Tampilkan postingan dengan label diary. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label diary. Tampilkan semua postingan

29.12.21

FREE ke Pantai Ngobaran dan Ngerenehan

 


Saat ayah pulang, saatnya piknik! Tapi piknik kali ini bener-bener cuma curi waktu, soalnya bapak mertua baru meninggal, jadi kunjungan ayah kali ini lama di Ponorogo. Setelah genap seminggu bapak berpulang, baru deh kita pulang ke Jogja dan menyempatkan untuk piknik tipis di pantai! Pokoknya pantai jadi destinasi utama kalau piknik deh. Dan kali ini kita masih akan mengeksplorasi Pantai Ngerenehan, Ngobaran, dan Ngunyahan. Padahal kunjungan ayah sebelumnya juga kita kesini lho. Tapi memang Ngerenehan ini berkesan banget, soalnya ikannya disini benar-benar segar dari tangkapan laut! Nggak semua pantai soalnya bisa begini. Yang lebih banyak pilihan lagi yaitu di Pantai Sadeng, tapi pantainya berkarang, jadi nggak bisa buat berenang. Di kawasan Pantai Ngerenehan, Ngobaran, dan Ngunyahan ini yang air lautnya aman buat berenang ya cuma di Ngerenehan.

Sebelum ke pantai tentu saja kita mempersiapkan segala sesuatu demi kenyamanan di perjalanan nanti. Dan tidak lupa kita membawa Rio, kucing keluarga kami biar doi juga bisa ikut piknik. Baju ganti, baju renang, kacamata renang, dan tak lupa alat mandi dipersiapkan. Dan sesampainya disana kita ke Pantai Ngobaran dulu.

Pantai Ngobaran ini biasa dipakai untuk ibadah umat Hindu, jadi tidak heran kalau ada bangunan pura menyerupai di Bali yang berdiri tegak disini. Dengan latar foto seperti ini, rata-rata pada percaya kita lagi di Bali lo. Hihi! Selain pura, ada juga patung dewa-dewa yang sepertinya baru dicat ulang, dan tentu saja berbagai spot foto asyik lainnya di pantai ini. Tumben-tumbenan juga suami ngajak foto berdua. Nah gitu dong, biar ada mesra-mesranya dikit, hihi. Padahal maksudnya suami biar anak lanang bisa sekalian mengasah kemampuan fotografinya. Haha!

Setelah dari Ngobaran, sebenarnya kita pengen nyobain berenang di Ngunyahan. Tetapi ternyata Pantai Ngunyahan banyak karang yang tajam, wah ya bahaya nanti bisa luka-luka kita. Well, akhirnya kita kembali ke Pantai Ngerenehan buat berenang.

Berenang di pantai sudah jadi keharusan bila kami berpiknik ke pantai. Soalnya kita semua pecinta air. Apalagi pandemi gini kita jarang banget berenang. Jadi kalau lihat air bawaan pengen nyebur aja.

Sayangnya, sebagai ibu yang baik (ceileh), aku nggak bisa ikutan berenang karena harus menjaga barang bawaan dan juga si Rio. Padahal lihat mereka renang asyik sekali  si ayah sampai renang ke tengah. Lokasinya aman karena Pantai Ngerenehan dikelilingi bukit tinggi, sehingga ombak yang datang tidak langsung dari pantai lepas.

Wisata di Gunungkidul itu asyiknya harga makanannya relatif murah dan rasanya cukup lumayan. Apalagi kalau belinya ikan segar yang memang dari tangan pertama nelayan, hmm, rasa ikannya nggak amis dan ada manis-manisnya. Jangan lupa beli es degan biar beneran kayak lagi di pantai (lha emang lagi di pantai, piye to?)

Menu wajib kami kalau makan di pantai adalah ikan bakar. Menurut kami ikan segar akan sangat legit kalau dimasak dengan dibakar. Tekstur dan aroma segarnya sangat terasa. Nah selain ikan bakar kita jga pesan cumi-cumi. Kalau ini sih buat anak-anak.

Rute ke Pantai Ngerenehan ini sebenarnya tidak sulit. Jalannya juga sudah full aspal sampai ke lokasi pantai. Kita akan dimanjakan dengan pemandangan bukit terbelah. Di perjalanannya aja sudah banyak pemandangan menyejukkan mata. Hanya saja memang jalannya agak sempit, jadi kita harus berhati-hati dalam menyetir. Untuk berkendara di lokasi seperti ini, pastikan kondisi kendaraan dalam kondisi prima. Jangan lupa mengecek kondisi kendaraan seperti kondisi air radiator, filter dan selang bensin, oli mesin, baterai, timing belt, saringan udara, lampu, wiper, dan untuk kondisi jalan sempit dan naik turun seperti jalan ke Pantai Ngerenehan, kondisi rem dan ban harus mendapat perhatian ekstra. Karena kalau sampai rem blong bisa beresiko jatuh ke jurang tuh. Nah, bila ada sparepart kendaraan yang kondisinya kurang oke, sebaiknya segera diganti. Cara mendapatkan sparepart kendaraan sekarang juga semakin mudah, misalkan kendaraan kita Toyota, maka cukup ketikkan jual aksesoris mobil Toyota. Nanti pasti keluar banyak hasilnya. Awas barang palsu, biar yakin, mending di website  resmi Toyota yaitu auto2000.co.id saja. Dijamin kualitas dan harganya.

Simpan lokasi untuk memudahkan transaksi


Berbagai servis purna jual

Jadi, jalan-jalan kemana lagi nih?

24.5.21

Pengalaman di Dokter Alwi dan UGD Nur Rohmah Gunungkidul: Beware of 'masuk angin'

 


Dari kemarin Faris mengeluh perut kanan bawahnya sakit. Kami pikir itu masuk angin. Hari ini katanya sakit banget dan langsung kita bawa ke dokter. Sesuai saran Mbak Ika, pemilik kontrakan kita, dia saranin ke dr Alwi di Kemorosari. Katanya dokternya ramah dan nggak dikit-dikit obat. Benar saja, waktu aku daftar via WA, Pak dokternya langsung balesin (mungkin adminnya ya). Sip, testimoni ramah terbukti.

Sampai di tempat praktek, Alhamdulillah nggak antri. Setelah daftar, Faris langsung diperiksa. Baru cek awal, langsung diminta bawa ke UGD RS saja, takutnya itu gejala usus buntu. Soalnya Faris bilang sudah 3 hari sakit perutnya. Sip, testimoni RUM terbukti, ketika sudah ada gejala yang mengarah ke penyakit dalam, tanpa banyak kompromi langsung suruh cek lab. Anak jadi nggak kebanyakan konsumsi obat, ya kan?
Walo seneng dapet dokter yang to the point, tapi tetap khawatir dong, soalnya kalau hasil tesnya beneran usus buntu, ya kudu dirawat, mamak mana yang  gak panik coba? Untungnya Faris bilang perutnya nggak sakit kalo kakinya ditekuk (ciri usus buntu). Jadi ya udahlah, coba langsung ke UGD saja buat memastikan. Tujuannya ke RS. Nur Rohmah. Walo kata temen2 RS ini kurang rekomen, tapi pengalaman kemarin vaksin disini, nakesnya cukup komunikatif. Lagian males lah dah malem masih harus survei RS segala.

Alhamdulillah di RS Nur Rohmah menurutku pelayanannya memuaskan. Mungkin karena pasiennya sedikit ya, jadi kondisi nakesnya prima. Setelah ditimbang badannya dan diperiksa, Faris langsung diminta pipis dan air kencingnya diuji laboratorium.

