12.7.21

Nikmati prosesnya: Sebuah renungan dari Film Soul


Bulan-bulan ini seharusnya aku fokus membereskan draft paper dan memastikannya segera published di jurnal bereputasi. Tapi, menerbitkan tulisan ilmiah tidak semudah posting di blog. Jujur ada kalanya aku merasa sangat payah. Harusnya mudah kan? Tulis-submit-revisi-terbit, tetapi proses 'revisi' ini memang menguras energi, sekaligus banyak pelajaran yang bisa didapat sih. Mulai dari kesabaran menunggu draft kita diproses (awaiting assignment yang lama), revisi berulang-ulang namun akhirnya berujung penolakan. Sakit, tapi ya dari situ skill menulis dan time planning kita diasah. Dan di tengah keputus-asaanku karena satu paper yang belum juga ditanggapi sedangkan paper lain belum juga jadi draftnya, padahal akhir tahun ini harus ada satu paper published (satu saja seharusnya tidak susah, tapi nyatanya nggak mudah buatku). Tiba-tiba aku seperti 'ditampar' lewat film kartun yang aku tonton.

Soul


Menceritakan seorang musisi Jazz John Gardner yang menyambung hidup menjadi guru musik di SMP. Cita-citanya adalah perform bersama pemain Jazz terkenal di kotanya, Dorothea Williams. Dan ketika kesempatan itu datang, ternyata John kecelakaan dan koma. Arwah John tidak terima harus meninggal, padahal dia tinggal satu langkah lagi menuju kesuksesan. Dengan berbagai cara akhirnya dia bisa kembali ke dunia dan perform dengan sukses bersama Dorothea Williams. 


What's next? Nyatanya ketika dia sudah mencapai definisi suksesnya, yaitu manggung bersama idolanya, justru hatinya hambar. Lalu apa lagi yang jadi semangat hidupnya ketika impiannya terwujud? Dari sini aku merasa tertampar...

Frustasi karena tidak bisa produktif selama pandemi?

Frustasi belum juga ada output tulisan padahal sudah lebih dari pertengahan tahun?

Frustasi karena merasa nggak bisa ngajari anak dengan baik?

Frustasi karena berbagai urusan yang belum kelar?


Hmm...seharusnya aku ubah frustasi ini menjadi nikmati...


Tidak produktif selama pandemi, tetapi bisa tetap sehat selama pandemi saja itu sudah anugerah yang patut disyukuri kan? Dan selama di rumah saja, bonding sama anak jadi lebih baik.

Sampai bulan ketujuh belum juga publish tulisan, ya tetap optimis lah draft yang sedang ditanam akan dituai akhir tahun nanti (aamiin), sambil terus berusaha menuntaskan draft paper yang lain. Boleh merasa kecewa dengan kemampuan diri sendiri, tapi jangan pernah meragukan tangan Allah, just try my best. Selama ada kemauan dan usaha, pasti ada jalan. Bismillah.

Menikmati lagi belajar bersama anak, nggak perlu ngoyo dengan berbagai target. Fokus pada pembentukan kebiasaan yang baik pada anak selama pandemi ini. In sya Allah itu yang akan banyak berguna bagi kehidupannya. Usaha nemang harus jalan terus, tapi pasrahkan hasilnya pada 'Sang pemilik takdir'.

Begitu juga dengan berbagai urusan yang belum kelar, memang kalau urusannya sudah kelar, mau ngapain? Jangan sampai terjebak kayak si John, ketika harapannya terkabul, malah jadi bingung mau ngapain lagi. Percayalah bahwa dalam setiap perjuangan ada banyak hal yang bisa disyukuri. Allah itu Maha Baik, jangan membebani diri dengan berbagai terget yang membuat frustasi. Fokus pada langkah-langkah penyelesaian yang bisa kita lakukan, tetapi tidak perlu mentargetkan hasilnya, kadang hasil yang dipilihkan Allah berbeda dengan target kita, tetapi justru itulah yang terbaik buat kita. 


GLP, 12 Juli 2021

Semoga kita selalu lebih baik setiap hari. Begitu juga bumi yang sedang sakit ini. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...