13.6.17

Mengajarkan Berkebun pada Anak


Indonesia (katanya) adalah negara agraris, tapi sayangnya lahan pertanian di Indonesia makin berkurang. Profesi petani dianggap sebagai profesi yang kurang menjanjikan. Tengok saja bapak mertuaku yang petani, nggak ada satu pun anaknya yang meneruskan pekerjaan bapak. Padahal anaknya ada 7, sama menantunya berarti jadi 14. Soalnya, bapak memang tidak menyarankan anaknya berprofesi sebagai petani. Karena bapak sendiri merasakan, jadi petani itu nggak bisa bikin kaya. Tantangan menjadi petani itu besar, karena urusannya dengan tanaman, mahluk hidup ciptaan Allah yang bisa saja terserang penyakit, terkena bencana alam, dan banyak faktor-faktor yang menggagalkan produksi mereka. Dukungan pemerintah terhadap petani juga  belum maksimal. Jadi, wajar dong kalau makin jarang pemuda pemudi harapan bangsa (cieh) yang tertarik menjadi petani. Betul gak?
Eits, walaupun tidak berprofesi sebagai petani, tetapi sebaiknya kita tetap harus bisa melakukan kegiatan pertanian alias berkebun. Kenapa? Soalnya sayang banget, tanah di Indonesia itu subur, masak nggak dimanfaatkan sekedar untuk ditanami cabe, tomat, terong, atau mungkin bunga-bungaan yang cantik dan wangi.
Sebagai anak gedongan, maksudnya kanan kiri gedung semua alias tinggal di ruko, bukan berarti Ais gak bisa merasakan asyiknya berkebun. Alhamdulillah ruko yang kami sewa menyediakan sepetak tanah yang bisa kami gunakan untuk bercocok tanam. Jadi, bersama ayahnya, Ais rutin berkebun di halaman belakang ruko.
Kunci mengajarkan anak berkebun adalah dengan memberikan contoh yang nyata. Dan lagi, sekarang akses informasi banyak mengenai kegiatan berkebun. Jadi, makin gampang mengajarkan berkebun dengan anak kan?
Ayahnya Ais sewaktu kecil sering membantu bapaknya bertani. Jadi sedikit banyak ayahnya Ais paham bagaimana cara bercocok tanam. Menurutnya, ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan ayahnya Ais untuk mengajarkan berkebun kepada Ais.
1. Siapkan segala peralatan yang dibutuhkan. Benih atau bibit tanaman yang diinginkan, polibag, semprotan air. Semua peralatan harus sudah siap, supaya antusiasme anak tidak keburu turun.
2. Supaya anak tidak terlalu lama menunggu tanamannya tumbuh, bisa memilih bertanam dari bibit tanaman. Yaitu, tanaman yang sudah lengkap batang dan daunnya, namun ukurannya masih kecil dan belum berbunga/berbuah. Tetapi, disiapkan juga benih/biji tanaman yang sudah siap semai, supaya anak juga tahu proses berkebun kalau dari biji. 
3. Disiplin merawat tanaman. Jangan sampai lupa jadwal menyiram tanaman, kapan memberi pupuk, dan menyiangi rumput liar. Kadang anak suka lupa kalau punya tanaman kan? Nah, orang tua harus konsisten mengingatkan dan mengajak anak untuk berkebun sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
4. Pakai lotion anti nyamuk supaya anak nggak ribut gatal tergigit nyamuk.
5. Yang terpenting, orang tua harus siap anak kotor, karena berkebun itu kegiatan yang agak "messy". Di awal berkebun, mungkin anak justru fokus bermain tanah, ya biarkan saja. Yang penting selanjutnya dia akan menyukai kegiatan berkebun.
Nah, dengan konsistensi ayahnya Ais mengajarkan Ais berkebun, saat ini di halaman ruko telah tumbuh pohon cabe yang cukup ranum. Selanjutnya, ayahnya Ais ingin bereksperimen menanam bunga dari benih. Kebetulan calon rumah baru kami memiliki halaman depan yang cukup untuk ditanami bunga-bungaan. Kalau halaman ditanami bunga kan cantik tuh. Apalagi, di marketplace sekarang banyak bertebaran produk benih bunga yang ya ampun, cantik-cantik banget bunganya. Hmm, menanam bunga lavender kayaknya bagus ya? Bisa sekalian jadi anti nyamuk alami, ya kan? Atau kalau ada bunga rosela boleh juga nih, buat nanti diseduh menjadi teh rosela.
Berkebun adalah kegiatan yang menyenangkan dan menguntungkan. Yuk jadi generasi yang gemar berkebun. Dengan berkebun, kita bisa mengisi waktu luang dan syukur-syukur mampu mencukupi sebagian kebutuhan pangan kita. Ya kan?

6 komentar:

  1. artikelnya kerenn.. paling tidak kita sudah menanamkan rasa cinta pada alam sejak dini..

    BalasHapus
  2. Waaa, Ais udah mau berkebun ya, jadi enak bisa mengenalkan kegiatan positif pada anak ya, Mba Diba. Jarang-jarang ada anak yang mau ikutan berkebun soalnya :)

    BalasHapus
  3. Ais pinter deh, mau belajar berkebun. Jarang lho ada anak kecil suka pada tanaman. Keren ��

    BalasHapus
  4. wahh asyik ya berkebun bersama anak
    kalau aku kurang bakat berkebun mbak hehe
    paling anak ku diajak bersihin rumput terus motong tanaman yang dah menjalar hihii

    BalasHapus
  5. Sepakat mbak, sebaikya memang anak2 diajarkan untuk suka berkebun sejak awal. la kalau misalnya gak ada yang berkebun, terus makan dari mana? Masak semuanya impor? Hemmm

    BalasHapus
  6. aku juga setuju... biar dari kecilnya udah ada perasaan cinta sama lingkungan, moga aja sampai dewasa tekad menjaga lingkungannya masih terus ada

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...