Nunggu hasil lab


Agak lama nunggu hasil labnya. Pas menunggu, datang serombongan orang dengan kondisi pasien tidak sadarkan diri. Rupanya pasien diduga mengalami gejala stroke dengan kondisi yang agak terlambat, sudah terlanjur pendarahan sehingga ybs tidak sadarkan diri. Nah, ada satu kesamaan pasien ini dengan Faris. Gejala awalnya seperti masuk angin! Memang bener kalo di kedokteran nggak ada istilah masuk angin, karena ternyata itu bisa mengarah ke berbagai gejala penyakit, dari yang ringan sampai kritis! Jadi si pasien itu awalnya muntah pada pukul 2 siang. Dipikir hanya masuk angin biasa jadi langsung minum obat warung. Nah, pada pukul setengah lima, si pasien mulai ngomongnya nggak jelas. Sampai di sini orang rumah belum ngeh kalau itu gejala stroke (dari pembicaraan sih, si pasien nggak tinggal sama keluarganya). Akhirnya baru sekitar setengah 8 malam dibawa ke UGD dengan kondisi tidak sadarkan diri. Kata Pak Dokter Ganteng di UGD (ealah anaknya sakit masih ngeh aja beginian), waktu awal muntah itu sebenarnya sudah mulai gejala stroke, ketika bicaranya mulai nggak jelas, sebenarnya gejala strokenya sudah 'konfirm' dan seharusnya langsung dibawa ke UGD. Namun karena dibawa ke rumah sakit 3 jam kemudian, kemungkinan pendarahannya sudah sampai ke otak sehingga pasien tidak sadarkan diri. Pak dokternya bilang, "Kami akan mengusahakan sebaik-baiknya, tetapi semuanya tergantung yang di atas." Ah bapak, udah ganteng, religius lagi..ea..ea..

Well. Allah menyentilku tanpa aku harus 'terperosok', karena Alhamdulillah hasil lab Faris bagus, kemungkinan memang masalah pencernaan saja, bukan usus buntu. Tapi dengan menyaksikan sendiri pasien yang terlambat penanganan penyakitnya membuatku semakin sadar untuk:
1. Segera mempelajari berbagai gejala yang mengarah pada penyakit kritis. Mungkin belum buat kita, tetapi buat keluarga, tetangga atau rekan kita. Dengan memahami gejala penyakit kritis maka kita tidak akan menunda ke rumah sakit. 

2. Dengarkan alarm tubuh. Dari penuturan pengantar pasien, sebelumnya si ibu sudah kecapekan karena semalaman memasak. Kurang tidur, dan malah didoping dengan kopi. Ditambah punya penyakit darah tinggi, ya sudah, jadi sasaran empuk sakit stroke deh.

Tapi, dari hasil lab Faris, aku merasa sangat terbantu dengan artikel di situs kesehatan terpercaya seperti alodokter (mbok endors plis, ngarep). Coba kalau nggak googling dulu, pasti udah panik dan nggak tenang ketika disuruh cek lab dan ya ampun itu nunggu hasil labnya juga rada lama lho! Informasi pada situs seperti itu tentu sangat membantu di kala pandemi seperti ini. Jadi, kalau nggak darurat banget, bisa lah perawatan sendiri di rumah. Apalagi ketemu dokter ramah macam dokter Alwi, kayaknya besok-besok bisa konsultasi WA dulu nih, hihi.

Semakin betah tinggal di Gunungkidul dengan fasilitas kesehatannya yang baik dan tenaga kesehatannya yang ramah. Beneran di dua faskes semuanya ramah dari bagian pendaftaran, perawat, dokter, dan apoteker. Di dokter Alwi nggak bayar karena langsung cuss UGD, di RS nur Rohmah, dari total cek lab, jasa dokter, dan obatnya Faris habis Rp.125.000, separonya biaya konsultasi kehamilan (tok, belum sama obat) tahun 2018 di Sleman, haha! (Sama-sama Jogja tapi beda banget Sleman sama Gunungkidul)

How can't i not love Gunungkidul?

Ps: keep beware with your body sign ya gaes! Beware with people's health around us too. May Allah bless us with healthiness.

10.4.21

Akal budi dan Kurikulum yang Kaya

 Narasi pertemuan kedua Kelas Akademis Charlotte Mason.


Dalam filosofi pendidikan Charlotte Mason, akal budi terbagi menjadi 2, yaitu akal budi anak bayi dan akal budi anak sekolah. Karena fokusnya adalah membedah sisi akademis dari CM, maka materi hari ini membahas soal akal budi anak sekolah.

Seringkali orang tua ataupun pengajar bekerja keras menciptakan permainan dalam sarana pembelajarannya. Padahal permainan bukan jalan menuju akal budi. Akal budi bertemu akal budi lewat pemikiran. Permainan memang perlu, tapi itu tidak wajib. Apabila diibaratkan seperti makan, bukankah makanan yang kita makan tidak mesti selalu enak? Tapi kita tetap memakannya karena kita butuh makan. Begitu juga belajar, tidak semua pembelajaran menarik dan bisa dipindah dalam bentuk permainan yang menyenangkan. Akan tetapi anak yang meresapi bahwa belajar adalah kebutuhannya tentu akan tetap belajar sekalipun materinya disampaikan tanpa permainan. 


Makin sedikit guru/pendidik mengajar, makin banyak anak belajar

Paradigma ini mungkin sulit diterima oleh kelaziman pendidikan saat ini. Kalau gurunya sedikit mengajar, buat apa ada guru? Ya, memang guru hanya sedikit mengajar, tetapi yang akan guru lakukan lebih dari sekedar mengajar, tugas besar guru adalah memantikkan ide ke masing-masing siswa sehingga pemikiran siswa bekerja. Tidak perlu banyak ceramah, sampaikan secara konkrit manfaat dari pembelajaran yang akan disampaikan, dong anak untuk mendapatkan ide yang merangsang berpikirnya. Setelah pemikiran ini bekerja akan timbul rasa ingin tahu dan keinginan belajar. Karena keinginan belajar yang datang dari dalam, tentu saja pembelajaran akan lebih melekat di benak siswa. Pada saat seperti itu, gelontoran fakta yang akan disampaikan guru akan meresap ke benak siswa. Mereka tidak sekedar hafal materi pelajaran tetapi telah benar-benar memahami.

Pendidikan ibarat iman. Tidak nampak namun kita harus meyakininya. Sebagai guru, kita harus beriman (yakin) bahwa anak akan mengolah ide. Percaya bahwa anak memiliki rasa ingin tahu dan butuh belajar sehingga tanpa banyak ceramah dan peringatan anak sudah tergerak untuk 'memberi makan' jiwanya.


Kurikulum yang Kaya

Kurikulum sekolah saat ini berfokus pada persiapan ujian untuk ke jenjang berikutnya. Semua bergantung pada penilaian dan kompetisi meraih nilai yang terbaik. Tujuan belajar adalah mendapatkan nilai yang baik sehingga kebebasan belajar berkurang.

Padahal hukum alam memiliki kurikulum yang lengkap. Yang penting kita memenuhi 3 hal ini dalam menyusun silabus pendidikan anak:

a. Anak butuh banyak pengetahuan karena akal budi butuh cukup 'makanan'

b. Pengetahuan harus beragam, seperti halnya lidah yang butuh variasi rasa makanan

c. Pengetahuan harus dikomunikasikan dengan bahasa yang betul, harus runtut dan cerdas sehingga membangkitkan rasa ingin tahu anak.

Mata pelajaran yang banyak bukan beban, justru untuk refreshing agar tidak jenuh dengan satu pelajaran. Supaya pelajaran tidak menjadi beban adalah dengan mengurangi jam pelajarannya. 


Bagaimana mengevaluasi belajar anak?

Yaitu lewat narasi. Dengan narasi kita bisa mengevaluasi seberapa pemahaman anak soal pengetahuan tersebut. Bagaimana kemampuan anak mengaitkan satu ilmu dengan ilmu lainnya, karena sejatinya semua ilmu pengetahuan itu berkaitan.

Dalam belajar, fokus itu sangat diperlukan. Oleh karena itu, prinsip sekali baca harus dilakukan. Untuk melatih fokus anak. Pembelajaran di CM semua lewat cerita. Jadi sesi akademis dengan sekali baca dan narasi adalah wajib dilakukan di CM. 

