23.5.15

Beras Palsu? Nggak perlu seheboh itu!




BERAS PALSU?
Sekarang lagi heboh beras palsu dari plastik nih. Jujur saja tertarik buat membahasnya, bukan apa-apa, soalnya semester lalu aku dapet tugas percobaan pembuatan 'beras palsu' alias beras analog (Colek mesra sohib seperjuangan buat beras analog Nurin Imana HidayatiZhulfani Latifatunissa Mb Fitri Agustina).
Repot tau buat beras palsu itu! Udah kayak ibu2 PKK padat karya aja kita ngadon tepung(waktu itu pakai tepung umbi gembili) n milin-milin adonan sampe bentuknya menyerupai beras(maklum keterbatasan alat). Alat komersil pembentuk biji beras ini juga gak murah lo. Belum lagi harga biji plastik aku cek mbah google, paling murah 10.000 per kg. So, make sense gak sih orang ribet2 buat beras palsu dari plastik? Bahan baku n proses pembuatannya aja ga cucok gitu!
Oke. Oke. Kita cari kemungkinan lain kenapa bisa sampai berasnya terasa 'sintetis' begitu. Boleh jadi memang berasnya udah lawas sehingga terbentuk flavor sekunder dari si beras yang menyerupai flavor plastik(colek Ms Oki Krisbianto yang mungkin paham flavor beras). Bisa jadi.(masih dugaan, kalau sempat cari referensi ah). Tapi yang paling mungkin sih, itu beras lama disimpan dalam kemasan plastik(yang mungkin murahan n nggak food grade pula), kondisi penyimpanan panas pula(kena sinar matahari langsung salah satunya), nah plastik ini kemungkinan besar migrasi ke beras. Efeknya, bukan hanya aroma beras berbau plastik, tapi rasanya juga seperti plastik, karena yang migrasi itu flavornya, kesatuan dari pencecap rasa dan aroma.
Dan sebagai penggiat beras palsu. Saya merasa ga nyaman dengan berita seperti ini. Karena beras palsu dari sumber karbohidrat lokal(jagung, sagu, singkong, ubi) seharusnya digalakkan!!! Haha *sok-sokan .



Penjelasan masuk akal aku dapat juga di link ini (Ditulis oleh Mbak Signa Falusiani): https://www.facebook.com/nanalus/posts/1063790873650013?fref=nf

Kutip dikit:
Berikut ini 5 FAKTA ILMIAH mengenai beras plastik adalah HOAX:
1. Video ‘pembuatan beras plastik asal China’ ini tidak memiliki informasi bahwa yang diproduksi adalah beras. Video ini menunjukkan proses membuatan biji plastik
yang disebut extrusion, mesinnya namanya extruder. Plastik dicairkan, lalu masuk ke semacam pipa yang dipanaskan dan memiliki pengaduk ulir seperti mata bor.
Dari situ, plastik akan keluar seperti odol dan masuk ke saringan seperti membuat cendol, yang membentuk panjang seperti mie. Lalu dicelupkan ke air, karena ‘benang plastik’ (saya mau nyebut ‘mie plastik’ nanti heboh lagi!!) ini masih panas dan lembek. Sesudah
mengeras, ‘benang plastik’ ini dipotong kecil2 di chopper membentuk pelet atau biji supaya bisa dimasukkan ke karung dan bisa dikirim dengan mudah. Tidak ada yang
menunjukkan orang ini sedang bikin ‘beras plastik’! Embel2 ‘asal China’ juga ngasal. Orangnya ngomong Mandarin, tapi bisa saja ini di Taiwan, Canada, atau Tangerang!
2. Sifat utama plastik turunan hidrokarbon – keluarga keresek – adalah hidrofobik atau tidak suka air, karena bahan dasarnya adalah minyak bumi dan struktur kimianya nonpolar. Akibatnya, mau direbus sampai Indonesia menang piala dunia sepak bola sekalipun,
TIDAK AKAN MENJADI LEMBEK. Beras bisa lembek menjadi bubur karena menyerap air. Kalau plastik direbus kelamaan paling-paling basah atau berwarna kecoklatan. Tapi tidak bisa menjadi bubur!
3. Jika memang benar ada ‘beras dari plastik’, maka membedakannya gampang saja: plastik TIDAK AKAN TENGGELAM DI AIR karena berat jenisnya lebih rendah
dari air. Jadi ketika kita merendam beras dalam air sebelum memasak, ‘beras plastik’ ini akan tetap mengambang meskipun kita tekan kebawah.
4. Ada lagi teori bahwa ‘beras plastik’ dibuat dari kentang atau umbi yang dilapisi plastik. Maaf, saya nggak percaya sampai saya bisa meneliti sampelnya. Pertama, kentang lebih mahal dari beras – masak ngoplos pake bahan yang lebih mahal? Kedua, bagaimana
cara motongin kentang jadi biji kecil-kecil. Ketiga – yang paling logis – titik leleh plastik yang paling umum:
PE (polietilen) adalah 115 oC, PP (polipropilen) adalah 130 oC, dan PET (polietilen tereftalat) adalah 260 oC (atau
sekitar 100 oC untuk PET yang digunakan untuk botol plastik). Sementara untuk melakukan pelapisan (coating), plastiknya harus dicairkan dulu baru bisa melapisi umbi atau kentang. Semua titik leleh plastik
diatas 100 oC, berarti umbi atau kentangnya akan keburu gosong sebelum bisa dilapisi plastik! Jadi, sebagai engineer saya nggak kebayang gimana caranya melapisi umbi dengan plastik. Dan, kalau bisa harusnya
mahal prosesnya – tidak bisa dipakai ngoplos!
5. Bagaimana cara menguji ‘beras plastik’ dan ‘beras asli’? Saya menghimbau kalau ada yang punya sampel ‘beras plastik’ silakan hubungi saya. Rekan Kimiasutra saya Irvan Kartawiriya bisa mengujinya di Laboratorium Food Technology di Swiss German University. Caranya mudah, dengan dua cara: pertama memotong beras dan melihat penampangnya di bawah mikroskop, untuk melihat apakah ada terlihat ‘umbi dan kulit plastiknya’. Kedua, mengujian amilum dengan Yodium. Amilum adalah jenis kanji yang terdapat pada beras asli, yang jika ditetesi Yodium akan memberi warna ungu. Kalau ditetesi tidak ungu, berarti bukan beras asli!
Kutipan selesai.

