14.5.17

Diary Sunat Ais: Memilih Metode Sunat



"Kayaknya sebelum masuk sekolah Ais harus sudah disunat." Ujar ayahnya Ais setelah Ais resmi diterima di SD Khalifah Annizam Palembang.

Bagai disambar geledek aku mendengarnya. Helow? Masih kecil begitu sudah harus sunat? Yakin po? Wong adekku dulu sunat kelas 3 SD aja kayaknya masih kasian. Tapi, dipikir-pikir, memang sekarang ini waktu yang tepat buat sunatan sih. Secara Ais masih belum mulai sekolah, dan kalau sunatnya semakin ditunda-tunda, takutnya Ais malah jadi nggak mau sunat.

Akhirnya, aku mulai browsing tentang tempat sunat yang rekomen di Palembang. Tanya-tanya teman juga. Dari hasil tanya-tanya dan browsing ini, aku menyimpulkan ada 3 metode sunat yang umum digunakan di Indonesia.

1. Metode konvensional.
Metode sunat konvensional adalah sunat yang umum dipakai dari zaman dulu. Termasuk metode yang digunakan adekku sunat 15 tahun silam. Yang aku ingat, sunat pakai metode ini agak messy ya, soalnya pakai perban dan darahnya lumayan banyak.

2. Metode laser dan cauter.
Metode ini adalah metode yang lebih canggih dari sunat konvensional. Yang bikin metode ini populer karena sedikitnya pendarahan yang terjadi pasca sunat. Oh ya, metode ini ada yang memang benar-benar menggunakan sinar laser, tapi ada juga yang berupa besi panas yang biasa digunakan untuk dokter bedah, atau metode cauter. Tapi, kedua metode ini sama-sama disebut sunat laser.

3. Metode Clamp
Ini nih metode yang lagi heits saat ini. Temen-temen banyak yang pakai metode ini untuk sunat anaknya. Tapi sekilas aku nangkepnya kayaknya ribet ya, anak dipasangi semacam klamp selama beberapa hari. Walau mungkin gak sakit, tapi ngeliat ada gondelan di penisnya, anak mungkin aja sugesti kesakitan.

Dari ketiga metode ini, aku prefer metode yang kedua, yaitu metode laser/cauter. Pertimbangannya karena:

1. Pendarahannya lebih sedikit. Secara emaknya rada parno liat darah dan malas ribet ganti-ganti perban.

2. Sunat cauter harganya relatif sama dengan metode konvensional. It means not cost a lot.#Irit

3. Walaupun banyak yang menyarankan metode clamp, tapi jujur masih belum sreg kalau harus pasang2 'gondelan' gitu. Plus kurang sreg di kantong juga. (Yaelah, curahan hati terdalam kalau ini)

Intinya sih, segala metode sunat itu sebenarnya sama saja. Mau canggih kayak apa juga, tetap saja ada sakit-sakitnya (katanya). Paling nggak ada rasa sugesti lah pasti. Wong ada bagian tubuh yang terpotong, ya kan?

Aku sih nggak pernah sunat (ya iyalah), tapi keputusan ini sudah berdasarkan pertimbangan ayahnya yang so pasti udah pernah ngalami sunat. Jadi yakinlah sama metode pilihan ini.

Selanjutnya: The Day!

3 komentar:

  1. Wah...aku juga mau nyunatin Tayo nih bisa jd referensi

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo di Jogja yang fenomenal itu di Bogem, hehehe..

      Hapus
  2. Jaman adeku masih laser yg tercanggih, wahh udah ada yang lebih kece

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...