Kurikulum yang kaya akan merangsang anak berpikir. Anak perlu pengetahuan bersifat pemikiran sehingga dapat merangsang pikiran kreatifnya. Sejatinya anak mempunyai keinginan belajar namun belum bisa mengungkapkan kemauannya. Yang pertama dan utama adalah mengenalkannya pada Sang Pencipta, nanti setelahnya dia akan lebih baik berelasi dengan sesama manusia dan alam.

Tambahan:

Menurut yang dipahami CM'ers, tipe belajar itu mitos, yang penting habitnya, karena habit 10x lebih powerful dibanding  bakat alami.

Untuk anak di bawah 6 tahun, sering bacakan cerita tetapi tidak perlu minta anak narasikan.

5.4.21

Narasi: Proses Pencernaan Pembelajaran ala Charlotte Mason

Materi Kedua Kelas Akademis Charlotte Mason bersama Mbak Ayu Primadini

Materi: Workshop Narasi

Narasi ulang oleh: Ardiba R Sefrienda

Anak kecil senang bercerita: menarasikan pikirannya.


Ketika di pembahasan soal pembelajar mandiri, aku bertanya-tanya, memberikan ide-ide hidup itu kongkritnya seperti apa sih? Nah, pembahasan tentang narasi akan menjadi jawabannya. Karena pada materi tentang narasi ini, peserta akan diajarkan teknis kegiatan narasi ala CM itu seperti apa.

Pendidikan adalah perkara rohani, bukan hanya soal dekorasi eksternal/rangkaian kegiatan jasmani semata. Sebaik-baik pembelajaran adalah pembelajaran mandiri. No education but self education. Dengan pendidikan mandiri anak dapat sadar akan kemajuan belajarnya. Proses belajar dilakukan bersama antara fasilitator/orang tua dan anak.

Pendidikan CM menekankan pada living material, dimana sumber ide hidup berasal dari sana. Sebagian besar living material berupa buku, walau tidak menutup kemungkinan living material berupa video atau kejadian sehari-hari. Namun, untuk sesi akademis CM memang lebih tepat menggunakan living book. Nah kegiatan narasi bila diibaratkan dengan makanan adalah proses pencernaan, proses narasi adalah proses anak mencerna ide dalam literatur tersebut untuk nantinya terserap menjadi bagian dari dalam diri anak, seperti halnya nutrisi makanan yang terserap tubuh. Dalam melakukan narasi, perlu diperhatikan beberapa hal agar narasi berlangsung dengan baik:

1. Pilihlah buku yang bermutu

Dalam workshop narasi ini, Mbak Ayu membacakan cerita tentang Florence Nightingale dalam 2 versi. Versi pertama lebih menekankan pada fakta-fakta, sedangkan versi kedua bahasanya lebih deskriptif. Bacaan versi pertama, pendengar perlu menghafal untuk dapat menarasikan ulang bacaan. Sedangkan bacaan kedua, pendengar bisa lebih mudah menarasikan karena pendengar seolah dibawa serta ke kehidupan Florence. Nah buku kedua inilah yang disebut dengan living books alias buku berkualitas menurut CM. Bacaan lebih menekankan pada nilai-nilai kehidupan ketimbang fakta yang bisa dicari lewat mesin pencari. Pembelajaran nilai kehidupan ini akan semakin merasuk ke sanubari anak manakala dia menarasikan ulang 

2. Bacakan hanya sekali

Pendidikan adalah proses membangun kebiasaan, salah satunya dengan narasi. Prinsip saklek yang tidak bisa ditawar adalah bacakan hanya sekali. Hal ini berguna dalam mengajarkan anak untuk fokus. Habit of attention.


Narasi juga menjadi bagian dari habit of good communication. Lewat narasi, anak akan belajar mengutarakan pemikirannya. Tidak mudah lho menceritakan ulang apa yang sudah kita dengar apabila kita tidak terbiasa untuk fokus dan bernarasi.

Selain itu, bernarasi juga mengembangkan habit of thinking karena untuk me-recall hal apa yang harus diceritakan kembali tentu otak anak harus berpikir. 

3. Jangan menginterupsi

Hargai anak sebagai pribadi utuh yang memiliki keunikan dalam berpikir. Jangan meninterupsi narasinya karena konsep pendidikan mandiri adalah mengeluarkan yang ada di dalam diri anak. Interupsi akan memberikan intervensi eksternal yang akan mengurangi esensi pembelajaran mandiri. Oleh karena itu, pemilihan buku atau referensi yang tepat adalah mutlak. Jangan menggunakan buku yang hanya menyajikan sekumpulan fakta karena ini akan menyulitkan narasi, dimana anak akan yerlalu sibuk menghafal ketimbang menikmati bukunya. 

Pendidikan adalah atmosfer. Sebagai fasilitator kita harus menikmati momen kita mendampingi anak pada sesi akademis CM ini. Nikmati saat kita membacakan cerita. Berikan artikulasi yang tepat sehingga anak lebih mudah mencerna apa yang kita bacakan. Mendidik anak adalah perjalanan maraton, jadi pastikan kita menikmatinya kan..

4. Percaya!

Membuat materi pembelajaran yang menarik sejatinya lebih mudah ketimbang mempercayai bahwa anak memiliki kemampuan mencerna pengetahuan yang kita sajikan dan percaya mereka melakukan yang terbaik. Semakin banyak kita mengajar, justru semakin sedikit anak bisa belajar. Sebaliknya, semakin sedikit intervensi kita dalam proses pembelajaran anak, maka anak akan belajar dengan maksimal. Hal ini tentu tidak sesuai dengan norma umum di masyarakat tentang pembelajaran. Yang nggak paham bakal bilang "Enak banget gurunya kalau cuma gitu doang." Padahal yang 'cuma gitu doang' ini efeknya justru luar biasa bila dilakukan secara konsisten. Kembali pada konsep pembelajaran mandiri dimana semua berdasarkan dari dalam diri anak. Jadi percaya saja pada kemampuan anak mencerna ide hidup yang kita sajikan. Pastikan saja sajian untuk pendidikan (rohani) anak cukup secara kualitas dan kuantitas.-->memastikan cukup ini juga gak mudah dan nggak ada aturan baku bagi anak bersaudara sekalipun.

5. Children are born person

Kita memang harus percaya pada kemampuan anak, tetapi jangan pula memiliki ekspektasi berlebihan terhadap anak. Evaluasi bila ternyata anak tidak sesuai yang diharapkan.

Pendidikan adalah seni membangun relasi. Karena setiap ilmu saling berkaitan, tidak berdiri sendiri. Dengan pendidikan maka anak akan memiliki kemampuan untuk mengaitkan ilmu satu sama lain. Ini bukan tentang banyaknya yang dipelajari anak, tetapi bagaimana anak mempelajarinya.


-MEMULAI NARASI-


1. Start small

Sesuaikan dengan kemampuan konsentrasi anak. Sedikit demi sedikit


2. Tunjukkan caranya

Untuk anak yang belum terbiasa narasi dapat kita berikan dulu contoh narasi itu seperti apa. (Orang tuanya kudu belajar dan paham teknik narasi terlebih dahulu)


3. Oops/ teknik pura-pura salah

Untuk mamantik anak mengeluarkan pendapatnya bisa dengan berpura-pura salah dalam membuat narasi dan anak tergelitik untuk mengkoreksinya.


4. Variasi aktivitas

Variasi aktivitas biasanya dilakukan hanya pada awal narasi, karena saat itu anak mungkin belum tertarik dengan narasi. Variasi aktivitas bisa dilakukan untuk memantik minatnya bernarasi, seperti narasi menggunakan media lego, mobil-mobilan, dll. Nanti, setelah anak terbiasa narasi dan tidak kesulitan bernarasi, maka orang tua tidak perlu memvariasikan aktivitas lagi.


5. Tahapan narasi tertulis

Setelah anak menguasai narasi lisan, umumnya membutuhkan waktu sekitar 3-4 tahun, maka kemudian narasi bisa ditambah dengan narasi tertulis.

