4.10.16

Review Rumah Sakit Akademik UGM

Saat aku menjadi probandus uji bioekuivalesi levofloksasin, ternyata banyak yang bertanya, dimana sih lokasi pengujiannya? Begitu aku jawab di Rumah Sakit UGM, mereka terus bertanya lagi, di sebelah mananya RS Sardjito itu? Waduh, di sebelah mana ya? Soalnya walau namanya UGM tapi lokasinya jauh dari kawasan UGM.
RSA UGM (sumber:mutupelayanankesehatan.net)
Ternyata masih ada warga Jogja yang belum tahu sama RSA UGM. Jujur saja, aku baru tahu rumah sakit ini sekitar tahun 2015 dari Grace Melia, sahabat bloggerku. Saat itu Mak Grace sedang ada pameran tentang Rumah Ramah Rubella yang didirikannya sebagai wadah berkumpulnya orang tua dengan anak special needs. Di rumah sakit ini ada sebidang lokasi mirip atrium di mall sehingga sangat pas untuk pameran. Selain itu, Mak Grace juga rutin menceritakan fisioterapinya Ubii di rumah sakit ini. Menurutnya, bila dibandingkan dengan fisioterapis di Jakarta, fisioterapis di Jogja, terutama di RSA UGM ini relatif murah dengan kualitas yang sangat bagus.

Kembali ke masalah lokasi, kurang paham juga kenapa letaknya jauh banget dari fakultas kedokteran UGM. Bisa jadi karena di sekitar UGM memang sudah tidak ada lokasi lagi sih. Ternyata, kalau menilik sejarahnya sih, memang kaitannya RS Sardjito dengan RSA UGM itu sangat erat. RSA UGM adalah pengembangan dari RS Sardjito yang kapasitasnya sudah penuh untuk praktek mahasiswa kedokteran. RSA UGM sendiri baru resmi dibuka tahun 2011. Berlokasi di kawasan ring road barat, RSA UGM memang terletak cukup jauh bila dibandingkan dengan RS Sardjito. Tetapi, RSA UGM ini sangat luas. Bahkan sampai saat ini RSA UGM masih getol melakukan pembangunan. Pemilihan lokasi yang belum padat penduduknya (dan mungkin harga tanah yang masih relatif terjangkau saat itu), membuat RSA UGM terlihat lebih megah dan mewah dibandingkan RS Sardjito. Jujur saja, selama menjadi probandus aku merasa nyaman di rumah sakit ini. Nggak ada kesan spooky seperti yang terkadang aku alami saat berkunjung ke rumah sakit, terutama yang penerangannya remang-remang *kebanyakan nonton horor nih.
Happy probandus! Habis perawatnya asyik sih.

Walau baru berdiri sekitar 5 tahun, RSA UGM relatif lengkap untuk pelayanan kesehatannya. Sudah tersedia sarana ICU, NICU, PICU, dan juga klaster bedah terpadu sejak 2014. Alat-alat kesehatannya masih baru dan lengkap. Waktu itu aku sempat nyasar masuk ke ruang IRI (instalasi rawat intensif). Disana para pasien mendapatkan penanganan alat satu-satu. Dokter jaganya juga cukup banyak, karena memang RSA UGM didesain untuk sarana akademik atau pendidikan, salah satunya untuk praktek calon dokter. Termasuk disediakannnya sarana uji bioekuivalensi di RSA UGM, ini juga demi mendukung penelitian di bidang kesehatan.

RSA UGM ini sangat luas. Dari awal masuk seolah terlihat sepi. Padahal sebenarnya perawat, dokter, karyawan, dan pasien di rumah sakit ini cukup banyak. Waktu aku nyasar di IRI saja, bed pasiennya penuh terisi. Saat solat di mushola juga selalu penuh. Menurutku kondisi ini ideal untuk sebuah rumah sakit. Dimana kenyamanan pasien diutamakan. Waktu jadi probandus, aku merasakan me time yang cukup baik disini. Perawatnya banyak dan ramah-ramah. Kelihatannya RSA UGM ini memang cukup berhasil sebagai rumah sakit akademik alias pendidikan. Suasananya kondusif untuk praktek langsung para dokter dan perawat, sekaligus nyaman untuk kegiatan penelitian, dalam hal ini yang baru dikembangkan adalah instalasi untuk uji bioekuivalensi obat.
Sunrise @ rooftop RSA UGM

6 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...