5.6.16

My Stupid Boss Versiku: What So Ever Officer

my stupid boss
What so ever officer alias karyawan serabutan. Background from pixabay
Nggak mau ketinggalan dengan kehebohan film My Stupid Boss yang diangkat dari cerita novel berjudul sama, akhirnya sore itu bersama dua orang temanku, aku menonton My Stupid Boss di CGV Blitz Hartono Mall Yogyakarta. Saat membaca novelnya, aku merasa bernasib sama dengan si Kerani di novel itu. Begitu nonton filmnya, wah visualisasi bosnya agak mirip dengan mantan bosku dulu. Cuma bosku dulu masih lebih ganteng sih, ehem.

Diceritakan di awal film tentang si Kerani yang wawancara kerja dengan si bossman. Dari awal wawancara feeling Kerani udah nggak enak, tetapi akhirnya dia tetap saja menerima tawaran kerja si bossman itu. Terus aku jadi flashback awal wawancara kerja dulu. Aku diwawancara sama calon bossku (yang sekarang sudah menjadi ex boss) bersama seorang teman yang sama-sama dari Palembang. Saat wawancara my boss (sebut saja begitu) sudah bicara ngalor ngidul masalah otoritas dia nanti sebagai boss, bahwa nanti yang menilai kinerja kami adalah beliau dan kami jangan sampai terpengaruh dengan omongan orang lain. Memang sih, posisi my boss sebagai manajemen perusahaan dimana kami direkrut sebagai 'mata-mata' alias auditor perusahaan yang akan melaporkan segala penyimpangan yang terjadi di perusahaan. Akan tetapi, dari awal perjumpaan jadi langsung tahu kalau my boss memang suka mengobrol. Tapi kadang jadi nyebelin karena bisa berubah sok sibuk saat urgent. Haha!
my stupid boss
Jadi keingetan mantan...boss, haha!
Sebagai karyawan yang berada langsung di bawah manajemen, kami tidak pernah mempunyai job desk pasti untuk pekerjaan kami. Hari ini bisa jadi tukang pipa, besok jadi finance yang menghitung stok gudang, lusa harus jadi purchasing yang mencari supplier baru untuk alat berat yang rusak. Yang lebih menggelikan, ada salah satu rekan kerjaku yang sudah seperti sekretaris pribadi my boss. Segala urusan akomodasi dia ke site(my boss berdomisili di Jakarta, sedangkan perusahaan berada di pelosok Lampung), semua rekanku ini yang menghandle. Mungkin kalau my boss tiba-tiba pengen liburan sama keluarganya ke Puncak dan sedang mencari hotel keluarga di Puncak, bisa-bisa temanku juga yang urus. Memang rekanku ini juga orangnya sangat sigap dan pekerja keras. Makanya my boss percaya banget sama dia.

Aku sendiri memiliki sifat seperti Kerani di film My Stupid Boss. Aku suka membantah dan tak jarang melawan my boss. Untungnya sih my boss orangnya pinter, gak 'stupid' kayak di film, jadinya ya aku gak seberapa 'crash' sama beliau. Sampai sekarang aku sudah resign, kadang suka geli sendiri kalau ingat saat-saat dimarahin my boss (dan kadang dengan konyolnya aku membantah), terus my boss sampai bikin training buat anak buahnya biar anak buahnya nurut sama dia. Di kantorku dulu juga ada rekan yang mirip Sikin di My Stupid Boss. My boss kadang kalau sudah males nyuruh aku, pasti lemparin ke Sikin. Duh Sikinku, i miss you. Wehehe. Sekarang lagi sibuk ngerjain apa ya? Sikin ini deh rekanku yang masih bertahan di perusahaan. My boss mah senang punya anak buah manut kayak Sikin. Hihi.

Oh ya, karena zaman kerja dulu biasa kerja serabutan, baru sekarang kerasa deh manfaatnya jadi 'what so ever officer' alias karyawan yang multitasking. Aku dituntut untuk selalu belajar dengan cepat dan siap dengan perubahan mendadak. Cocoklah ya dengan pekerjaanku sekarang sebagai blogger? Wehehehe...

Wahai ibu-ibu rumah tangga yang sedang baca postingan ini, pada punya pengalaman berkesan apa sama mantan boss saat kerja dulu? Sepahit-pahitnya kenangan itu, ternyata manis loh ketika dikenang saat ini, menurutku sih ya. Hehe.

nb: Postingan mengandung curcol dan tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. Piss!

16 komentar:

  1. who lha nonton ra jak jak ki

    BalasHapus
    Balasan
    1. La dirimu asyik bgt ndelok action figure. Wkwkwk

      Hapus
  2. Mesti mbak ini kebingungan waktu si boss nyerocos pakai bahasa Jawa hahahhahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nek ning film hooh. Nek versiku bosku wong londo. Kadang de e nesu2 nganggo bhs inggris aku ndableg. Sok2 ra mudeng artine je. Wehehehe

      Hapus
  3. dududu aku suka bantah juga dan sama seperti kisahmu diba... hahaa

    BalasHapus
  4. Pernah punya...tapi bos ku sudah almarhum sekarang..hihi
    dan aku dulu ga berani bantah.., lha wong aku isih cilik..culun, jadi mengkeret kalo si boss lagi misuh-misuh :p

    BalasHapus
  5. Kalau saya tuh sering dibikin kesel sama Boss saya karena beliau jarang banget ada di ruangan. Kadang remote dari bagian lain, kadang dari ruangan lain. Susyeh nyarinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. La kalo si bosku kadang suka ngantor di Jakarta padahal dokumen di Lampung. Kebayang itu biaya fax berapa? Haha! Biar deh duit perusahaan ini.

      Hapus
  6. Kirain review film dan ternyata curcol, hahha aku pas kerja diSeturan itu bos-nya juga ampun-ampun deh *ikut curcol

    BalasHapus
  7. Aku sama my ex bos juga sering mbantahh. Sekarang udah ganti bos sehati mulu mba

    BalasHapus
  8. Dari awal baca bukunya saya excited banget, ngefans abis sama bukunya, cara bertuturnya yang serampangan itu lucu,udah gt based on true story pulak, jadi klop lah. Dan saya juga pernah ngantor dan ngerasain hal serupa.
    Dulu "si kerani" bikin event tuk bukunya bagi siapa aja yang punya cerita serupa,coba dulu ikutan mbak Diba.

    BalasHapus
  9. Dari awal baca bukunya saya excited banget, ngefans abis sama bukunya, cara bertuturnya yang serampangan itu lucu,udah gt based on true story pulak, jadi klop lah. Dan saya juga pernah ngantor dan ngerasain hal serupa.
    Dulu "si kerani" bikin event tuk bukunya bagi siapa aja yang punya cerita serupa,coba dulu ikutan mbak Diba.

    BalasHapus
  10. wis dho ndelok yoo, akau malah ra tau ndelok tho mbak filmme ngenteni ning warnet opo ning TV waelah

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...