Teknisnya bisa dibacakan lalu anak membuat narasi tertulis atau anak membaca sendiri dan membuat narasi tertulis. Semua tergantung kondisi.

Saat memulai narasi tertulis, mungkin anak tidak terlalu banyak menulis karena adanya perbedaan koordinasi antara lisan dan tertulis. Menulis lebih sulit karena butuh kombinasi koordinasi otak untuk memikirkan apa yang akan ditulis dan motorik halus untuk menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan.

Saat anak memulai narasi tertulis, jangan dikoreksi, termasuk kesalahan tanda baca. Biarkan anak membaca ulang narasi tertulisnya dan menyadari kesalahannya, seperti misal kurang tanda titik, kan bisa menges tuh bacanya.


6. Mengasah kemampuan menulis

Seiring waktu, narasi tertulis bisa menjadi sarana mengasah kemampuan menulis. Kaidahnya antara lain:

-Satu aturan tata bahasa dalam satu waktu. Sesuai prinsip gentle art of learning, sedikit demi sedikit tapi konsisten.

-Minta anak mengkoreksi sendiri. Sesuai prinsip pembelajaran mandiri, biasakan anak untuk mengevaluasi pekerjaannya secara mandiri.

-Dukung anak menulis lebih banyak. Kadang anak perlu lebih disemangati agar mau berusaha lebih.

-Tulisan kreatif. Misal anak bisa mengkreasikan narasinya dalam bentuk cerpen (atau mungkin ulasan di blog? Hehe). Tapi menulis kreatif ini adalah tahapan lanjut, artinya jangan tergesa-gesa meminta anak mencoba menulis kreatif apabila kemampuan dasar menulisnya belum dikuasai.

Jadi metode narasi pada pendidikan CM mungkin terasa 'gitu doang' buat sebagian orang. Tetapi hal yang kayaknya gitu doang itu justru mengasah kemampuan anak untuk fokus, berpikir, dan berkomunikasi. Itu adalah skill inti yang harus dikuasai apa pun pekerjaan anak ketika dewasa nanti.

Dari pembahasan soal narasi, terlihat bahwa metode CM sangat mengasah kecerdasan linguistik anak. Namun hal ini bukan berarti CM mengesampingkan kecerdasan lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah mahluk sosial, dalam bersosialisasi tentu butuh komunikasi. Jadi, memang aspek linguistik ini memegang peranan kunci dalam kehidupan anak. Mau apa pun pilihan hidupnya nanti, kemampuan berkomunikasi tetap yang paling utama dikuasai kan?

Mari bersenang-senang dengan narasi ^_^

20.3.21

Penasaran Habit Training ala Charlotte Mason

Berawal dari kegelisahanku yang merasa #dirumahsaja membuatku nggak produktif. Aku nggak bisa maksimal bekerja, dan di sisi lain anak-anak tidak terkondisikan dengan baik. Waktu pagi hari aku dedikasikan untuk SFH anak lanang. Kalau lagi apes banyak tugas, pendampingan belajar berlanjut sampai sore. Kadang rasa ingin menyerah, gunanya anak ngerjain tugas yang melelahkan ini apa sih? Ya buat anak lain mungkin nggak melelahkan, tapi jelas anakku nggak nyaman dengan tugas sekolahnya. Udahlah anak nggak hepi, aku pun nggak bisa bekerja. Tapi lama-lama ya terbiasa juga dengan tugas-tugas itu. Memang nggak sempurna, tapi aku sangat mengapresiasi usaha anak lanang buat menyelesaikan tugas sekolahnya.

Waktu bergulir, dan di tahun 2021 ini keluarga kami memulai lembaran baru hidup di Gunungkidul. Dari yang awalnya aku tinggal bersama orang tua sembari suami bekerja di luar kota, lalu sekarang tinggal di tempat baru tanpa bantuan orang dewasa lain di rumah. Ya, suami sekarang bakal lebih sering pulang sih, tapi tetap saja kan, hari-hari kulewati sendiri tanpanya. #halah

Sesaat sebelum LDM (lagi)

Minggu pertama ditinggal suami pasca pindahan, jujur sempat stres. Banyak pembiasaan dan keadaan baru yang membuatku harus keluar dari zona nyaman. Tapi aku sadar, membiasakan kebiasaan yang baik, sementara support system berkurang memang nggak mudah. Tapi bukan berarti nggak bisa kan? Alhamdulillah, pertolongan Allah memang cepat, anak-anak langsung betah di lingkungan baru yang memang sangat kondusif dan aku mulai membiasakan diri dengan ritme sekarang. 

Berkenalan dengan Habit Training

Tangan Allah memang luar biasa. Sebagai pengabdi sosmed #halah, aku rutin mengikuti pemikiran Mbak Ellen Kristi di Komunitas Charlotte Mason Indonesia. Insight-nya selalu mencerahkanku dalam mendidik anak. Hingga aku tertarik pada pelatihan Habit Training (HT) yang dishare Mbak Ellen di Facebook-nya. Belakangan aku merasa tidak produktif. Ketika sekarang tugas anak tidak lagi menumpuk. Kerjaan kantor juga nggak sepadat dulu, nyatanya aku belum juga bisa menyelesaikan satu jurnal pun! Sepertinya jiwaku memang jiwa deadliner, kalo belum ada tekanan belum bisa kerja. Tapi masak iya mau kayak gini terus? Bekerja dengan sistem kebut nggak akan maksimal hasilnya. Apalagi untuk pekerjaanku yang seharusnya lebih banyak belajar mandiri. Jadi aku pikir aku wajib nih ikutan HT ini. Tapi keterangannya ini HT buat mendidik anak, bisa nggak ya kalau buat aku juga? Ternyata memang yang ditraining ibunya. Kalau anak ikut ter-training ya itu bonus. So, lets see pelatihannya nanti. Aku yakin pasti akan berdampak lebih baik bagi keluarga kami, seperti filosofi Cinta yang Berpikir yang jadi fondasiku mendidik anak dengan damai dan bahagia.

Tentang fokus

Aku sadar, inti dari permasalahan belajarku maupun anakku ada di fokus. Kami tipikal yang susah fokus. Distraksi kecil akan membuyarkan proses belajar. Lagi baca literatur terus ada wa masuk, akhirnya malah lama wa-nan. Lagi fokus belajar lalu kantuk menyerang. Ah, fokus itu berat deh. 

Makanya buat to do list dong!

Ya udah bikin, setiap pagi sudah merencanakan bakal belajar apa. Tapi ya itu, distraksi membuyarkan segalanya. How to deal with distraction? 

Tentang membaca

Belajar itu wajib, rasa ingin tahu membuat belajar menjadi menyenangkan, tapi aku pribadi bukan pembaca yang baik. Rasa ingin tahu ternyata belum cukup membuatku lancar menjalani proses belajar. Efeknya, aku jadi nggak bisa mengajarkan cara memahami bacaan dengan baik ke anak. Pantas saja pembelajaran metode CM menekankan pada living books dan narasi. Living books melatih anak memahami bacaan sekaligus belajar soal kehidupan. Narasi melatih anak mengungkapkan pendapat secara jelas dan terstruktur. Walau kayaknya cuma 'gitu doang' tapi nyatanya benar-benar jadi life skill wajib apa pun profesinya nanti. Semoga belum terlambat untukku mendidik anak menjadi generasi yang menikmati bacaan. Kuncinya ya, akunya harus bisa menikmati bacaan dulu, jangan tidur atau ditinggalin sosmed-an terus bukunya. Wkwkwk


Menjalani Habit Training ala Charlotte Mason

Seperti yang aku bilang di awal, sudah lama aku mengikuti grup Charlotte Mason Indonesia di Facebook, lebih tepatnya mengikuti Mbak Ellen Kristi yang merupakan pendirinya. Awal perkenalanku dengan Mbak Ellen (aku yang kenal, dianya mah enggak, hehe) adalah karena aku memenangkan hadiah buku “Cinta yang Berpikir’ karya beliau saat mengikuti giveaway Rumah Inspirasi. Tahun 2012 kalau nggak salah. Membaca buku itu membuatku merasa “tertampar” karena masih suka nggak tegaan sama anak. Selain itu, setiap status Mbak Ellen mampu membuatku merefleksikan diri dan bergumam, “Oh iya juga ya.” Sampai kemudian di awal 2021 ini Mbak Ellen memberikan informasi tentang Habit Training batch 6. Aku sangat tertarik untuk ikut.

