27.3.17

Memilih Sekolah


Judulnya umum banget. Pusingnya juga umum dialamin setiap ibu. Apalagi aku pusingnya nggak cuma sebatas "mau disekolahin dimana?", tapi juga "mau ke jenjang apa?"

Jadi, Ais sekarang berusia 5,5 tahun. Tahun ini adalah tahun kedua Ais di TK. Tapi, belum genap dua tahun di TK, ternyata sekarang Ais harus ikut orang tuanya ke Palembang. Jadi sekarang Ais masih unschool.

Usia 5,5 tahun itu usia penuh kegalauan (orang tua, khususnya ibunya). Pas tahun ajaran baru nanti usianya 5 tahun 10 bulan. Di usia segitu anak sudah bisa masuk SD swasta yang mensyaratkan usia minimal 5 tahun 6 bulan. Tapi, banyak praktisi pendidikan yang menyarankan anak mulai SD ketika 7 tahun atau menjelang 7 tahun.

Jadinya emak galau, Ais tahun ajaran baru nanti mau TK atau langsung SD saja. Ada beberapa pertimbangan kenapa aku pengen Ais langsung SD saja.

1. Ais sudah menunjukkan sikap mau belajar. Konsentrasinya memang masih sebentar, tapi sudah mau memperhatikan pelajaran dan bertanggung jawab ketika diberi amanah.

2. Aku udah ngincer salah satu SD Islam dekat rumah yang kurikulumnya pas banget dengan prinsip keluarga. Dari rekomen orang tua yang anaknya sekolah disana, plus lihat sendiri kondisi sekolahnya, tenaga pengajarnya, fasilitasnya, aku yakin Ais bakalan betah sekolah disini.

3. Aku belum ada bayangan kalau mau TK lagi, bakalan dimasukin TK mana. Intinya aku sudah terlanjur kepincut sama SD Islam tadi. Jadi udah males mau cari info TK.

4. Uang masuk TK sama SD relatif sama banyaknya. Kondisi keuangan keluarga bakalan masih kembang kempis setahun ini, maklum baru banget merintis usaha, jadi kudu berhemat untuk uang pendidikan anak. Tanpa harus mengorbankan kualitas pendidikan si anak sendiri. Jadi, daripada Ais mengulang TK lagi, mending langsung SD, tapi yang ramah anak, biar Ais juga nggak stres.

5. Ada tes masuk SD Islam ini,  jujur ini yang membuatku yakin untuk langsung memasukkan Ais ke sekolah ini. Soalnya, kalau ternyata hasil tesnya menyatakan Ais belum siap SD, ya sudah, artinya memang harus cari TK lagi. Ada psikotes dan juga tes calistungnya. Jadi, biar sekolah lah yang memutuskan Ais sudah layak SD atau belum.

6. Menurut guru TK Ais, pendidikan di luar Jawa tertinggal 1-2 tahun dari pendidikan di Jawa. Ini yang membuatku mantap bahwa kemampuan berpikir Ais bisa setara dengan anak usia 6 tahunan di Sumatera.

Belum cukup umur, tapi..

Buatku, memasukkan anak ke SD di usia yang sebelia ini seperti menjilat ludah sendiri. Soalnya saat Ais berusia 2 tahun, aku sudah bertekad kalau Ais masuk SD di usia mendekati 7 tahun. Tetapi, idealisme bisa terkalahkan dengan keadaan. Selama Ais di TK dulu, tuntutan untuk bisa calistung cukup tinggi. Alhamdulillah Ais bisa mengikuti tapi terbata-bata dan banyak malasnya. Sedangkan sistem pendidikan TK di Palembang ini aku masih kurang paham. Aku juga concern masalah adaptasi Ais nanti. Kalau TK cuma setahun terus tahun depannya SD, Ais bakalan dua kali harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Termasuk emaknya juga harus dua kali merayu Ais nantinya. Bukannya nggak mau, tapi ngapainlah harus mengulang hal gak perlu begitu.

Maunya sih, kalau memang mau menunggu usia Ais cukup, aku prefer dia homeschooling dulu setahun ini. Tapi ayahnya Ais sendiri kurang setuju kalau Ais kelamaan nganggur nggak sekolah. Aku pribadi juga kurang telaten mengajari anak. Intinya, HS sebenarnya solusi yang pas buat Ais saat ini, tapi untuk menjalankannya kami belum siap, huhuhu..

