21.4.17

Tentang Sebuah Gengsi


"Cobalah daftar ke universitas swasta sana. Sayang gelarnya kalau cuma jadi staf administrasi."

Deg. Baru sebulan aku balik kerja kantoran, mulai ada komentar seperti itu. Niat orang yang berkomentar sih baik, dia tahu kapasitasku, dan merasa sayang potensiku tidak dioptimalkan. Tapi apakah sarannya cukup baik untuk kulakukan atau tidak, cuma aku yang bisa memutuskan.

Sebenarnya niat utamaku kembali ke Palembang adalah selain dekat dengan suami dan juga mencari peluang sebagai tenaga pengajar di universitas di Palembang. Akan tetapi, ternyata belum ada kesempatanku untuk kesana. Belakangan kalau aku pikir kembali, aku rasa jalan seperti sekarang inilah yang terbaik buatku.

Pasrah dan putus asa? Nggak lah. Aku tetap masih menyimpan harapan suatu saat bisa mengajar di universitas dan kembali berkutat dengan dunia penelitian, konfrensi, assignment, dan lain-lainnya. Tapi, kalau memang saat itu tiba, aku mau menjalaninya bukan karena seoonggok GENGSI.

Ya, bukan karena GENGSI bahwa lulusan pascasarjana harus jadi dosen, malu kalau cuma jadi karyawan administratif. Bukan juga GENGSI karena teman-teman lain sudah pada jadi dosen, masak aku nggak? Bukan. Bukan karena seonggok GENGSI.

Karena nyatanya, aku memiliki teman yang dulunya dosen di universitas negeri paling kece dan incaran banyak lulusan SMU di Indonesia. Kurang bergengsi gimana coba posisinya? Nyatanya, begitu dia merasa bahwa menjadi dosen bukanlah panggilan hidupnya, dia tanggalkan status bergengsi itu. Banyak yang menyayangkan keputusannya. Tapi dia berhasil mengalahkan gengsinya. Akhirnya, hidupnya saat ini lebih bahagia dari sebelumnya.

Tak usah pedulikan omongan orang!

Seringkali kita terjebak dengan omongan orang. Apalagi kalau yang ngomong adalah orang yang kita sayangi. Rasanya down juga ketika ternyata mereka sepertinya (baru sepertinya loh ya) tidak bangga dengan apa yang kita lakukan. Terus kita down. Sama halnya dengan gengsi akan sebuah 'lifestyle'. Gengsi dong makan di pinggir jalan, apa kata orang? Padahal begitu makan di restoran, masakannya nggak jauh lebih enak dari warung pinggir jalan. Malah harganya beda jauh. Itu deh gara-gara seoonggok GENGSI.

GENGSI bisa membuat kita susah maju. Soalnya mau antimainstream dikit, udah khawatir dengan omongan orang. Padahal orang ya cuma ngomong dan nggak jarang cuma sok tau aja.
GENGSI bikin kita tekor. Gegara gengsi jadi harus menghabiskan uang yang cukup buat makan sehari cuma buat segelas kopi yang hanya menambah kalori tanpa energi.

GENGSI oh GENGSI

Memang, ada kalanya kita perlu punya gengsi. Karena dengan kehidupan bergengsi kita akan lebih dipandang orang lain. Ada beberapa hal yang memerlukan gengsi-lebih tepatnya rasa malu. Yaitu:

1. Gengsi mau pinjem duit
Sebelum memutuskan pinjam duit, boleh tuh mikir gengsi. Kan malu ih pinjam duit. Berhematlah semaksimal mungkin, biar gak harus berhutang. Karena sekali keenakan utang, seterusnya bakal terjebak utang. Inget kasus selebgram yang traveling dari duit ngutang? Itu gara-gara keenakan utang tuh, jadi lupa bayarnya. Dia sudah kalah dengan gengsi yang salah. Dia milih gengsi hidup mewah, tapi nggak gengsi ngutang. Hihi..