Namun, sejujurnya aku agak ragu mau ikut HT ini. Bukan apa-apa, aku takut belajar ilmu parenting sementara pemikirannya belum sejalan dengan suami. Dulu saat awal punya anak dan sangat menggebu-gebu belajar parenting (makanya kenal Rumah Inspirasi dan Komunitas Ibu Profesional), namun pengetahuan ‘baru’ku ini malah membuatku berselisih dengan suami. Jadi saat ada info pelatihan HT ini aku ragu, nanti bakalan terjadi perselisihan lagi nggak ya?

Keraguan selanjutnya adalah karena aku sudah cukup sibuk dengan target kantor dan prioritas utama mendampingi anak belajar saja masih suka keteteran. Tapi di sisi lain aku mempunyai feeling bahwa training ini akan membawa perubahan signifikan terhadap produktifitas dan kualitas hidupku dan keluargaku. Maka  akhirnya aku tetap ikut HT ini setelah suami mengizinkan.

Training ini dibagi menjadi dua bagian. Pada minggu pertama peserta akan melakukan pembelajaran mandiri dengan materi selama 6 hari berturut-turut. Materi yang diajarkan ini akan menjadi bekal para calon trainer ini mengajarkan kebiasaan baik pada anak. Dengan ilmu yang cukup, bukan hal yang mustahil mengubah anak yang sulit diatur menjadi penurut.

Fase Pembelajaran Mandiri

Pada saat pembelajaran mandiri saya merasa tertantang dengan materi yang disampaikan. Setiap sebelum subuh saya meresapi teori dan mengerjakan tugas yang diberikan. Bila sebelumnya saya merasa ngantuk, tetapi mempelajari soal habit of obedience, validasi emosi, dan menyusun rencana habit training anak membuat mata saya melek dan bersemangat. Saya sangat terinspirasi dengan prinsip Atomic Habit yang dikembangkan James Clear, hal kecil yang dilakukan rutin akan menjadi besar dan luar biasa. Saya sadar kebiasaan yang sedang saya lakukan masih pada tahap pembiasaan sehingga masih berat dilakukan. Tapi aku percaya, dengan pengulangan demi pengulangan maka aku akan terbiasa dan hasilnya pasti luar biasa (optimis dulu dong ya). Terlebih ada motivasi dari Mbak Ellen bahwa, sebelum mendidik anak berdisiplin, maka kita sebagai orang tua harus mendisiplinkan diri terlebih dahulu.

Fase 10 Hari Pendampingan

Setelah sampai pada hari keenam pelatihan, minggu selanjutnya adalah saatnya praktek. Peserta diminta menentukan satu kebiasan baik yang harus dilakukan anak. Untuk hal ini aku jelas mengambil kasus soal anakku yang sulit disuruh belajar. Nanti ada Habit Training Planning (HTP)yang harus diisi. Penyusunan HTP ini harus sesuai dengan rules Habit of Obedience (HoO). Selama satu minggu full peserta diminta untuk mengevaluasi HTP yang dibuat dalam bentuk narasi yang dikumpulkan setiap hari. Tahapan penyusunan HTP ini sangat krusial sehingga Mbak Ellen mengadakan pertemuan zoom 2x untuk membahasnya. Selain itu Mbak Ellen juga membuka diskusi di grup WA. Calon trainer bebas bertanya dan berbagi informasi di grup. Harapannya memang akan terbentuk komunitas yang saling membangun. Ini merupakan salah satu kunci keberhasilan HT, dukungan komunitas.


sesi Zoom bersama Mbak Ellen Kristi

Setelah seluruh HTP peserta diberi masukan, mulailah pengalaman seru HTP selama 10 hari full dalam pendampingan Mbak Ellen. Aku salut dengan semangat para peserta dan juga kesabaran Mbak Ellen meladeni 35 ibu di dalam grup. Semua permasalahan para ibu dijawab dengan pendekatan sesuai akar permasalahannya dan kembali pada paradigmanya, yaitu membantu bukan menghukum. Anak ngeyel bukan karena dia mau melawan, tetapi coba diobservasi, siapa tahu dia memang tidak sanggup melakukannya jadinya ngeyel. Bisa juga ternyata dia sedang tidak mood, jangan disalahkan, kita aja kalo PMS juga pengen marah-marah kan. Lakukan diskusi dari hati ke hati, karena anak perlu didengarkan dan dimengerti. 

Masalah yang paling banyak dijadikan HTP adalah persoalan makan. Rupanya banyak anak yang belum menganggap makan sebagai kebutuhan sehingga orang tua perlu cara untuk mendisiplinkan makannya. dari hasil pendampingan selama 10 hari, rata-rata permasalahan adalah karena anak nggak fokus, biasanya kerena disambi nonton, porsi makan terlalu banyak, dan kadang anak memang belum lapar. 

Nah, kalau aku tim HTP belajar. Merutinkan belajar 1 jam setiap hari ternyata tidak mudah. Sempat aku terlambat mengirim laporan harian karena sampai ketiduran, anak belum juga mencapai target belajar hari itu. Tetapi setelahnya aku bisa lebih menjadwal belajarnya. Disini aku merasakan pentingnya briefing. karena pernah sekali aku menjadwal belajar di luar kesepakatan, eh anaknya ngamuk. Berbeda ketika belajarnya sudah sesuai kesepakatan, walau tengah asyik bermain juga anaknya tetap mau belajar. 

Akhirnya sampai pada hari ke-10 pendampingan. Saatnya penutupan. Aih sedih tapi senang juga. Sedih karena artinya waktu sudah 10 hari berlalu, seharusnya ada perubahan yang lebih baik kan? Tapi senang juga karena ternyata aku mampu menyelesaikan tantangan mendampingi HT anak selama 10 hari penuh. 

Dari 10 hari pendampingan, aku menyimpulkan 3 hal yang harus dimiliki anak agar berhasil menjalani perannya di dunia (hal yang masih aku pelajari juga). Hal itu antara lain:

  1. Jangan malas. Ini sih gunanya ikut HT, untuk melawan rasa malas. Waktu kita terlalu sebentar untuk menunda-nunda. lakukanlah hal produktif walau dimulai dari durasi waktu yang sebentar dulu. Nanti lama-lama setelah terbiasa waktunya bisa ditambah. Ingat selalu kita diberi nikmat hidup di dunia karena ada 'misi' yang Allah titipkan. Untuk para ibu, mendidik anak menjadi berguna bagi agama, masyarakat, dan lingkungannya adalah mutlak. Langkah awal menjadi berguna adalah dengan mengikuti hati nurani, taat pada petunjuk Illahi dan norma hukum. 
  2. Jangan takut. Memiliki ketakutan itu wajar, tetapi seringkali sesuatu itu menakutkan karena belum kita jalani. Berani melangkah saja dulu, nggak perlu takut gagal apalagi sekedar takut jadi omongan orang.
  3. Fokus. Kayaknya sibuk tapi ternyata nggak ada hasilnya? Bisa jadi karena kita tidak fokus. Nggak usah sok multitasking, otak kita dirancang hanya bisa fokus pada satu hal, jadi tetapkan prioritas dan disiplin dengan prioritas tersebut. *masih peer banget nih buatku yang gampang terdistraksi... 

Akhirnya tibalah saat refleksi akhir dan penutupan HT batch 6. Di sesi Zoom kali ini, Mbak Ellen mengajak anaknya yang remaja untuk berbagi soal remaja, karena beberapa peserta HT anaknya remaja, dan sesi sharing akan lebih lengkap bila ada sudut pandang dari remaja. Di sesi ini peserta jadi memahami, bahkan Mbak Ellen juga tidak luput dari kesalahan saat mengasuh anak. Tetapi dengan semangat untuk terus bertumbuh, akhirnya Mbak Ellen bisa sampai pada titik ini, dan masih terus memperbaiki diri dari hari ke hari.
 