Ada pula opsi Ais nanti mengulang SD kelas 1 nya, misalkan ternyata dia keteteran (tapi aku optimis anakku nggak keteteran lah). Jujur, kasian lah kalau anak tinggal kelas begitu. Tapi, waktu di TK dulu, Ais dua tahun di TK kecil dan dia nggak masalah. Jadi, kalau kenyataan terpahit ini terjadi, aku yakin bisa membesarkan hatinya. Tapi jauh-jauh aku tepis kemungkinan ini. Soalnya banyak kok orang tua yang mendaftarkan anaknya di usia belum genap 6 tahun. Aku gak sendirian. Toh aku juga nggak melanggar batas usia minimum SD yang ditetapkan sekolah.

Semua kembali pada orang tuanya...

Menjadi orang tua idealis itu bagus, tetapi pada beberapa kondisi kita harus mengesampingkan idealisme itu. Yang terpenting, siapkan diri untuk kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Dalam hal pendidikan dasar, orang tua tetap memegang peranan yang paling utama. Nggak peduli dimana dan bagaimana sekolahnya, pendidikan keluarga tetap yang utama. Sebenarnya juga, bukan masalah masih tetap TK atau langsung SD. Mau SD swasta atau SD Negeri. Yang terpenting bagaimana orang tua mendampingi anak belajar kehidupan, nggak hanya pelajaran sekolah.

Rencana pendidikan Ais saat ini.
1. Mendaftarkan Ais ke SD Islam (swasta), dengan pertimbangan usia Ais masuk kesana dan prinsip pendidikan disana sesuai dengan prinsip pendidikan keluarga di rumah serta lokasinya yang bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki.

2. Meminta pihak sekolah segera melakukan tes untuk Ais. Jadi kalau ternyata hasil tesnya kurang memuaskan, aku masih punya waktu untuk cari TK, atau mungkin memantapkan diri untuk HS setahun ini, hihi..

3. Yang jelas, muter otak cari duitnya. Wakakakak. Awalnya kan pengen Ais di SD Negeri saja, enak to geratis (dasar irit). Tapi, melihat sepupu dan keponakan yang di SD Negeri, kayaknya pola pendidikan di SD Negeri rentan bikin stres aku dan Ais nantinya. Karena kulihat kecerdasan Ais bukan pada akademis, sedangkan di SD Negeri yang ditekankan adalah pada akdemis. Lagipula, aku cari duit buat siapa sih kalau bukan buat anak? Masak SPP segitu saja kesulitan?#nyinyirin diri sendiri sebelum dinyinyirin orang lain.

Bismillah. I'll try my best for you Son. My greatest and loveliest child..*ya iyalah anak baru satu..

(Inilah kenapa punya anak satu sama anak banyak rempongnya sama, soalnya yang pertama itu selalu menggalaukan, wkwkwk)

7 komentar:

  1. aku juga sudah mulai memikirkan sekolah anak-anak saat kami kembali nanti ke tanah air mba...not that easy yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini lebih susah lagi mbak. Pengalaman saudara, anaknya stres di sekolah Indonesia. You know lah mb..mdh2n sih ketemu jodoh sekolah yg ramah anak ya mb. Aamiin.

      Hapus
  2. Yang ni memang penting Mbak: sudah menunjukkan sikap mau belajar. Konsentrasinya memang masih sebentar, tapi sudah mau memperhatikan pelajaran dan bertanggung jawab ketika diberi amanah.

    Sudah menunjukkan kalau Ais sudah siap masuk SD.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peluk Mak Niar. Jadi makin mantap pilihanku ngga salah.

      Hapus
  3. Kayaknya opsi homeschooling boleh juga dicoba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satu semester ini Ais sudah unschool. Ngga berani bilang HS, karena Ais benar2 belajar suka2. Kalau suruh gambar, baca, sm nonton video kendaraan, suka banget. Suruh baca sama nulis langsung melempem. Hihi

      Hapus
  4. semoga dedek ais bisa segera diterima di SD Islam tersebut, dan bisa cepat beradaptasi di sekolah barunya...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...