1.4.16

Netizen Jogja bersama MPR RI untuk NKRI



Netizen. Bagian dari citizen alias warga negara yang menggunakan internet minimal 3 jam setiap harinya. Nah, netizen Jogja dapat kesempatan untuk ngobrol bareng MPR. Kenapa perlu? Soalnya wawasan kebangsaan warganegara Indonesia sekarang sudah mulai luntur. Baru-baru ini saja bahkan ada artis yang terang-terangan menghina Pancasila. Kalau sudah begini, salah siapa? Salah teman-teman kita?-eh, maaf ini bukan lagi syuting film ya?


Nggak perlu saling menyalahkan karena wawasan kebangsaan memang harus ditanamkan dari dalam diri kita. Dimulai dari hal sepele seperti upacara bendera setiap hari senin saja. Sekarang nggak semua sekolah menerapkan kan? Terus yang namanya penataran P4, apa ada sekarang? Program mengenai wawasan kebangsaan dianggap bukan lahan basah jadi tidak ada yang bersedia untuk mengurusi secara serius. Nah, disinilah peran penting netizen. Gimana coba biar isu wawasan kebangsaan bisa populer lagi di masyarakat umum.

Berbicara masalah wawasan kebangsaan, apa sih wawasan kebangsaan itu? Wawasan kebangsaan itu intinya ada pada 4 pilar kebangsaan. Apa saja sih? 4 pilar kebangsaan itu antara lain:

1. UUD 1945
2. Pancasila
3. Bhineka Tunggal Ika
4. NKRI

Sebagai warga negara Indonesia yang baik hendaknya kita berkepribadian Pancasila. Ciri utamanya adalah cinta kasih, gotong royong, kekeluargaan, dan gotong royong. Walaupun kita berbeda-beda suku, agama, dan budaya, tetapi kita tetap satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Nggak susah kan sebenarnya? Nggak usah deh koar-koar pengen buat negara sendiri. Nggak ada untungnya lho berpecah-belah. Mending bersatu-padu membangun Indonesia. Nggak perlu merasa paling benar, tapi hendaklah mau belajar. Dengan belajar kita akan lebih mawas diri dan lebih tenang dalam bersikap.

Sebenarnya banyak program di zaman orde baru yang bagus untuk memantapkan wawasan kebangsaan Indonesia. Program-program yang harus dihidupkan kembali dan dipertahankan itu antara lain:
1. Penataran/edukasi P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
Kedengaran 'so last year', tapi kalau penatarannya dilakukan dengan fun, pasti akan sangat menarik. Bisa saja dilakukan penataran sembari outbond. Di sela-sela outbond ada kuis tentang P4. Format cerdas cermat P4 juga sebenarnya cukup fun. Coba deh kalau acara-acara seperti itu ditayangkan oleh stasiun televisi dan ditayangkan di prime time, wah pasti efektif sekali edukasinya. Pemerintah sendiri sebenarnya punya wewenang kan buat menetapkan aturan-aturan, seperti berapa persen tayangan berwawasan kebangsaan harus ditampilkan televisi nasional. Daripada prime time diisi acara sinetron dan acara gosip yang tidak mendidik.

2. Upacara rutin di sekolah mau pun tempat kerja.
Upacara nggak melulu harus di lapangan terbuka lho. Dilaksanakan rutin setiap Senin pagi minimal 5 menit saja sudah cukup. Sekedar mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya saja. Simpel kan?

3. Bernyanyi bersama lagu kebangsaan.
Ciptakan 'radikalisme' kebangsaan dengan cara yang menyenangkan. Radikalisme nggak selalu berkonotasi negatif. Karena radikalisme berasal dari kata 'radik' yang berarti mengakar. Sungguh luar biasa kan kalau jiwa kebangsaan sudah mengakar di dalam diri kita? Macam Dek Rio Haryanto itu. Hehe.

Untuk menciptakan radikalisme dengan menyenangkan, bisa dengan acara musik yang mengetengahkan lagu-lagu kebangsaan. Penyanyinya juga harus yang merupakan idola masyarakat, seoerti JKT 48, Slank, Iwan Fals, Afgan, Raisa, dll.

Anak-anak usia dini di PAUD, TK dan SD juga mulai diajarkan mencintai Indonesia lewat lagu-lagu kebangsaan yang bernada semangat. Anak usia dini umumnya sangat suka bila disajikan lagu-lagu. Bisa juga diadakan lomba karoke lagu-lagu kebangsaan. Kan daripada anak-anak nyanyi lagu dewasa yang bukan peruntukan umurnya, mending nyanyi lagu kebangsaan kan?

Musisi Indonesia juga distimulasi untuk menciptakan lagu bernafaskan cinta tanah air. Beberapa musisi seperti Coklat, Padi, SO7 terbukti berhasil mengobarkan semangat kebangsaan lewat lagu-lagu kebangsaan ciptaan mereka. Yang begini harus diapresiasi pemerintah dan didorong untuk berkembang.

4. Pramuka
Pramuka sekarang sudah tidak seprestisius dahulu. Kalau dulu yang namaya ikut Jambore seleksinya ketat, sekarang bahkan anak-anak sekolah banyak yang malas ikut Pramuka. Padahal selain mengasah soft skill, pelajaran tentang nilai-nilai kebangsaan diterapkan di program-program Pramuka. Tengok saja Dasa Darma Pramuka-yang saya sendiri juga lupa isinya-.

Intinya, menumbuhkan rasa cinta tanah air dan memiliki Indonesia itu bukan hal yang sulit. Asalkan dalam diri kita tidak merasa paling benar dan terus menerus ingin belajar. Ada pesan MPR yang sangat bagus diterapkan tak hanya untuk kita sebagai warganegara, tetapi kita sebagai pribadi yang bermartabat.

Ini Baru Indonesia!
Tetap belajar untuk menjadi pribadi yang bermanfaat sehingga nantinya bisa berguna bagi nusa dan bangsa. Semangat!

Cinta Indonesia, salah satunya dengan mencintai pangan lokalnya: Tidak malu menjadi bangsa tempe ^_^

4 komentar:

  1. ikut acara ini jadi semakin bangga jadi anak bangsa, generasi muda Indonesia

    BalasHapus
  2. Keren Blogger masih eksis yah, di tengah banir informasi dan konten seperti sekarang

    BalasHapus
  3. Iya. Harus makin selektif sebelum ngeksis.

    BalasHapus
  4. Makin bertambah ya kerjaan blogger
    Di sela-sela nulis (ngejunk) harus jadi duta sosialisasi 4 pilar MPR

    Btw, hi kak Diba :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...