2. Gengsi saat bertamu
Mungkin bukan gengsi lebih tepatnya. Tapi adab bertamu. Jangan malu-maluin lah kalau lagi bertamu. Mentang-mentang udah deket sama si pemilik rumah, terus main slonong aja comot makanan tanpa izin. Malu-maluin ih. Jaim dikit napa?

3. Gengsi saat acara penting
Saat acara formal dan penting, pastinya kan dihadiri orang-orang penting juga. Di acara begitu kita perlu tampil bergengsi dengan baju yang rapi dan terbaik, biar impresi kita bagus. Kan baik buat karir kita kedepan, bukan?

Intinya, Allah ciptakan rasa gengsi pasti ada manfaatnya. Maka jangan sampai kita terjebak pada gengsi yang salah. Berhutang demi gengsi di medsos jelas gengsi yang salah. Tapi gengsi yang pada tempatnya akan membuat hidup kita lebih baik dan bermartabat.

Curcol agak (nggak) penting di pagi hari. Thanks mau baca sampai selesai. Hehe

17 komentar:

  1. Terkadang aku juga terlalu mikirin apa yang orang omongkan tentang diri ini. Akibatnya malah timbul rasa kurang percaya diri dan tidak menerima apa adanya. Dan penyesalan akhirnya datang belakangan. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mb. Akhirnya nyesel, kenapa gak pede aja...

      Hapus
  2. Yang penting kerjanya pake hati. Nanti insyaallah, rejeki mengikuti. :)

    BalasHapus
  3. untung telingaku tebal dib, jadi mau diomong apa aku wes gak peduli.
    bekerja itu amanah, ikhlas pasti berkah. Syukur2 istiqomah sama passion.

    BalasHapus
  4. Kita yang paling tau diri kita sendiri mak. Jadi cuekin aja omongan yang nggak ngerti alasan dibalik semua keputusan kita. Selamaaaaatttt syudah bisa kumpul lagiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak. tebel kuping n tahan diri nggak usah nanggepin cara paling jitu.

      Hapus
  5. Bener, Mak Dib. Nggak usah peduliin omongan orang. Kalau yg ngomong yg lebih tua ya diiya-iyain aja, tapi yowis. Sesuai passion dan timing Gusti pasti tepat.

    BalasHapus
  6. Bener banget mbake... Gengsi yang bagus dan baik untuk diri sendiri....yo seperti yang mbake sebutkan tadi.... yang paling bagus untuk diterapkan gengsi pinjem duit, biar ga kecanduan pinjem duit.

    BalasHapus
  7. gengsi saat bertamu ni yang bikin salting, apalagi ke tempat orang yang mnurut kita penting wwee we we

    BalasHapus
  8. Terkadang gengsi juga menyusahkan kita....

    BalasHapus
  9. Betul mbak, tempatkan gengsi pada tempatnya. Kebahagian diri adalah yang utama, tidak perlu terlalu memikirkan omongan orang. Thanks Mbak, Inspirasi pagi :D

    BalasHapus
  10. Terkedang omongan orang lain itu sangat membahayakan untuk diri kita sendiri, terkadang orang yang tidak tahu petmasalah sebenernya pada diri kita, mereka selalu ikut unjuk suara untuk mengeritik kita. Jadi sangat benar sekali mbak apabila kita ini jangan terlalu memperdulikan omongan orang lain, toh kita sendiri kan yang menjalankannya ? kenapa orang lain yang sibuk ngomongin kita? ya mungkin mereka merasa kasihan atau gimana, tapi ya ada sisi baiknya apabila kita mendengarkan omongan-omongan yang baiknya saja, apabila ada omongan-omongan yang tidak pantas untuk didengar, jangan terlalu kita pedulikan sama sekali.

    Ohiya mba, ngomong-ngomong makasih yah informasinya hehe :)

    BalasHapus
  11. Tambah satu lagi mak buat para pemuda. Gengsi saat mau berdagang atau mencari kerja. Gengsi itu yang harus dihilangkan kalau mau sukses.

    BalasHapus
  12. Sangat bermanfaat mba artikelnya. Terimakasih

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...