14.11.13

Masuk Neraka Siapa Takut #Malaikat yang Kucampakkan

Masa kecilku sangat bahagia. Segala keinginanku selalu terpenuhi. Bapak dan ibu selalu mencurahkan perhatian untukku. Apalagi aku hanya punya satu orang adik. Jadilah kami keluarga kecil bahagia. Saat teman temanku mulai seru seruan hang out bareng teman satu genk. Aku pribadi lebih nyaman jalan jalan sama keluarga. Banyak efek positif dari pola ash orang tuaku. Salah satunya aku jadi terbiasa terbuka. Apapun masalahku orang tua pasti tahu. Aku tumbuh jadi pribadi yang blak blakan dan apa adanya. Sedikitpun aku ga pernah pake topeng. Be yourself. Walo waktu itu belum tahu maknanya, aku yakin benar, orang tuaku telah sukses mananamkan rasa menghargai diri sendiri. Nah, saking 'menghargai', ga jarang aku tanpa tendeng aling aling meluapkan emosiku. Sering loh aku dulu marah marah karena keinginanku ga terpenuhi. Bahkan sampe sekarang sikap pemarahku terkadang kumat. Prinsipku, kalo orang mau mengerti kita, ya kita harus tunjukkan seperti apa kita ingin dimengerti. Sayangnya ga semua orang mau mengerti kita, dan itulah yang sering membuat emosiku meluap luap. Hal konyol yang dulu sering kulakukan adalah marah marah di toko, gara gara pelayanan yang ga ramah. Padahal sih kalo sekarang kejadian, aku sih lebih milih ga jadi belanja daripada emosi jiwa. Sering juga dulu marah marah gara gara pesanan makanan ga juga diantarkan. Kalo dipikir pikir, ngapain dulu pelayannya kumarah marahin?kalo ga sabar ka tinggal pergi aja beres kan?
Jujur, ketika berkeluarga ini. Orang tuaku cemas dengan kondisi emosionalku yang kadang kurang stabil ini. Aku punya kecenderungan untuk meluapkan emosi kepada keluarga terdekat. Wah wah, bisa tergolong durhaka ya? Kalo sekedar bilang ah ato ga nurut. Wah, itu udah sering. Bisa dibayangkan betapa 'durhaka' nya aku? Tapi itu durhaka hanya di bibir saja loh. Aslinya aku berbakti pada mereka. Buktinya kehidupanku lengkap dan bahagia. Kalo orang tua ga ridho ga mungkin dong aku sebahagia ini? Yah, sikap kurang ajarku ini cuma muncul kalo aku lagi not mood, seperti mengantuk ataupun mau datang bulan. Sebenarnya aku sangat penurut sama orang tua terutama bapakku. Bapakku adalah pria terhebat, sampai sampai sosok bapak jadi sosok suami ideal buatku. Segala petuah dia sampaikan dengan bijak tanpa emosi. Selain itu beliau pintar cari timing. Dia paham betul untuk menghindari berbicara saat aku mengantuk ataupun kecapekan. Walaupun kadang juga pernah aku membantah bapak, gara gara bapak udah ga ada waktu untuk nungguin aku on mood. Owalah, yang biasanya kejadian kan anak nunggu mood orang tua buat bisa berbincang bincang secara sehat dengan orang tuanya, lah kalo di keluargaku kok malah bapak yang nunggu mood anak. Benar benar kalo dipikir inilah dosaku selanjutnya. Sampai sekarang juga aku masih sering bertanya, "Durhakakah aku pada orang tua ku dengan tabiatku ini?".. Tapi belum pernah ada jawaban yang dibisikkan kepadaku..(yah, kalo beneran ada yang bisikin paling juga malah takut). Yang jelas yang bisa kulakukan sekarang setelah berkeluarga dan ga jadi tanggung jawab orang tuaku adalah dengan berdoa. Berharap aku bisa menunjukkan baktiku pada mereka, menimbun berton ton kebahagiaan buat kedua pelita hidupku ini, dan semoga tidak ada lagi marah marah dan kalimat mengecewakan terucap dari bibirku. Sungguh aku tak pernah tahu seberapa banyak ketulusan maaf dari mereka, atas kata kataku yang terkadang menyakitkan hati. Kejujuran pahit yang terkadang tak perlu diucapkan. Sungguh celakalah aku bilamana maaf itu dulu tidak mereka berikan. Sungguh celakalah aku bila saat itu mereka tidak bisa memaklumi dan mentolerir sikapku yang bisa saja masuk kategori durhaka itu. Ya, aku sering durhaka pada orang tuaku dulu(dan mungkin sampai sekarang masih). Karena bahkan ucapan "ah" saja bisa membuat seorang anak masuk kategori durhaka. Nah ini lebih dari bilang "ah"... Kadang kalo berselisih paham malah bisa ngambek berhari hari. Kurang durhaka gimana coba? Ya Allah, sekali lagi mohon ampunkan atas sikap kurang ajar yang mungkin aku lakukan dahulu. Aamiin
Entah dari bapak atau ibuku, tapi aku hobi banget mencela diri (intropeksi) dan sering merasa bersalah. Terus terang aku merasa diuntungkan dengan sikapku ini. Aku hampir ga pernah berselisih dengan orang lain. Plegmatis. Cenderung menghindari perselisihan. Sikap plegmatis ini semakin menjadi kala aku banyak belajar tentang konsep sedekah dan berkolaborasi. Walau ada sifat pemarah yang sebelumnya sudah aku ceritakan. Alhamdulillah sih demi contoh baik untuk anak, aku pelan pelan mengurangi amarahku. Ternyata kalo berusaha sedikit aja, bisa juga lo si pemarah ini jadi sabar sama anak..*wow exciting, terima kasih kepada Allah SWT dan buku buku parenting yang aku baca.
Nah, kali ini aku ingin membuat pengakuan dosa masa lalu yang sampai sekarang masih terkenang. Kayaknya ga bakal terlupa. Tapi Alhamdulillah ga sampe aku merasa bersalah yang bertubi tubi.
Ini tentang kisah cintaku 5 tahun lalu. Saat itu aku tengah menjalin hubungan hampir dua tahun dengan pria yang sangat baik. Namun, aku kembali dipertemukan dengan sosok cinta pertamaku di KKN(Kuliah Kerja Nyata). Banyak hal yang menunjukkan kalo cinta pertamaku adalah jodohku. Mulai dari yang seharusnya kami ga satu lokasi KKN tapi karena keadaan kami jadi serumah, sampai kesamaan ide kami yang fokus dengan sekolah dasar di kampung itu. Dua bulan KKN itu akhirnya membuat benih cinta yang dulu telah pupus menjadi bersemi kembali. Aku sendiri ga sampai pacaran sama si cinta pertama ini. Aku bahkan ga ada prasangka, ketika kami menjadi semakin dekat. Aku anggap ini normal karena kami kalo ngomong nyambung, aku sendiri seneng disuruh suruh dia, nah lo!
Sampai suatu hari kami saling berterus terang dan terungkaplah kami dulu saling suka, namun kami memutuskan ga memikirkan pengakuan kami, dan ketika selesai KKN kami berencana ga saling menghubungi lagi, lalu aku kembali ke pacarku.
Namun, hati ini telah terbolak balik. Tiba tiba aku seperti mati rasa dengan pacarku. Ga ada keinginan untuk menghubungi apalagi bertemu. Sebaliknya aku malah memikirkan si cinta pertama. Apalagi pasca selesai KKN, anggota sub unit KKN kami masih sering ngumpul. Tambah intenslah pertemuan kami. Segala cara kucoba untuk membangkitkan lagi rasa sayang pada pacarku, tapi selalu saja yang kupikirkan si cinta pertama. Sebetulnya si cinta pertama juga tidak menggoda, tapi kok ya aku tergoda?huhuhu..