Sesi sharing pada penutupan HT batch 6


6.1.20

Evaluasi Investasi EDibaFREE Awal 2020


Akhir tahun lalu, entah kejatuhan durian runtuh dari mana, berawal dari keisengan membuka marketplace OLX. Daripada buka shopee akhirnya malah belanja online, mending browsing cari tanah dijual di dekat kantor. Untuk rencana tinggal di dekat kantor nanti. Tiba-tiba nemu iklan yang tanahnya lumayan strategis, hanya 50 meter dari jalan Jogja-Wonosari dan 300 meter dari rumah sakit setempat. Akhirnya janjian sama kontak yang di OLX, sekalian kita mau piknik di pantai setelah itu..
Berawal dari iklan ini

Kesan pertama saat melihat lokasi tanahnya terasa langsung cocok. Tapi kita nggak mau ngoyo. Aslinya kalau deal juga bingung mau cari dananya dari mana. Singkat cerita, tanah itu memang seperti menghendaki kita pinang. Suami sudah menawar dengan harga yang cukup sadis dan ternyata penjualnya berkenan! Yang lebih mengejutkan lagi saat pertemuan langsung dengan calon penjual, si bapak sudah langsung bawa notaris dan BPN ke tempat kita janjian! Bapak penjual memang berprofesi sebagai developer, jadi soal dokumen jual beli dia sudah familiar. Suami sampai nggak percaya semua berlangsung begitu cepat. Sempat curiga jangan-jangan orang notaris sama petugas BPN-nya palsu. Tapi ngapain juga mau malsuin, wong sertifikat tanahnya beneran asli yang diserahkan ke notaris, dan dari notaris juga kasih kuitansi pembayaran ke kita. Progres dokumen juga dia laporkan setiap kali kita tanya. Kadang hidup itu mudah sehingga kita nggak percaya ya?

Harga tanah sudah disepakati, termin pembayaran sudah disetujui, persoalan selanjutnya adalah mengumpulkan uang untuk membeli tunai tanah tersebut. Kita sempat mencari info soal kredit bank, mulai dari yang syariah dengan prinsip jual beli sampai skema gadai SK seperti yang dilakukan banyak PNS. Tapi kesemuanya nggak jadi kita pilih karena kita secemen itu buat kredit, hihi. Akhirnya semua komponen investasi aku cairkan. Tapi pencairannya tentu saja mempertimbangkan likuiditas. Dari sini aku jadi mengevaluasi investasi yang aku lakukan.

1. Pemilihan jenis investasi harus tepat

Prinsip menabung pangkal kaya itu nggak cukup. Bentuk tabungan juga mempengaruhi keberhasilan kita menabung. Kadang karena sudah nabung saham atau emas, lalu merasa sudah aman untuk investasi jangka pendek. Itu jelas salah, karena saham sangat fluktuatif dan emas memiliki selisih harga beli dan harga jual yang cukup besar. Jadi kemarin saham dan emas nggak memungkinkan untuk dijual dan dibelikan tanah. Karena tanah itu jodoh, maka sebaiknya tabungan untuk beli tanah disimpan di investasi yang grafiknya relatif stabil dan biaya pencairannya rendah seperti reksadana tipe pasar uang (kalo reksadana tipe saham relatif tinggi fluktuasinya, cocoknya untuk jangka panjang).

2. Perhatikan liquiditas dari investasi yang dilakukan

Jujur sebelum ada kebutuhan 'mendadak' harus membeli tunai tanah, yang kupikirkan hanyalah mencari investasi dengan return yang tinggi tanpa memikirkan kebutuhan jangka pendek yanh sewaktu-waktu harus dipenuhi. Jadi, kedepannya aku harus detail memilah investasi yang nantinya untuk masa depan keluarga (sekolah anak, dana pensiun, dll) dan mana yang untuk kebutuhan jangka pendek (beli tanah, bangun rumah, dana darurat, dll)

3. Buat simulasi dan target secara rinci

Nah, selanjutnya aku gak bakal asal investasi lagi. Semua harus diplanning secara jelas dari awal. Seperti sekarang, kami sekeluarga masih ada peer buat membangun rumah idaman di atas tanah yang baru dibeli, tentu ada jumlah rutin yang harus disisihkan sampai dananya cukup untuk membangun rumah impian kami nanti. Sejujurnya agak berat juga, karena targetnya 3 tahun lagi sudah pindah ke Gunungkidul, tapi Bismillah deh, kalo caranya bener dan planningnya detail, hasilnya In sya Allah bagus.

Cause every night, I lie in bed
The brightest colors fill my head
A million dreams are keeping me awake

Semoga lancar semua resolusi EDibaFREE Family di 2020 ini. Aamiin.

15.8.19

Wonderful Bandung!

Tring...
Notifikasi email berbunyi. Rupanya ada surat pemanggilan peserta pelatihan yang tempo hari aku daftar. Rupanya aku mendapat jatah pelatihan di Bandung. Wah, nggak mengira mendapat jatah di tempat itu. Padahal ada 3 lokasi yang ditawarkan, yaitu Bandung, Serpong, dan Cibinong. Umumnya untuk peserta luar kota akan diarahkan ke Cibinong karena ada fasilitas penginapan dari instansi. Tapi mungkin karena jumlah peserta paling sedikit ada di Bandung, maka aku dan beberapa temanku dari Jogja mendapat jatah di Bandung.


Pergi ke Bandung dari Jogja itu agak tricky. Soalnya kalau mau naik pesawat, adanya flight malam, jadi mau nggak mau harus berangkat malam sehari sebelum acara. Selain pilihan naik pesawat malam, bisa juga naik kereta. Untuk mencari informasi mengenai akomodasi di Bandung aku mengandalkan aplikasi Pegipegi.
Aplikasi Pegipegi. Komplit mau cari tiket pesawat, kereta, atau booking hotel!

Di aplikasi ini, aku bisa mendapatkan informasi seputar penerbangan ke Bandung, jadwal kereta, dan juga hotel yang bakal kami tempati selama pelatihan. Tiket pesawat ke Bandung itu lumayan mahal bila dibandingkan dengan rute penerbangan lain, mungkin karena penerbangannya sedikit ya. Makanya perlu gencar mencari tiket pesawat murah. Nah, aplikasi Pegipegi banyak promo tiket pesawat. Kayak sekarang nih, ada promo diskon tiket pesawat 30% dan 300 ribu. Nah, harga tiket pesawat dari Jogja ke Bandung harganya hampir sejuta, jadi lumayan banget kan kalau bisa memanfaatkan promo ini. Asyik!
Promo yang ditawarkan Pegipegi

Pilihan keberangkatan kami jatuh pada penerbangan pukul 18.45 menggunakan pesawat Citilink. Sesampai di Bandara Husein Sastranegara, kami langsung menuju Hotel Scarlet, hotel yang sebelumnya juga sudah kami pesan via aplikasi.

Dua hari berada di Bandung, tentu nggak lengkap bila tidak mengunjungi tempat yang menarik di Bandung. Hari pertama aku memilih ke Cihampelas Walk atau bekennya disebut Ciwalk. Ciwalk jadi destinasiku di hari pertama karena aku harus beli oleh-oleh selagi sempat! Anak sulungku, Faris, paling ribut kalau ibunya dinas. Pokoknya wajib bawain oleh-oleh! Makanya, demi senyumnya aku harus cari oleh-oleh buat Faris dulu.

Aku ke Ciwalk ditemani Ate Asih, teman diklat prajab CPNS dulu yang kantor penempatannya di Bandung. Awalnya aku dan Ate berencana jalan kaki buat ke Ciwalk. Kalau dari peta digital sih seharusnya memang tidak terlalu jauh jarak antara Hotel Scarlet dan Ciwalk. Tapi jalan menuju Ciwalk itu menanjak, jadi setelah melalui sekitar 2/3 perjalanan kami menyerah dan langsung menyetop angkot. Haha!

