21.8.22

EDibaFREE Family Trip: Ke Bromo dan Malang Satu Hari Saja!

Aku masih inget banget. Waktu itu lagi scrolling #WonderfulIndonesia dan ngeliat foto Bromo. Bagus banget. Sambil berharap dalam hati, suatu hari pengen piknik kesini.



Nggak nyangka gayung bersambut! Besoknya dapat info kalau temen-temen penglajon di kantor berencana open trip ke Bromo dan Malang. Masya Allah! Memang Allah itu Maha Mengabulkan keinginan hambaNya ya. Tambah semangat karena sebagai anggota penglajon yang rutin bayar iuran pada periode yang ditetapkan, jadi biaya piknikku gratis. Pas pamit sama Ayah Edy, beliau tanya, nanti anak-anak gimana? Mikirku sih gampang aja, si Faris kan bisa aja sendiri di rumah, nanti Fafa titipin pengasuhnya yang dulu di Jogja. Terus doi tanya lagi, gak boleh bawa keluarga ya? Langsung aku kepikir. Oiya juga ya, kalau bisa bawa keluarga pasti lebih seru ya? Tapi belajar dari pengalaman ke Semarang kemarin, aku kayaknya keok kalo harus bawa anak-anak tanpa suami. Akhirnya doi mengiyakan buat ikutan. Saat itu masih awal Juli, dan gara-gara rencana ke Bromo ini akhirnya ayah memutuskan pulang ke Palembangnya setelah dari Bromo nanti. Alhamdulillah berkah trip Bromo, ayah jadi di Jogja hampir 2 bulan, hihi.

Sebenarnya biaya trip ini sangat murah karena dikoordinir sendiri dan tanpa penginapan. Tapi tetep butuh putar otak juga buat ngumpulin biaya 3 orang. Alhamdulillah masih bisa ketutup. Udah semangat pengen belanja keperluan ini itu buat di Bromo, karena ini pertama kalinya kesana, tapi akhirnya yang beneran di checkout cuma kaos kaki, sarung tangan, sama kupluk. Sempat khawatir kalau jaketku nggak cukup hangat buat disana, tapi ayah ngayem-ngayem buat gak usah lebay, masih sama-sama di Indonesia, dinginnya ya gitu-gitu aja. *gaya banget mentang-mentang pernah ke luar negeri.



Akhirnya hari yang ditunggu tiba, ayah malah meriang dan Fafa masih batuk. Waduh, masak nggak jadi sih? Sudah tinggal berangkat lo. Akhirnya kita membulatkan tekad untuk tetap berangkat, Bismillah. Yang penting perintilan obatnya sudah siap. Obat masuk angin dari yang diminum atau dioles, lengkap! Penting yakin gaes. Nah, masalah berikutnya, aku belum juga packing. Masih bingung pakai outfit apa, karena punyanya cuma sweater endorsan, kalau pakai jaket kok kayaknya jelek. Akhirnya sesuai saran penasehat busanaku (suami), akhirnya mantap pakai sweater endorsan (duile bangganya). Bawa baju tebal cadangan juga buatku dan Fafa. Dan terus nyadar kalo bajunya Faris nggak ada yang tebal. Tapi Bismillah ajalah, lemaknya Faris kan tebal ya (maaf ya Nak). Bocahnya meyakinkan aku kalau dia pasti baik-baik aja pakai kaos dan sweater seadanya.

Tiba-tiba waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua. Artinya aku harus menjemput Fafa di penitipan. Padahal drama packing belum usai (bener2 deh makemak tu ribet!). Akhirnya Fafa baru dijemput jam 2 kurang. Sembari persiapan berangkat, aku masih harus ikut rapat mewakili mbak kakelti yang anaknya opname. Pas di jalan sinyal putus-putus, tapi Alhamdulillah rapat terlalui dengan baik. Kami sampai di BRIN Gedongkuning jam 15.30, tepat sesuai jadwal. Perjalanan dengan bis dimulai jam 4 sore lebih sedikit. 

