16.3.17

Ketika Kenyataan Tak Sesuai Impian (2)



Cerita sebelumnya disini.

Masih curcol dan inilah jawaban kenapa "Kenyataan Tak Sesuai Impian". Ternyata kudapati bahwa kenyataan pasti lebih indah dari impian. Karena Allah pasti berikan yang kita butuhkan, yes?

Butuh waktu lama untuk berdamai dengan itu semua. Ada untungnya juga moratorium tes CPNS, jadi saat ini aku mulai berdamai dengan mimpi-mimpi lamaku dan memmbangun mimpi yang sesungguhnya, mimpi yang sesuai dengan goal keluarga.

Oke jadi dosen itu keren. Tapi jadi dosen itu harus tahan banting, siap lembur tanpa bayaran, siap disuruh ini itu sama dosen senior, dan harus menjaga wibawa. Aku memang masih berhasrat mengajar, tapi mungkin sebatas menjadi dosen terbang saja nantinya...

BPOM memang gagah namanya. Dan menjadi pegawai BPOM juga harus gagah dan tangguh. Temanku yang mengabdi sebagai staf BPOM, nyatanya harus merelakan banyak kebersamaan bersama keluarga karena harus terus lembur. Is that job that i want?

Bekerja di instansi penelitian itu juga kece. Wih, pakai alat-alat canggih dan bikin penelitian paten. Kece to the max lah. Tapi coba deh ingat-ingat dulu waktu masih outsoursching sebagai staf peneliti. Apa kontribusimu buat masyarakat selama menjadi staf peneliti? Nyatanya produkmu nggak juga dinikmati banyak orang. Kelemahan ilmu pengetahuan di Indonesia memang begitu, banyak penelitian yang akhirnya berhenti sebatas skala lab saja. Padahal kalau dikomersilkan, bukan hanya menambah pundi pendapatan, tetapi juga membantu orang yang membutuhkan.

Allah ternyata kasih aku pekerjaan yang sesuai dengan diriku. Bukan salah satu dari tiga pekerjaan impianku. Tapi ternyata lebih baik dai ketiga pekerjaan itu. Bukan pekerjaan yang prestise, tapi lewat pekerjaan ini aku semakin dapat mendekatkan diri pada keluarga. Dan aku juga jadi makin percaya, rezeki itu bisa dari mana saja. Yang jelas rezeki datang saat kita berusaha. Rezeki datang saat kita membutuhkan.

Saat ini aku bekerja sebagai staf administrasi untuk perusahaan kakak ipar dan suami. Walaupun usaha keluarga, tapi kami tetap bekerja secara profesional. Jam kerjaku profesional, dan walaupun aku membawa Ais ke kantor, tetapi aku pastikan bahwa Ais tidak mengganggu jalannya pekerjaan rutin perusahaan.

Perusahaan mana coba yang mengizinkan bawa anak seperti ini? Aku bisa dengan yakin memastikan bahwa anakku terjaga dengan baik. Ais juga jadi lebih paham sama kesibukan kedua orang tuanya. Alhamdulillah Ais sangat memahami kesibukan kami. Ais benar-benar jadi saksi jatuh bangun usaha kami. Pernah kami kelepasan berantem karena sama-sama capek. Ais yang mendamaikan kami. Jadi malu, karena Ais bisa bersikap dewasa menghadapi orang tuanya ini. Setelah kejadian itu, aku berjanji untuk tidak boleh kelepasan berantem lagi. Karena, boleh jadi Ais terlihat tidak masalah dengan percecokan kami, tapi siapa tahu dia memikirkannya. Keharmonisan keluarga harus kami prioritaskan.

Bismillah. Memang kenyataan tak sesuai impian. Tapi aku yakin kenyataan lebih indah dari impian.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...