20.3.21

Penasaran Habit Training ala Charlotte Mason

Berawal dari kegelisahanku yang merasa #dirumahsaja membuatku nggak produktif. Aku nggak bisa maksimal bekerja, dan di sisi lain anak-anak tidak terkondisikan dengan baik. Waktu pagi hari aku dedikasikan untuk SFH anak lanang. Kalau lagi apes banyak tugas, pendampingan belajar berlanjut sampai sore. Kadang rasa ingin menyerah, gunanya anak ngerjain tugas yang melelahkan ini apa sih? Ya buat anak lain mungkin nggak melelahkan, tapi jelas anakku nggak nyaman dengan tugas sekolahnya. Udahlah anak nggak hepi, aku pun nggak bisa bekerja. Tapi lama-lama ya terbiasa juga dengan tugas-tugas itu. Memang nggak sempurna, tapi aku sangat mengapresiasi usaha anak lanang buat menyelesaikan tugas sekolahnya.

Waktu bergulir, dan di tahun 2021 ini keluarga kami memulai lembaran baru hidup di Gunungkidul. Dari yang awalnya aku tinggal bersama orang tua sembari suami bekerja di luar kota, lalu sekarang tinggal di tempat baru tanpa bantuan orang dewasa lain di rumah. Ya, suami sekarang bakal lebih sering pulang sih, tapi tetap saja kan, hari-hari kulewati sendiri tanpanya. #halah

Sesaat sebelum LDM (lagi)

Minggu pertama ditinggal suami pasca pindahan, jujur sempat stres. Banyak pembiasaan dan keadaan baru yang membuatku harus keluar dari zona nyaman. Tapi aku sadar, membiasakan kebiasaan yang baik, sementara support system berkurang memang nggak mudah. Tapi bukan berarti nggak bisa kan? Alhamdulillah, pertolongan Allah memang cepat, anak-anak langsung betah di lingkungan baru yang memang sangat kondusif dan aku mulai membiasakan diri dengan ritme sekarang. 

Berkenalan dengan Habit Training

Tangan Allah memang luar biasa. Sebagai pengabdi sosmed #halah, aku rutin mengikuti pemikiran Mbak Ellen Kristi di Komunitas Charlotte Mason Indonesia. Insight-nya selalu mencerahkanku dalam mendidik anak. Hingga aku tertarik pada pelatihan Habit Training (HT) yang dishare Mbak Ellen di Facebook-nya. Belakangan aku merasa tidak produktif. Ketika sekarang tugas anak tidak lagi menumpuk. Kerjaan kantor juga nggak sepadat dulu, nyatanya aku belum juga bisa menyelesaikan satu jurnal pun! Sepertinya jiwaku memang jiwa deadliner, kalo belum ada tekanan belum bisa kerja. Tapi masak iya mau kayak gini terus? Bekerja dengan sistem kebut nggak akan maksimal hasilnya. Apalagi untuk pekerjaanku yang seharusnya lebih banyak belajar mandiri. Jadi aku pikir aku wajib nih ikutan HT ini. Tapi keterangannya ini HT buat mendidik anak, bisa nggak ya kalau buat aku juga? Ternyata memang yang ditraining ibunya. Kalau anak ikut ter-training ya itu bonus. So, lets see pelatihannya nanti. Aku yakin pasti akan berdampak lebih baik bagi keluarga kami, seperti filosofi Cinta yang Berpikir yang jadi fondasiku mendidik anak dengan damai dan bahagia.

Tentang fokus

Aku sadar, inti dari permasalahan belajarku maupun anakku ada di fokus. Kami tipikal yang susah fokus. Distraksi kecil akan membuyarkan proses belajar. Lagi baca literatur terus ada wa masuk, akhirnya malah lama wa-nan. Lagi fokus belajar lalu kantuk menyerang. Ah, fokus itu berat deh. 

Makanya buat to do list dong!

Ya udah bikin, setiap pagi sudah merencanakan bakal belajar apa. Tapi ya itu, distraksi membuyarkan segalanya. How to deal with distraction? 