Nah, ini juga ada sanggahan tentang beras plastik dari Bpk Hengki Wibawa, ketua Federasi Packaging Indonesia dalam mailing list packaging-forum mengenai beras plastik. Mudah-mudahan buibu jadi nggak galau-galau amat. Perkara di TV Sucofindo bilang beras sampelnya positif mengandung bahan berbahaya, entah seperti apa sampel beras itu dan apa motif pedagang yang seperti itu, tapi hatiku percaya beras itu nggak sampai menyebar. Ini cuma pengalihan isu, imho.

Mending makan ini frens. Nasi dari beras analog singkong+kacang merah. Sama-sama beras palsu, tapi ini aman dimakan dan bisa mengurangi ketergantungan akan beras!



UPDATE (masih dari Forum Packaging Indonesia):
Ternyata dalam pembuatan beras artificial di Cina sono pakai plasticizer(kalo aku dulu sih ga pake macem2, ada yg bilang pake gliserol, kalo plasticizer yg dipakai di Cina blm tau deh apaan), ada kemungkinan itu yg terdeteksi FTIRnya Sucofindo sebagai 'PVC'. Tapi jangan dibayangin PVC buat paralon gitu deh. Wkwkwk..


Baca postingan seru lain seputar teknologi pangan di label Food Tech

16 komentar:

  1. Setelah tau skrinsyut darimu ini, aku jd gak terlalu khawatir, mak. Bener aja deh, kemaren akhirnya byk klarifikasi. Semoga semua jd tenang kembali. Btw, pengen nyoba deh beras analog....

    BalasHapus
  2. Biasa.... Lagi bingung cari berita... Bijih plastik di bilang beras...

    BalasHapus
  3. Makasih infonya mak, lagi pada ribut beras plastik, tulisannya mencerahkan mak Diba

    BalasHapus
  4. iya seharusnya kalau masih belum apsti janagn diberitakan dulu ya bikin cemas masarakat

    BalasHapus
  5. Makasih infonya Mak Diba, aku juga gak percaya waktu mulai ada berita tentang beras plastik ini, tapi agak ragu2 juga.... Sekarang setelah ada penjelasan ilmiahnya, jadi yakin kalau itu hoax... pengalihan isu....

    BalasHapus
  6. mbak, makasih banyak penjelasannya yaaa.. takut yang screenshot milis itu hoax juga, jadi baca ini jadi lebih tenang deh, hehe. thanks banget ya

    BalasHapus
  7. Wah mbak, saya termasuk yg adem ayem. Gak heboh.
    Beras asli & poles saja insyaAllah saya bisa bedakan. Lagian, maaf, gak masuk di akal. Beras tumbuh di tanah. Benihnya murah. Plastik? Mahaaal.....

    BalasHapus
  8. o gitu...*angguk2...
    tapi itu berita di tivi dan bilang positif piye -____-
    hadeh hadeh

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah ada update lagi. Itu media yang menyimpulkan, memang ada identifikasi senyawa plasticizer, tapi senyawa pastinya apaan juga belum jelas.

      Hapus
  9. wiihhh...makasih infonya mbak...
    sambil manggut-manggut baca poin2 cara membedakan beras palsu...
    di desaku juga heboh dikit2 kalau beli beras ke warung nanya beras plastik apa bukan, pdahal jelas2 itu beras fresh from the open habis digiling dari pabrik hahha...

    BalasHapus
  10. Beras analog ini harganya 2 kali lipat beras biasa ya mbak? kemarin liat infonya di TV...jadi pengen nyobain beras analog ini...

    BalasHapus
  11. Hadooh, ini hoax paling gila. TV aja ikut-ikutan heboh. Kok bisa sih, pemrednya ga cross check, ya.

    BalasHapus
  12. Iya banget nih, pemberitaan di media lebay banget deh. buka TV eh berita beras palsu. ganti chanel, beras palsu lagi. Ganti chanel lagi, berita yang samaaa terus. Ah.. kayaknya media kehabisan bahan berita hahaha :D

    BalasHapus
  13. Aku termasuk yang ga heboh.. Yang paling aman sih beli yang packingan yang emang udah dipake tahunan :)
    Beras analog ini cukup menggoda deh. Belinya dimana ya? infonya dongss :)

    BalasHapus
  14. Ooo begitu to. Termakan video hoax itu sih. Tp pemerintah sendiri kurang tegas ya. Sampai sekarang pemerintah masih sibuk nyari opini/hasil penelitian pembanding. Thanks pencerahannya.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...