Alhamdulillah perjalanan lancar dan tepat jam 2 pagi kami sampai di Sukapura untuk nanti dijemput jeep. Di Sukapura, bisnya parkir di Lava Hill Resort. Gaya banget kan? Bukan orangnya, malah bisnya yang 'nginep' disana.

Persiapan naik jeep (foto atas dan bawah hanya pemanis ^_^)


Perjalanan menggunakan jeep melewati jalanan berdebu dengan bendera merah putih di jeep. Suasana perjalanan berangkat kayak di kawasan Dlingo, Bantul, jalanannya sempit dan curam. Kami sampai bertanya beberapa kali ke pak supir, dikira sudah sampai ke lokasi, karena banyak spot kerumunan orang di sepanjang jalan menuju Bukit Cinta, lokasi tujuan untuk melihat sunrise. Apalagi satu jeep yang pernah ke Bromo cuma si ayah, mana pas itu dia tidur pula! Akhirnya sekitar jam 4 kami sampai Love Hills atau Bukit Cinta. Dari sini kami harus jalan menanjak untuk mendapatkan sunrise. Pertama udah pede mau jalan kaki saja, tapi jalannya cukup curam, kasian juga Fafa karena aku pun merasa capeknya. Akhirnya pakai ojek yang tarifnya cukup mahal, yaitu 50.000. Untung sih cuma perlu 2 ojek buat kami berempat. Sampai lokasi agak kecewa karena masih benar-benar gelap. Agak terobati dengan pemandangan bibtang-bintang di langit. Sayang, kalau difoto pada malu-malu bintangnya, cuma sedikit yang kelihatan. Menjelang jam 5, baru deh cantiknya Bromo kelihatan. Masya Allah bagus banget pemandangannya. Nggak nyangka pemandangan yang selama ini hanya kunikmati dari foto dan video, akhirnya bisa kunikmati langsung. Walau butuh perjuangan untuk menikmatinya

Saat subuh adalah saat terdingin selama kami di Bromo.

Ternyata tebalnya baju nggak seberapa ngefek. Pakai kupluk juga nggak banyak membantu,karena bagian paling sensitifku terhadap dingin adalah tanganku. Saking dinginnya, rasanya kaku semua jari. Next harus nyiapin sarung tangan yang lebih tebal untuk mengurangi dinginnya pagi hari. Saat itu Fafa mengeluh kedinginan. Saat kupeluk anaknya malah protes,katanya tangan ibu dingin. Tapi nggak berapa lama Fafa lalu tertidur. Syukurlah. Saat yang lain sibuk berfoto. Aku cuma fokus menatap keindahan Bromo sambil memangku Fafa yang tertidur. Alhamdulillah. Wishlist bikin foto keluarga di Bromo kesampean juga.

Kumpulan foto keluarga di Bromo

Rencana awal kita kumpul ke destinasi selanjutnya pada pukul 5.30. Tapi molor setengah jam, baru jam 6 kita menuju destinasi selanjutnya.

Widodaren valley.

Awalnya tak kira semua namanya Bromo. Ternyata gunung yang berbentuk memanjang menyerupai lipatan itu namanya Gunung Widodaren. Beneran cantik kayak bidadari deh. Disini kita semua berkumpul untuk menyanyikan Indonesia Raya. Merinding, bagus banget videonya, padahal suara kita ya pas-pasan aja. Hihi.

Foto bersama

Kawah Bromo

Sebenarnya bisa seru dan lama disini. Karena perjalanan menuju Kawah Bromo cukup jauh dan menanjak. Baru sampai pura saja kayaknya jauh banget. Aku sih tau diri aja, nggak coba-coba kesana. Mending memaksimalkan foto-fotoan disini. Hihi.


Pasir Berbisik

Kata ayah, disini paling jelek pemandangannya. Katanya mirip Gumuk Pasir Parangtritis. Iya sih memang mirip, tapi tetep seru aja sih berfoto disini. Puas deh njepret duo FREE disini.

Setelah dari Pasir Berbisik, kami lembali ke Lava Hill Resort. Perjalanan pulang suasanya mirip kayak turun dari Dieng. Memang kawasan pegunungan punya suasana yang relatif mirip walaupun ada kekhasannya masing-masing.