Akhirnya tepat di hari ulang tahunku, 8 September 2007, aku resmi putus dengan pacarku. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan pacarku saat itu. Dua tahun dia setia dan selalu bersabar denganku. Tapi ternyata balasanku sangat perih. Saat itu aku merasa paling jahat sedunia. Aku ga ubahnya si buruk tak tahu diri yang mencampakkan seorang pangeran tampan nan baik hati. Tapi seiring waktu aku yakin, keputusan saat itu adalah yang terbaik. (Mantan) pacarku yang baik itu ga lama mendapatkan penggantiku yang (menurutku) lebih baik dariku. Aku sendiri ternyata memang berjodoh dengan sang cinta pertamaku, Ayah Edy, Ayah dari FREE, anakku. Semoga pengakuan ini memanglah dosa terbesarku, kenyataan bahwa untuk cinta (terkadang) ada yang harus dikorbankan. 

Artikel ini diikutkan sebagai peserta Fiesta Tali Kasih Blogger 2013 BlogS Of Hariyanto – Masuk Neraka Siapa Takut!!!??? ” 

4 komentar:

  1. Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartispasi,
    dengan ini artikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta.... salam santun dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pakde..artikel sudah diperbaharui, sekarang sudah 1087 kata...hehe..

      Hapus
  2. Aku juga Plegmatis. xixixi... ada enaknya... ada ga enaknya.
    syukurlah ... sifat pemarah sudah berkurang. Usia dan muhasabah memang obat yg paling manjur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba..pemarah yang pelan2 jadi plegmatis.. hehe..

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...