bimbingan dalam belajar. Suami juga baru merintis usaha, masih butuh support dan dukungan. Rasanya tak sampai hati aku meninggalkan mereka ke kota lain demi cita-citaku. Walau suami mensupport 100% keputusanku. Tapi aku cukup tahu diri lah. Aku percaya keputusanku melepas kesempatan ini nggak salah. Aamiin.

Baca: Ketika Kenyataan Tidak Sesuai Impian

Dan terakhir nih, yang paling gress. Akhirnya CPNS bukaan lagi! Dan ada satu formasi incaranku, yaitu peneliti di LIPI Gunung Kidul!
Dulu, sekitar tahun 2014, Kakak tingkat yang sudah lebih dulu disana menyemangatiku untuk apply disana bila nanti ada bukaan. Aku bahkan sudah kebayang betapa asyiknya bisa kerja disana. Aku sesumbar sama teman kuliah S2ku tentang keinginanku bisa kerja di LIPI Gunung Kidul. Pengen bisa sering-sering ke pantai. Hihihi.. Eh ternyata, setelah benar-benar ada bukaan CPNS LIPI, aku tersandung masalah administratif yang konyol banget, salah memasukkan bukti akreditasi! Parah banget konyolnya kesalahanku itu. Sebenarnya sih bisa saja direvisi, tapi sayangnya aku terlambat merevisinya. Masa revisi kadung lewat. Temanku menyarankan untuk minta keringanan panitia. Tapi, ah sudahlah, aku tidak ingin memohon perlakuan istimewa. Aku anggap ini petunjuk dari Allah agar aku tidak perlu melanjutkan proses seleksi. Sebab, walau Gunung Kidul adalah lokasi tinggal impianku (sebenarnya pengen tinggal di Jogja sih, tapi GK kan masih masuk Jogja walo agak jauh dikit sih)  tapi biar bagaimana usaha suami sekarang di Palembang. Walau banyak saudara dan suatu saat suami pasti bakal hijrah ke Jogja juga, tapi selama bisnis suami di Palembang belum settle, pastilah kami bakal terus LDR, misalkan saja aku kerja di Jogja. Dan timing tesnya juga kurang tepat mengingat kondisi perutku yang semakin membesar dan rencana mulai kerjanya yang dekat dengan HPL adeknya Ais (kayak keterima aja Bu). Yah, inti dari postingan panjang nggak jelas ini adalah tentang cara Allah menunjukkan jalanNya. Ikhtiar kita kudu jalan terus. Pokoknya jangan ragu untuk mencoba semua kesempatan. Lebih baik gagal daripada tidak mencoba sama sekali. Berusahalah, dan biarkan Allah yang memberikan jawabannya. Kalo kata pepatah di buku tulis mah, You'll never know untill you have tried.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri …" ( QS. Ar-Ra’d 11 )

Alhamdulillah Allah memudahkanku membuat keputusan ini. Que Sera Sera aja wis..

13 komentar:

  1. Rencana Allah memang yang terindah, Mbak. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa..walo kadang gak serta merta kita menerimanya..

      Hapus
  2. Whatever will be, will be. (Malah nyanyi :'D)

    Setinggi apa pun cita2ku, aku nggak bisa jauh dari suami, Mbak. Apalagi aku pemikir. Jauh dikit, udah mikir yang nggak2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dah pewe ya dekat suami. Walo suami restu, tp tetep gimana gt mo jauh dr suami. Atut..

      Hapus
  3. Alhamdulillah ya Allah memberi petunjuk mana yg terbaik...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Aku udah nggak berandai2 lagi, krn semua kesempatan udh berusaha kucoba..

      Hapus
  4. berarti kita tidak bisa mengatakan ini kegagalan, sampai benar benar berhenti hehe ngomong opo se.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Ini kesuksesan yg tertunda. Gak tau ntr suksesnya dimana. Hehe

      Hapus
  5. Alhamdulillah.. Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-NYA di saat yang tepat..

    BalasHapus
  6. saya juga kemarin ikut tes CPNS tapi gak lulus Mbaa, mungkin memang belum jalannya, hehehe :)

    Allah memang maha tahu apa yang terbaik buat hambaNya yaa, yang kita lakukan hanyalah terus berusaha dan berprasangka baik padaNya :)

    BalasHapus
  7. Selalu yakin bahwa Allah selalu memberika yang terbaik ya, Mbak.

    Btw, saya juga tadinya termasuk yang perfeksionis. Sekarang juga kadang masih begitu. Suami yang berhasil bikin saya lebih luwes :D

    BalasHapus
  8. Allah emang selalu memeberikan jalan yang terbaik yah mbak untuk seorang hambanya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...