Tentang membaca

Belajar itu wajib, rasa ingin tahu membuat belajar menjadi menyenangkan, tapi aku pribadi bukan pembaca yang baik. Rasa ingin tahu ternyata belum cukup membuatku lancar menjalani proses belajar. Efeknya, aku jadi nggak bisa mengajarkan cara memahami bacaan dengan baik ke anak. Pantas saja pembelajaran metode CM menekankan pada living books dan narasi. Living books melatih anak memahami bacaan sekaligus belajar soal kehidupan. Narasi melatih anak mengungkapkan pendapat secara jelas dan terstruktur. Walau kayaknya cuma 'gitu doang' tapi nyatanya benar-benar jadi life skill wajib apa pun profesinya nanti. Semoga belum terlambat untukku mendidik anak menjadi generasi yang menikmati bacaan. Kuncinya ya, akunya harus bisa menikmati bacaan dulu, jangan tidur atau ditinggalin sosmed-an terus bukunya. Wkwkwk


Menjalani Habit Training ala Charlotte Mason

Seperti yang aku bilang di awal, sudah lama aku mengikuti grup Charlotte Mason Indonesia di Facebook, lebih tepatnya mengikuti Mbak Ellen Kristi yang merupakan pendirinya. Awal perkenalanku dengan Mbak Ellen (aku yang kenal, dianya mah enggak, hehe) adalah karena aku memenangkan hadiah buku “Cinta yang Berpikir’ karya beliau saat mengikuti giveaway Rumah Inspirasi. Tahun 2012 kalau nggak salah. Membaca buku itu membuatku merasa “tertampar” karena masih suka nggak tegaan sama anak. Selain itu, setiap status Mbak Ellen mampu membuatku merefleksikan diri dan bergumam, “Oh iya juga ya.” Sampai kemudian di awal 2021 ini Mbak Ellen memberikan informasi tentang Habit Training batch 6. Aku sangat tertarik untuk ikut.

Namun, sejujurnya aku agak ragu mau ikut HT ini. Bukan apa-apa, aku takut belajar ilmu parenting sementara pemikirannya belum sejalan dengan suami. Dulu saat awal punya anak dan sangat menggebu-gebu belajar parenting (makanya kenal Rumah Inspirasi dan Komunitas Ibu Profesional), namun pengetahuan ‘baru’ku ini malah membuatku berselisih dengan suami. Jadi saat ada info pelatihan HT ini aku ragu, nanti bakalan terjadi perselisihan lagi nggak ya?

Keraguan selanjutnya adalah karena aku sudah cukup sibuk dengan target kantor dan prioritas utama mendampingi anak belajar saja masih suka keteteran. Tapi di sisi lain aku mempunyai feeling bahwa training ini akan membawa perubahan signifikan terhadap produktifitas dan kualitas hidupku dan keluargaku. Maka  akhirnya aku tetap ikut HT ini setelah suami mengizinkan.

Training ini dibagi menjadi dua bagian. Pada minggu pertama peserta akan melakukan pembelajaran mandiri dengan materi selama 6 hari berturut-turut. Materi yang diajarkan ini akan menjadi bekal para calon trainer ini mengajarkan kebiasaan baik pada anak. Dengan ilmu yang cukup, bukan hal yang mustahil mengubah anak yang sulit diatur menjadi penurut.

Fase Pembelajaran Mandiri

Pada saat pembelajaran mandiri saya merasa tertantang dengan materi yang disampaikan. Setiap sebelum subuh saya meresapi teori dan mengerjakan tugas yang diberikan. Bila sebelumnya saya merasa ngantuk, tetapi mempelajari soal habit of obedience, validasi emosi, dan menyusun rencana habit training anak membuat mata saya melek dan bersemangat. Saya sangat terinspirasi dengan prinsip Atomic Habit yang dikembangkan James Clear, hal kecil yang dilakukan rutin akan menjadi besar dan luar biasa. Saya sadar kebiasaan yang sedang saya lakukan masih pada tahap pembiasaan sehingga masih berat dilakukan. Tapi aku percaya, dengan pengulangan demi pengulangan maka aku akan terbiasa dan hasilnya pasti luar biasa (optimis dulu dong ya). Terlebih ada motivasi dari Mbak Ellen bahwa, sebelum mendidik anak berdisiplin, maka kita sebagai orang tua harus mendisiplinkan diri terlebih dahulu.

Fase 10 Hari Pendampingan

Setelah sampai pada hari keenam pelatihan, minggu selanjutnya adalah saatnya praktek. Peserta diminta menentukan satu kebiasan baik yang harus dilakukan anak. Untuk hal ini aku jelas mengambil kasus soal anakku yang sulit disuruh belajar. Nanti ada Habit Training Planning (HTP)yang harus diisi. Penyusunan HTP ini harus sesuai dengan rules Habit of Obedience (HoO). Selama satu minggu full peserta diminta untuk mengevaluasi HTP yang dibuat dalam bentuk narasi yang dikumpulkan setiap hari. Tahapan penyusunan HTP ini sangat krusial sehingga Mbak Ellen mengadakan pertemuan zoom 2x untuk membahasnya. Selain itu Mbak Ellen juga membuka diskusi di grup WA. Calon trainer bebas bertanya dan berbagi informasi di grup. Harapannya memang akan terbentuk komunitas yang saling membangun. Ini merupakan salah satu kunci keberhasilan HT, dukungan komunitas.


