11.12.17

Siapa Bilang HIV dan AIDS Menyeramkan?

ODHA. Orang hidup dengan HIV/AIDS. Gimana perasaanmu ketika membaca kata itu?
1. Orang penyakitan parah?
2. Orang yang tidak punya masa depan?
3. Orang yang harus dijauhi?

Jujur, awalnya stigmaku seperti itu. Karena orang yang terkena AIDS identik dengan orang yang 'nggak bener'. AIDS adalah wujud laknat Allah buat mereka yang banyak melakukan dosa. Padahal, pemikiran itu yang justru nggak bener. Ternyata, banyak penderita HIV dan AIDS justru dari kalangan ibu rumah tangga! Bayangkan coba, ibu-ibu yang urusannya cuma dapur, sumur, dan kasur justru banyak yang menderita HIV dan AIDS. Mereka tertular dari pasangannya. Parahnya, mereka berisiko tinggi menularkan pada anak kandungnya. Ngeri ya? Makanya aku nggak mau jadi golongan yang menjauhi ODHA. Hidup mereka sudah menderita karena virus HIV, masak mau kita buat lebih menderita dengan mengucilkannya?

Untungnya, pemerintah tidak tinggal diam melihat fenomena ini. Kementrian Kesehatan RI memiliki kasubid khusus untuk menangani HIV/AIDS dan PIMS (penyakit infeksi menular seksual). Lewat acara workshop blogger #SayaBeraniSayaSehat dalam rangka hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember 2017 lalu, beberapa narasumber ahli memaparkan fakta tentang HIV dan AIDS. Beberapa fakta yang dibeberkan pada acara ini membuatku tersadar, HIV dan AIDS itu nggak menyeramkan ya?

1. Penularan virus HIV sangat terbatas

Sebelum membahas lebih lanjut soal virus HIV dan AIDS, kita perlu memahami bahwa HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia (Human Immunodificiency Virus). Apabila virus ini masuk stadium lebih lanjut, barulah tubuh mengalami gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh.
Selama virusnya tidak berkembang menjadi AIDS, maka penderita HIV dapat beraktivitas normal layaknya orang sehat pada umumnya. Waktu inkubasi virus HIV sampai menyerang kekebalan tubuh bisa lebih dari sepuluh tahun. Dan dengan perkembangan teknologi, kemampuan virus ini melemahkan kekebalan tubuh dapat ditekan, walau tidak sembuh sepenuhnya, setidaknya tidak mengganan menjadi AIDS yang dapat merenggut nyawa dalam kurun waktu 1-2 tahun saja!
Infografis perkembangan dari HIV menjadi AIDS.


Awalnya aku mengira bahwa penularan virus HIV itu semudah penularan flu. Jadi, saat di rumah sakit dan bertemu penderita AIDS yang tubuhnya kurus kering, aku cukup khawatir tertular penyakitnya. Padahal ternyata penularan penyakit HIV dan AIDS tidaklah semudah itu. Jadi, berdasarkan workshop kemarin, hal-hal yang dapat menularkan HIV dan AIDS adalah sebagai berikut:
Hanya 4 hal ini yang bisa menyebarkan virus HIV
Jadi, kalau cuma berada satu ruangan dengan ODHA, tinggal bersama, menggunakan toilet yang sama, atau pun berbagi alat makan dengan ODHA, aku tak perlu khawatir tertular. Karena penularannya lebih kepada kontak darah. Itulah sebabnya bila donor darah dilakukan screening ketat agar jangan sampai darah pendonor positif mengandung virus HIV.

2. Deteksi dini virus HIV dapat mencegah virus berkembang menjadi AIDS

Sesuai dengan salah satu fokus kegiatan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) tahun 2017 yaitu rutin melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, maka kita bisa mendeteksi ada tidaknya virus HIV dalam tubuh kita lewat pemeriksaan kesehatan.
Beberapa teman blogger sedang antri tes HIV
Tidak perlu takut atau khawatir, kemungkinan kita terinfeksi kecil, dan lagi, virus HIV saat ini sudah ada pengobatan untuk mencegah virus berkembang menjadi AIDS.