Ciwalk memang asyik tempatnya buat hangout. Banyak spot instagramable juga disini. Desainnya memadukan bangunan outdoor dan indoor. Tapi sayangnya aku dan Ate nggak banyak berfoto kemarin. Karena aku juga fokus mencari oleh-oleh yang tepat buat anak lanangku. Tapi lumayanlah dapat satu jepretan ini.

Setelah mendapat incaran oleh-oleh yang mau dibeli, aku dan Ate bergegas solat karena sudah memasuki waktu Magrib. Paling suka sama tempat solatnya yang bertingkat dan relatif luas.
Mushola di Ciwalk

Setelah solat, perut terasa lapar. Eh tapi sebelumnya aku mampir ke tempat oleh-oleh yang berada tepat di seberang Ciwalk. Isinya macam-macam dan relatif komplit. Jadi agak kalap juga sih, langsung penuh dua tas besar deh.

Sebelum pulang, kami mampir makan, pilihanku nggak jauh-jauh seputar batagor dan mi ayam. Kali ini batagor dan mi ayam aku pesan sekaligus! Tapi porsi mi ayamnya sedikit kok, jadi nggak sampai mblenger makannya. Hehe!
Mi ayam batagor komplit, nyam2!
Hari kedua di Bandung, waktunya nggak terlalu panjang karena aku harus naik kereta jam 18.55. Tapi sepulang pelatihan, aku manfaatkan kesempatan jalan-jalan sore bersama Ate dan Teh Miwa. Kemarin Teh Miwa sibuk, jadi hari ini katanya mau nemenin sampai aku ke stasiun katanya. Kami mampir ke Forest Walk Babakan Siliwangi. Tempatnya asyik deh. Teduh dan medannya asyik buat jalan sore. Dan karena kalori kami sudah terbakar setelah jalan kaki dari kantor ke Babakan Siliwangi ini, jadi boleh dong kami menikmati seporsi batagor seharga sepuluh ribu ini. Nyam-nyam.
Already miss u Ate n Teh Miwa ^_^
Akhirnya tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.45, waktunya berpisah, dan aku bergegas memesan ojek online menuju stasiun. How a wonderful time in Bandung! Tengkyu Ate dan Teh Miwa!

27.4.19

Berkendara Nyaman Bahkan Saat Hamil karena Driver Jempolan GOJEK





Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya tahun 2009, aku untuk pertama kalinya merantau ke ibukota karena diterima kerja di daerah Serpong, Tangerang. Eh, enggak pas ibukota berarti ya, pinggiran ibukota lebih tepatnya. Saat itu, untuk pertama kalinya aku tinggal berjauhan dengan keluarga. Sebenarnya enggak sendirian banget sih, karena ada tanteku yang tinggal di Jakarta Timur. Jadi, setiap akhir pekan, aku selalu menyempatkan mampir ke tempat tante.


Tapi, zaman dulu kendaraan umum tidak semudah sekarang. Untuk mencapai rumah tanteku diperlukan beberapa kali naik angkot dan kereta. Belum lagi jalan kaki dari tempat berhenti angkot ke rumah tante, atau sebaliknya dari stasiun ke kosan, planning waktu harus matang. Kalau enggak bisa kemalaman sampai rumah tante atau pulang ke kosan.



Ada pengalaman menggelikan saat aku harus berjalan kaki ke rumah tante. Jalanan menuju rumah tanteku sempit dan ramai pengendara mobil dan motor. Sedangkan zaman dulu kan nggak banyak ojek online seperti sekarang. Jadilah aku penuh ketakutan diserempet mobil atau motor yang melintas di depanku. Coba ya kalau zaman dulu sudah ada ojek online seperti GO-RIDE dari GOJEK, mungkin aku tidak perlu mengalami ketakutan itu. Eeaa..


Delapan tahun kemudian, tepatnya akhir 2017, aku kembali menyambangi ibukota. Kali ini untuk ujian CPNS. Seperti biasa tempat persinggahanku kalau ke ibukota adalah rumah tanteku tercinta dan transportasi saat ini sudah jauh lebih baik dibanding delapan tahun silam. Apalagi karena sekarang ada ojek online ke mana-mana jadi mudah dan tidak terlalu khawatir macet.



Namun, jalan raya yang ramai dengan berbagai jenis kendaraan membuatku seringkali khawatir saat berkendara. Kecelakaan dapat mengintai kapan saja. Berkendara dengan aman saja sepertinya tidak cukup.



Untungnya sekarang, GOJEK sebagai penyedia transportasi online, semakin berkembang dengan fitur-fitur yang bermanfaat dan membuat penggunanya #UninstallKhawatir.

Setiap perjalanan kita bersama GO-RIDE dilindungi asuransi dari GOJEK yang bekerjasama dengan platform asuransi digital, sehingga apabila (naudzubillahiminzalik) terjadi kecelakaan atau pencurian saat di perjalanan, kita bisa memanfaatkan perlindungan asuransi ini.

Fitur Pertolongan Pertama Pada Trip



Perjalanan kita menggunakan GO-CAR pun semakin aman dengan fitur Tombol Darurat. Jadi bila terjadi hal-hal tidak diinginkan selama perjalanan seperti kecelakaan atau pencurian/ dibegal di jalan, kita bisa tekan tombol ini yang nantinya akan terhubung dengan Unit Darurat GOJEK yang siap melayani 24 jam non-stop. 



Nah, kabar baiknya fitur Tombol Darurat ini sudah bisa diakses customer GO-CAR di seluruh indonesia, lho. Semoga nanti bisa segera diakses di GO-RIDE juga, ya. Tapi, semoga juga kita enggak perlu memakai fitur ini dan selalu aman di jalan.

#UninstallKhawatir keluarga dengan fitur Bagikan Perjalanan

Bagikan perjalanan adalah fitur yang sudah bisa dinikmati pada layanan GO-CAR dan GO-RIDE. Fitur ini akan memberikan tautan lokasi kita yang bisa dibagikan ke Whatsapp, Line, atau SMS. Rincian informasi meliputi, titik pickup dan drop off, dan informasi pengendara (nama pengendara, jenis kendaraan dan nomor polisi, serta nomor pemesanan).

Bagikan Perjalanan via WA



Dengan begitu, orang-orang terkasih tidak lagi khawatir dengan keadaan kita di perjalanan karena lokasi akan diberikan secara real time

Peta Lokasi secara Real Time

Selain fitur yang bisa #UninstallKhawatir kita, GOJEK juga memerhatikan kualitas drivernya, agar konsumen semakin nyaman dan bebas khawatir di perjalanan.



Untuk proses awal menjadi mitra driver, GOJEK melakukan proses rekrutmen ketat untuk menyeleksi driver-driver pilihan serta menyediakan modul pelatihan untuk driver, yang berisikan informasi mengenai cara menggunakan aplikasi pengarah jalan, cara merawat kondisi kendaraan, patuh pada peraturan lalu lintas, dan cara memberikan pelayanan yang baik.



Kemudian ada juga RDL GOJEK, yang merupakan kerja sama GOJEK dengan Rifat Drive Labs dalam penyelenggaraan pelatihan bagi para driver. Program ini merupakan hasil inisiasi Duta Keselamatan Berkendara, Rifat Sungkar.

Dalam waktu 4 tahun terakhir, lebih dari 300 ribu mitra pengendara GOJEK di 20 kota Indonesia, sudah bergabung dalam program ini dan masih terus berjalan dan diikuti sekitar 10 ribu mitra driver setiap bulannya. Program ini memberikan edukasi mengenai: pengetahuan tentang tanggung jawab, kesabaran, dan empati, defensive riding, keselamatan berkendara, pre-trip inspection, dan sesi praktek.

