6.1.20

Evaluasi Investasi EDibaFREE Awal 2020


Akhir tahun lalu, entah kejatuhan durian runtuh dari mana, berawal dari keisengan membuka marketplace OLX. Daripada buka shopee akhirnya malah belanja online, mending browsing cari tanah dijual di dekat kantor. Untuk rencana tinggal di dekat kantor nanti. Tiba-tiba nemu iklan yang tanahnya lumayan strategis, hanya 50 meter dari jalan Jogja-Wonosari dan 300 meter dari rumah sakit setempat. Akhirnya janjian sama kontak yang di OLX, sekalian kita mau piknik di pantai setelah itu..
Berawal dari iklan ini

Kesan pertama saat melihat lokasi tanahnya terasa langsung cocok. Tapi kita nggak mau ngoyo. Aslinya kalau deal juga bingung mau cari dananya dari mana. Singkat cerita, tanah itu memang seperti menghendaki kita pinang. Suami sudah menawar dengan harga yang cukup sadis dan ternyata penjualnya berkenan! Yang lebih mengejutkan lagi saat pertemuan langsung dengan calon penjual, si bapak sudah langsung bawa notaris dan BPN ke tempat kita janjian! Bapak penjual memang berprofesi sebagai developer, jadi soal dokumen jual beli dia sudah familiar. Suami sampai nggak percaya semua berlangsung begitu cepat. Sempat curiga jangan-jangan orang notaris sama petugas BPN-nya palsu. Tapi ngapain juga mau malsuin, wong sertifikat tanahnya beneran asli yang diserahkan ke notaris, dan dari notaris juga kasih kuitansi pembayaran ke kita. Progres dokumen juga dia laporkan setiap kali kita tanya. Kadang hidup itu mudah sehingga kita nggak percaya ya?

Harga tanah sudah disepakati, termin pembayaran sudah disetujui, persoalan selanjutnya adalah mengumpulkan uang untuk membeli tunai tanah tersebut. Kita sempat mencari info soal kredit bank, mulai dari yang syariah dengan prinsip jual beli sampai skema gadai SK seperti yang dilakukan banyak PNS. Tapi kesemuanya nggak jadi kita pilih karena kita secemen itu buat kredit, hihi. Akhirnya semua komponen investasi aku cairkan. Tapi pencairannya tentu saja mempertimbangkan likuiditas. Dari sini aku jadi mengevaluasi investasi yang aku lakukan.

1. Pemilihan jenis investasi harus tepat

Prinsip menabung pangkal kaya itu nggak cukup. Bentuk tabungan juga mempengaruhi keberhasilan kita menabung. Kadang karena sudah nabung saham atau emas, lalu merasa sudah aman untuk investasi jangka pendek. Itu jelas salah, karena saham sangat fluktuatif dan emas memiliki selisih harga beli dan harga jual yang cukup besar. Jadi kemarin saham dan emas nggak memungkinkan untuk dijual dan dibelikan tanah. Karena tanah itu jodoh, maka sebaiknya tabungan untuk beli tanah disimpan di investasi yang grafiknya relatif stabil dan biaya pencairannya rendah seperti reksadana tipe pasar uang (kalo reksadana tipe saham relatif tinggi fluktuasinya, cocoknya untuk jangka panjang).

2. Perhatikan liquiditas dari investasi yang dilakukan

Jujur sebelum ada kebutuhan 'mendadak' harus membeli tunai tanah, yang kupikirkan hanyalah mencari investasi dengan return yang tinggi tanpa memikirkan kebutuhan jangka pendek yanh sewaktu-waktu harus dipenuhi. Jadi, kedepannya aku harus detail memilah investasi yang nantinya untuk masa depan keluarga (sekolah anak, dana pensiun, dll) dan mana yang untuk kebutuhan jangka pendek (beli tanah, bangun rumah, dana darurat, dll)

3. Buat simulasi dan target secara rinci

Nah, selanjutnya aku gak bakal asal investasi lagi. Semua harus diplanning secara jelas dari awal. Seperti sekarang, kami sekeluarga masih ada peer buat membangun rumah idaman di atas tanah yang baru dibeli, tentu ada jumlah rutin yang harus disisihkan sampai dananya cukup untuk membangun rumah impian kami nanti. Sejujurnya agak berat juga, karena targetnya 3 tahun lagi sudah pindah ke Gunungkidul, tapi Bismillah deh, kalo caranya bener dan planningnya detail, hasilnya In sya Allah bagus.

Cause every night, I lie in bed
The brightest colors fill my head
A million dreams are keeping me awake

Semoga lancar semua resolusi EDibaFREE Family di 2020 ini. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...