3. Penyakit HIV dikategorikan penyakit kronis menahun seperti diabetes. 

Artinya, bila penderita rutin minum obat, maka virus HIV tidak berkembang menjadi AIDS. Jadi mengidap virus HIV bukan akhir dari dunia. Ada pengobatan untuk mencegah virus HIV berkembang menjadi penyakit AIDS, yaitu dengan terapi ARV (antiretroviral). Penderita HIV mengkonsumsi obat yang berfungsi menghambat virus yang merusak kekebalan tubuh ini secara rutin setiap hari. Dengan rutin mengkonsumsi ARV setiap hari dan menerapkan gaya hidup sehat (tidak merokok, mengkonsumsi narkoba, dan berganti jarum suntik yang tidak steril), maka penderita HIV dapat hidup normal selayaknya orang sehat pada umumnya. HIV ternyata nggak seram kan? Sama seramnya kok kayak penyakit diabetes. Selama penderita disiplin minum obat dan hidup sehat, tak perlu khawatir.

4. Ayu Oktarina, contoh nyata seorang ODHA yang hidup normal dan bahagia

Pada salah satu sesi workshop kemarin, ada seorang ODHA yang dihadirkan di tengah acara yaitu Mbak Ayu Oktarina. Wah, nggak menyangka kalau Mbak Ayu ini seorang ODHA, soalnya Mbak Ayu ceria banget, badannya juga sehat, beda jauh sama stigma penderita AIDS yang sering digambarkan di TV. Ini salah satu bukti bahwa ODHA tidak berbeda dengan kita yang sehat, selama mereka memang mau sehat, dan kita tidak mendiskriminasinya.

Mbak Ayu menceritakan awal mula dia terkena virus HIV adalah dari suami pertamanya yang pecandu narkoba. Sang suami akhirnya meninggal akibat AIDS dan saat itulah Mbak Ayu sadar dia sudah terinfeksi virus HIV. Sedih, hancur, dan putus asa sudah pasti dia rasakan saat itu. Akan tetapi keluarga merangkulnya sehingga Mbak Ayu bisa bangkit melawan penyakitnya. Tuh, kita harus mencontoh semangat Mbak Ayu dan keluarganya dalam melawan virus HIV. ODHA bukan untuk dikucilkan, tetapi untuk dirangkul dan diberi semangat melawan penyakitnya.
Siapa menyangka wanita seceria ini seorang ODHA?
Mbak Ayu punya tips supaya dia nggak lupa minum ARV setiap hari, yaitu dengan memasang alarm di seluruh penjuru rumah dan meminta seluruh anggota keluarga mengingatkan jadwalnya minum obat. Rame banget itu pasti alarmnya bersahut-sahutan ya? Hehe

5. Pemerintah memiliki strategi STOP dengan target eleminasi HIV dan AIDS di tahun 2030

Dukungan pemerintah dalam memberantas HIV/AIDS. Diharapkan 3 zero di 2030, yaitu tidak ada infeksi baru virus HIV, tidak ada lagi penderita AIDS yang berujung kematian, dan tidak ada diskriminasi bagi ODHA. Untuk itu pemerintah memiliki strategi STOP, yang merupakan singkatan dari:
Suluh: 90% masyarakat paham HIV
Temukan: 90% ODHA tahu statusnya
Obati: 90% ODHA mendapatkan terapi ARV
Pertahankan: 90% ODHA yang ART tidak terdeteksi

Jadi, #SayaBeraniSayaSehat. Lakukan aktifitas fisik, perbanyak konsumsi sayur dan buah, serta rutin melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala agar terwujud GERMAS (gerakan masyarakat hidup sehat).

Workshop blogger kali ini, nggak hanya dapat banyak pencerahan seputar HIV dan AIDS, tetapi juga ada bonus workshop menulis kreatif yang dibawakan Kang Arul. Seorang dosen galau yang sudah banyak menerbitkan buku dan visitor blognya ajib deh. Mencoba menerapkan tips menulis kreatif dalam penyampaian materi HIV dan AIDS pada acara ini, kira-kira sudah cukup kreatif belum ya? ((Beloooom!))

Yeah just keep learning, keep learning (Dory style)

Sumber foto dari slide materi Workshop Blogger #SayaBeraniSayaSehat dalam Rangka Hari AIDS Sedunia 2017

1 komentar:

  1. Dulu saya merasa takut kalo ketemu sama ODHA.. Setelah ikut seminar ini wawasan dan pengetahuan saya bertambah ttg ODHA..

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...