Sebenernya bisa langsung mandi setelah turun dari jeep. Apalagi masih banyak tim yang belum sampai. Tapi mandinya di WC dan pas jam 10 itu airnya masih dingin banget. Eh akhirnya malah si Fafa yang minta mandi. Walo katanya airnya dingin, tapi tu bocah santai aja. Nggak mau pakai jaket lagi juga. Aku aja yang rada khawatir terus olesin minyak telon yang banyak ke badannya Fafa. Oh ya, setelah sampai di Lava Hill lagi, memang rasanya cukup panas. Mulai berkeringat dan bau asem mulai semerbak disini. Hihihi.

Sampai disini jadwal mulai bergeser. Kita sampai rumah makan jam 12, padahal dijadwalkan jam 11 sudah sampai. Untungnya plot waktunya sampai jam 1 siang, jadi waktu istirahatnya yang dipercepat. Alhamdulillah sampai disini masih aman jadwalnya. Tapi ternyata perjalanan lumayan macet, kita sampai di lokasi petik apel sudah jam 4 sore lebih. Ternyata modelnya naik angkot dulu ke kebun warga gitu. Worthed dan edukatif banget sih wisata kesini. Tapi, pesenku sih nggak usah 'nggragas' petik apelnya. Kalau perlu yang dipetik yang dimakan disana aja. Karena kalau bawa pulang, harga apelnya 2x lipat harga di toko buah di depan kebunnya. Epic nggak tuh! Kalau mau nebus juga minimal 2kg. Jadi daripada hasil petikanmu urung kamu tebus, malah kasian pemilik kebunnya, mending jangan banyak-banyak metiknya ya!


Nggak terasa, tiba-tiba sudah mau magrib. Akhirnya kita solat dulu di masjid sekitar loket petik apel. Selanjutnya kita perjalanan menuju Bakso Kota Cak Man di Alun-alun. Ternyata lokasinya nggak jauh dari lokasi petik apel. Sempat terjadi kendala bisnya nggak boleh parkir karena lokasi parkir sudah penuh, akhirnya kita hanya diturunkan dan nggak tahu akhirnya bisnya jadi parkir nggak. Setelah makan kita sempat bingung nunggu bisnya dimana. Untung sih sinyal lancar dan nggak ada yang 'bandel' misal dari kelompok. Sempet kurang 2 orang, itupun karena mereka mikirnya bisnya nunggu di tempat diturunin tadi.

Kurang dua destinasi lagi. Sebenernya saat itu badan sudah capek banget. Tapi sayang dong sudah sampai Malang cuma begini aja. Akhirnya waktu belanja oleh-olehnya agak dipercepat. Udah kayak lomba belanja aja kudu cepet-cepetan. Yang lain beli oleh-oleh, kita sih belanja kuncir rambut buat Fafa dan gantungan kunci buat kunci rumah. Wkwkwk. Eh, beli dodol sama jus apel sih, yang memang khasnya Malang. 

Batu Night Spectacular

Seru sih wahana disini. Mirip Dufan versi mini. Tapi aku nggak tertarik permainan adrenalin sih, jadi ya cuma ngeliatin aja. Masuk sini bisa foto sepuasnya di Selfie Box dan Trick Art Gallery+Maze of Horror. Awalnya Faris pengen main trampolin, tapi adeknya maunya main di playground. Akhirnya adeknya main sendiri dan si kakak nggak mau main trampolin sendiri. Nungguin aja adeknya main sambil cemberut. Ayah udah kecapekan akhirnya duluan ke bis. Setelah Fafa puas main, kita langsung ajak pulang. Alhamdulillah di bis pada tidur nyenyak. Sekitar jam 5 kurang bis sudah sampai di BRIN Gedongkuning. Anak-anak bangun dengan ceria, tak lupa kami subuhan dulu sebelum perjalanan pulang ke Gunungkidul. Fabiayyialairobbikumatukadziban.

Ke BNS Fafa pake kuncir rambut baru ^_^


 Alhamdulillah 2 malam 1 hari yang luar biasa! Semoga masih diberi kesehatan dan rezeki jadi bisa trip keluarga bersama teman rasa keluarga lagi. Aamin.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...