sesi Zoom bersama Mbak Ellen Kristi

Setelah seluruh HTP peserta diberi masukan, mulailah pengalaman seru HTP selama 10 hari full dalam pendampingan Mbak Ellen. Aku salut dengan semangat para peserta dan juga kesabaran Mbak Ellen meladeni 35 ibu di dalam grup. Semua permasalahan para ibu dijawab dengan pendekatan sesuai akar permasalahannya dan kembali pada paradigmanya, yaitu membantu bukan menghukum. Anak ngeyel bukan karena dia mau melawan, tetapi coba diobservasi, siapa tahu dia memang tidak sanggup melakukannya jadinya ngeyel. Bisa juga ternyata dia sedang tidak mood, jangan disalahkan, kita aja kalo PMS juga pengen marah-marah kan. Lakukan diskusi dari hati ke hati, karena anak perlu didengarkan dan dimengerti. 

Masalah yang paling banyak dijadikan HTP adalah persoalan makan. Rupanya banyak anak yang belum menganggap makan sebagai kebutuhan sehingga orang tua perlu cara untuk mendisiplinkan makannya. dari hasil pendampingan selama 10 hari, rata-rata permasalahan adalah karena anak nggak fokus, biasanya kerena disambi nonton, porsi makan terlalu banyak, dan kadang anak memang belum lapar. 

Nah, kalau aku tim HTP belajar. Merutinkan belajar 1 jam setiap hari ternyata tidak mudah. Sempat aku terlambat mengirim laporan harian karena sampai ketiduran, anak belum juga mencapai target belajar hari itu. Tetapi setelahnya aku bisa lebih menjadwal belajarnya. Disini aku merasakan pentingnya briefing. karena pernah sekali aku menjadwal belajar di luar kesepakatan, eh anaknya ngamuk. Berbeda ketika belajarnya sudah sesuai kesepakatan, walau tengah asyik bermain juga anaknya tetap mau belajar. 

Akhirnya sampai pada hari ke-10 pendampingan. Saatnya penutupan. Aih sedih tapi senang juga. Sedih karena artinya waktu sudah 10 hari berlalu, seharusnya ada perubahan yang lebih baik kan? Tapi senang juga karena ternyata aku mampu menyelesaikan tantangan mendampingi HT anak selama 10 hari penuh. 

Dari 10 hari pendampingan, aku menyimpulkan 3 hal yang harus dimiliki anak agar berhasil menjalani perannya di dunia (hal yang masih aku pelajari juga). Hal itu antara lain:

  1. Jangan malas. Ini sih gunanya ikut HT, untuk melawan rasa malas. Waktu kita terlalu sebentar untuk menunda-nunda. lakukanlah hal produktif walau dimulai dari durasi waktu yang sebentar dulu. Nanti lama-lama setelah terbiasa waktunya bisa ditambah. Ingat selalu kita diberi nikmat hidup di dunia karena ada 'misi' yang Allah titipkan. Untuk para ibu, mendidik anak menjadi berguna bagi agama, masyarakat, dan lingkungannya adalah mutlak. Langkah awal menjadi berguna adalah dengan mengikuti hati nurani, taat pada petunjuk Illahi dan norma hukum. 
  2. Jangan takut. Memiliki ketakutan itu wajar, tetapi seringkali sesuatu itu menakutkan karena belum kita jalani. Berani melangkah saja dulu, nggak perlu takut gagal apalagi sekedar takut jadi omongan orang.
  3. Fokus. Kayaknya sibuk tapi ternyata nggak ada hasilnya? Bisa jadi karena kita tidak fokus. Nggak usah sok multitasking, otak kita dirancang hanya bisa fokus pada satu hal, jadi tetapkan prioritas dan disiplin dengan prioritas tersebut. *masih peer banget nih buatku yang gampang terdistraksi... 

Akhirnya tibalah saat refleksi akhir dan penutupan HT batch 6. Di sesi Zoom kali ini, Mbak Ellen mengajak anaknya yang remaja untuk berbagi soal remaja, karena beberapa peserta HT anaknya remaja, dan sesi sharing akan lebih lengkap bila ada sudut pandang dari remaja. Di sesi ini peserta jadi memahami, bahkan Mbak Ellen juga tidak luput dari kesalahan saat mengasuh anak. Tetapi dengan semangat untuk terus bertumbuh, akhirnya Mbak Ellen bisa sampai pada titik ini, dan masih terus memperbaiki diri dari hari ke hari.
 
Sesi sharing pada penutupan HT batch 6


1 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...