GOJEK pun memberikan edukasi kepada mitra driver melalui #TrikNgetrip, sebuah program edukasi yang menyampaikan pesan dengan cara yang menyenangkan untuk para mitra driver dalam memberikan pelayanan terbaik dan tips dalam berkendara serta perjalanan kepada penumpang.
Ada juga workshop untuk meningkatkan keterampilan mitra driver lewat Bengkel Belajar Mitra. Program ini rutin diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia dengan menggandeng para profesional di bidangnya masing-masing untuk memberi pembekalan kepada driver GOJEK dalam meningkatkan layanan dan mengasah pengetahuan di bidang lain.

Kepada para mitra driver yang memberikan pelayanan super dan memiliki kontribusi di masyarakat, 
GOJEK turut mengapresiasi dengan memberikan penghargaan bernama Driver Jempolan. Penghargaan yang disematkan berupa pin pada jaket GOJEK mereka. Pin ini diharapkan akan memotivasi para mitra driver untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. 

Pelayanan prima GOJEK sedari dulu

Kerasa banget sih pelayanan prima setiap menggunakan GOJEK, baik itu GO-CAR maupun GO-RIDE. Saat ujian CPNS 1,5 tahun lalu, aku selalu pakai GO-RIDE ke mana-mana demi menghindari macet. 
Sempat main ke IKEA dan kopdar dengan teman blogger di daerah Alam Sutera, padahal kondisi saat itu sedang hamil tujuh bulan. Bersyukur banget deh GO-RIDE tersedia di mana-mana dan drivernya berkendara dengan baik. Nggak ada rasa was-was walaupun saat itu bawa gembolan besar di perut. Hihi.


Itu padahal pengalaman 1,5 tahun lalu, saat belum ada berbagai fitur yang lebih memaksimalkan pelayanan GOJEK. Harapanku sih GOJEK bisa terus berimprovisasi dan bersinergi dengan transportasi umum.

Jujur sih saat ini belum merasa butuh mobil, karena ada kemudahan mobilisasi berkat GOJEK. Mau ke stasiun, halte bus, atau bandara, tinggal panggil GO-RIDE atau GO-CAR ujung jari. Praktis dan ekonomis.

Oh iya, jangan lupa untuk update aplikasi GOJEK kamu ya karena fitur-fitur di atas akan tersedia di versi yang baru. Jadi, ayo #UninstallKhawatir bersama GOJEK. 

21.4.19

Wisata Asyik Bersama Bayi ke Monumen Nasional (Monas)

Foto keluarga minus ayah di Monas ^_^
Akhir Maret lalu anak lanang ada libur 4 hari karena kelasnya digunakan untuk persiapan ujian nasional. Daripada ngelangut di rumah, mending plesir aja. Tapi kemana? Yang jelas Ais pengen naik kereta, soalnya dia pengen makan nasi goreng di Reska, itu loh restoran yang di dalam kereta itu. Ya udah akhirnya diputuskan pergi ke Jakarta, soalnya kalau di Jakarta nanti bisa nginep di tempat saudara (silaturahmi plus ngirittt).
Ayo Buk, kita naik keretaa...
Kami berempat berangkat Sabtu malam pakai Senja Utama Solo. Aku, Ais, Fafa, dan akung sudah siap di stasiun sejak setengah 6 sore. Seperti biasa Ais ribut pengen cepet masuk kereta, padahal keretanya kan belum dateng yak, hihi. Akhirnya sekitar setengah 7 keretanya dateng, bergegas kami masuk ke kereta. Kami pesan kursi 3, karena Fafa masih dipangku. Konsekuensinya nanti ada yang duduk sendiri. Awalnya akung sudah siap-siap di kursi yang sendiri, tapi Ais yang malah minta duduk sendiri. Biar kayak orang dewasa, haseeek...

Pengalaman pertama membawa bayi perjalanan jauh dengan kereta

Naik kereta bersama Fafa sih sudah 2x, tetapi perjalanan sebelumnya hanya kereta jarak dekat dari Jogja ke Madiun. Jadi Fafa nggak terlalu rewel. Memang sama-sama kudu bahu kokoh karena Fafa minta gendong sepanjang perjalanan. Lah kalau 3 jam perjalanan sih oke, kalau 10 jam? Gempor dong cyyyn...
Untungnya keretanya tidak terlalu ramai. Aku beberapa kali berpindah tempat demi ketenangan Fafa. Tapi ya tetep aja dia nggak nyaman. Agak lama dia rewel, sampai muntah juga. Tapi akhirnya dia capek sendiri dan mulai tidur pulas sekitar jam 10an malam.
Akhirnya dia tidurrrr
Sampai Jakarta jam 3 pagi, langsung lanjut bobok begitu sampai tempat tante. Lalu sekitar jam 10 semua sudah siap buat destinasi wisata pertama, yaitu Monas (Monumen Nasional)! Oh iya, ini destinasi Ais sendiri yang menentukan, nggak tahu deh terinspirasi dari temannya atau gara-gara nonton youtube. Sudah banyak paparan informasi yang didapat anak lanang di usianya yang mau 8 tahun ini.

Siapin fisik!
Monas itu luas banget, mana pintu masuknya terbatas, nggak bisa masuk di sembarang tempat. Udah gitu jelas panas banget ya. Dan jangan harap ada pedagang asongan berkeliaran. Mending bekal makan dan minum sendiri, atau beli dulu makanan di food court di pintu masuk.

Masuk Monas harus dari bawah tanah, nanti cukup satu orang yang ngantri beli tiket, yang lain bisa nunggu di lorong yang full AC. Pokoknya nyaman lah.

Ngantri beli tiketnya juga nggak pakai lama. Kalau cuma mau masuk di cawan, tiketnya sekitar 5 ribu untuk dewasa dan 2 ribu untuk anak-anak. Kalau mau naik ke puncak, tiketnya 10 ribu, dan dibatasi pengunjungnya. Operasional ke puncak dimulai dari setengah 4 sore, tapi kalau berangkatnya mepet jam 4 juga takut nggak kebagian tiket ke puncak sih.

And the drama start..

Udah sampai ke Monas, masak nggak sampai di puncak sih. Akhirnya dibela-belain nunggu dari jam 12 siang sampai jam 4 sore demi lihat puncaknya monas. Boleh dibilang kita semua unprepared! Nggak tahu kalau nggak ada tempat makan di dalam Monas, sebenarnya sih memang nggak boleh makan, tapi nunggu sampai jam 4 kan yo laper, apalagi bayi Fafa, kasian kalau nggak makan, untungnya sih masih bawa roti sebungkus dan sebotol air minum. Tapi masalah makan nggak seberapa, karena Ais juga nggak ngeluh lapar dan perutku juga baik-baik saja. Masalah ke kamar mandi yang paling drama. Kamar mandi hanya 2 dan harus melayani ribuan pengunjung. Jadi buat ke kamar mandi harus antri sekitar sejam. Dan aku harus banget ke kamar mandi karena aku sedang deras datang bulannya. Selesai ngantri kamar mandi, akungnya cerita kalau Fafa nangis terus dan sempat muntah. Ya Allah. Tapi setelah nangis itu dia jadi lahap nenennya, terus tidur deh.
Ngemper di museum Monas. Bener 

Pokoknya, kalau plesir ke Monas lagi, mending masuknya habis maksi dan solat zuhur. Jangan lupa kosongkan kandung kemih, daripada kelamaan ngantri kamar mandi.

Foto kece dari Monas

Tapi semua drama tadi terbayar karena pemandangan baik dari cawan maupun puncak monas benar-benar menarik. Dari puncak monas kita bisa melihat keseluruhan kota Jakarta. Bagai melihat maket atau miniatur bangunan kota. Jadi berasa lagi bermain lego.
Buk, ada masjid kayak lego Ais ^_^

Kami naik ke puncak sekitar jam 4 kurang dan ternyata Ais kurang menyukai ketinggian. Tapi, bagaimanapun juga plesir ke Monas kali ini tergolong sukses! Nggak nolak kalau diajak ke Monas lagi. Hihi