3.10.16

Belajar Sejarah dari Film 3 Nafas Likas

Semenjak internet unlimited dan bebas buat streaming, aku hampir nggak pernah nonton TV lagi. Setiap hari laptop dipanjer, entah buat browsing, blogging, dan seringnya tuh streaming video. Ais malah nggak pernah absen nonton Upin dan Ipin di Youtube. Nah, suatu malam ketika Ais sudah terlelap *biasanya ibunya duluan yang tidur, tapi kali ini beda, hehe. Jadilah aku cari film di Youtube. Dan seperti biasa aku paling suka nonton film Indonesia.  Pakai kata kunci standar "Film Indonesia Terbaru", terus pilih deh film yang kumau. Nah, malam ini aku penasaran sama film "3 Nafas Likas", soalnya dari kolom komentarnya, banyak yang positif. Awalnya aku nggak ngeh kalau ini ternyata biografi orang penting di Indonesia, yaitu Ibu Likas dan Bapak Djamin Ginting. Aku pengen nonton film ini nggak lihat sinospsis lagi, cuma lihat pemainnya. Ada Vino Bastian dan Atiqah Hasiholan. Ah, pasti bagus ini.
Foto from Wikipedia

Awal film sebenarnya agak monoton, karena berisikan monolog Likas dengan flashback masa kecilnya. Tapi aku terus menyimak film ini karena ada nilai positif yang diajarkan disini, bahwa zaman dahulu, yaitu sekitar tahun 1930an, perempuan tidak memiliki banyak kebebasan untuk menempuh pendidikan, bahkan penghargaan mereka sebagai ibu dan pengatur rumah tangga hampir tidak ada. Ketika Likas memenangkan permainan gundu, teman-teman malah menjauhinya. Pokoknya saat itu perempuan sangat inferior.

Di sekolah Likas termasuk menonjol. Dia pun mempunyai cita-cita ingin menjadi guru. Padahal untuk sekolah guru harus ke Padang Panjang, yang artinya dia harus meninggalkan ibu dan adik-adiknya. Si ibu awalnya sangat menentang, tetapi ayah dan kakaknya yang sudah lebih dahulu merantau meyakinkan Likas untuk sekolah guru di Padang panjang. Konflik yang disajikan disini sebenarnya sederhana tetapi mengena, karena memang hal seperti ini masih umum terjadi. Singkat cerita akhirnya Likas bersekolah di Padang Panjang dan akhirnya berhasil menjadi guru. Tapi sepulangnya ke Sibolangit, Likas mendapati ibunya sudah tiada. Satu nafas Likas pun hilang.

Kondisi politik Indonesia saat itu masih kacau, saat itu pula Likas bertemu dengan Djamin Ginting, seorang tentara PETA. Likas berhasil memikat Djamin karena pidatonya mengenai gender. Tetapi awalnya Likas tidak menaggapi rayuan Djamin karena menganggap Djamin antek Jepang. Akan tetapi karena Djamin sering mengirimi Likas surat, lambat laun Likas menyukai Djamin dan singkat cerita mereka menikah. 

Kisah cinta dua sejoli ini dibalut dengan kondisi Indonesia yang sedang perang sampai kemerdekaan. Saat adegan perang, tiba-tiba Ais terbangun. Jadilah kami menonton berdua. Soalnya Ais suka film tentang tentara.

Belajar Sejarah dari Latar Belakang Film 3 Nafas Likas
Likas dan Djamin muda. Vino bisa berubah total begitu mukanya ya?

Yang paling aku suka dari film ini adalah latar belakang peristiwa sejarah yang sangat kuat sehingga bagus untuk mengingat pelajaran sejarah. Runtutan peristiwa mulai dari proklamasi kemerdekaan, G 30 S PKI, sampai zaman orde baru dijadikan latar yang kuat di cerita. Wajar saja karena ini diadaptasi dari kisah nyata. Tetapi walau berupa biografi, cerita ini tetap ada unsur dramatisnya, seperti saat Likas ngotot ke kantor suaminya menggunakan panser dan akhirnya menitipkan surat untuk suaminya pada pilot pesawat yang hendak lepas landas ke Medan. Dari film ini aku semakin menyadari fungsiku sebagai istri. Memang di balik lelaki hebat ada perempuan tangguh di sampingnya. Tidak diceritakan dengan jelas apa kesibukan Likas setelah kemerdekaan. Apakah melanjutkan mengajar atau tidak. Tetapi yang jelas dia sangat setia menemani suaminya, bahkan sampai ke Kanada, saat sang suami ditunjuk menjadi duta besar.
Likas saat menemani Djamin menjadi duta besar. Kabarnya sih karena Djamin 'disingkirkan' pemerintah Orba
(photo: acmi.net.au)
Konflik utama dari cerita ini sebenarnya tidak jelas, karena konfliknya memang terjadi sacara natural seperti layaknya cerita kehidupan nyata. Tetapi cerita diakhiri ketika Djamin meninggal dan disebut Likas bahwa suaminya lah nafas terakhirnya. Sampai akhir cerita aku belum ngeh kalau tokoh di cerita ini adalah nyata adanya. Di akhir film barulah dijelaskan mengenai kehidupan Likas saat ini. Pada 2014, Ibu Likas berumur 90 tahun dan masih hidup. Tetapi di awal Agustus lalu, saat berusia 92 tahun, beliau menghembuskan nafas terakhir. 

Aku salut adalah akting dan penampilan Atiqa dan Vino yang bisa 'Karo banget', padahal mereka orang Jawa kalau nggak salah ya? Terus, walau berceritakan tentang kisah cinta tentara sekaligus politikus, tetapi cerita keseluruhan film ini jauh dari unsur politis. Lewat film ini aku mendapat kesempatan menceritakan sejarah Indonesia kepada Ais. Mulai dari kapan Indonesia merdeka, kapan terjadinya G 30 S PKI, termasuk pertanyaan kenapa tokohnya jadi ubanan, hehe.
Vino memerankan Djamin muda sampai tua. Cucok! (photo: avantara88)

Paling suka sama soundtracknya berjudul "Lekas" yang dinyanyikan Tulus. Liriknya itu lho, bikin gagal baper.

Lekas, hentikan tangismu
Lekas, hargai nafasmu
Lekas, waktumu sangat terbatas

Hayo, habis dinyanyiin gitu, apa masih bisa baper? Hahaha!

6 komentar:

  1. Penasaran ama soundtracknya, cari diyutub ah.

    BalasHapus
  2. Duh.... Yang nonton aja pake streaming... Hehehehe. Sini, bagi2 jaringannya.

    Banyak banget ya, pelajaran yg bisa diambil dari film ini.

    Eh, bener juga, ya. Kenapa si Vino bisa jadi berubah banget gitu? Tapi... Asli keren banget kalo dia nya yg main.

    Btw, salam kenal.

    BalasHapus
  3. kalau baca sinopsisnya kayaknya keren nih film. masuk daftar film wajib tonotn dulu deh, ntar kalau udah ada waku luang nyari info filmnya. :)

    BalasHapus
  4. Tabloid Otomotif terhangat dan terupdate

    BalasHapus
  5. wahhh pemerannya vino yah..??pasti kerenn nih filmnya,, nnti tonton jg ahh.. kebetulan d kosan pun jg gtu lbh milih streaming d youtube hehe,, maklum anak kosan kagak punya TV :V :V

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...