5.1.15

Perpisahan

"Terkadang perpisahan itu diperlukan untuk mencegah perasaan ini semakin sempurna dan sulit dilupakan".

Perasaan memang tak ada yang tahu. Aku tak pernah menyangka kapan aku jatuh cinta dan kapan aku mati rasa. Aku senang jatuh cinta. Gejolak hati yang berdebar-debar saat bertemu si dia. Waktu demi waktu yang ditunggu untuk bertemu dia. Oh alangkah indah Tuhan ciptakan cinta.

Tak perlulah bersahut cintaku ini. Melihatnya tersenyum bersamaku dan selalu membutuhkanku sudah luar biasa buatku. Aku sadar aku tak pantas mengharapkan balasan cintanya.

Aku ingin selalu ada untuknya. Membantunya, menjadi teman curhatnya. Aku senang dengan cerita-ceritanya, aku senang dengan keceriaannya. Aku senang menatap matanya, memperhatikan gerak bibirnya, dan panjang rambutnya. Aku akan menjadi paling cerewet jika rambutnya mulai gondrong.

Rambut gondrong tidak cocok untuk tubuhnya yang kurus. Putih kulitnya hanya akan semakin pucat bila rambutnya gondrong. Aku senang dia selalu menurut perkataanku.

Hampir tiga tahun bersama. Sebentar lagi pujaan hatiku akan meninggalkanku. Aku sebenarnya tidak rela, aku masih ingin bersamanya. Lebih lama lagi. Tapi keadaan tidak memungkinkan.

"Dion. Sebentar lagi kamu masuk SMU. Ibu harap kamu tetap rajin belajar. Mudah-mudahan kamu sukses, Nak."

" Iya Bu. Dion pasti nanti kangen sama ibu. Mudah-mudahan di SMU gurunya seru kayak ibu."

Aku tersenyum. Pujaan hatiku sangat bahagia meninggalkan sekolah ini. Dia tak sadar ada keping hati yang lara olehnya. Biarlah, toh perasaan ini memang harus dienyahkan. Perpisahan adalah solusinya. Aku pun tak mau perasaan ini semakin sempurna dan semakin sulit untuk dilupakan.

Muridku tersayang, pergilah dan kejar cita-citamu. Doakan ibu dapat melupakanmu. Ah, pasti kamu tak percaya akan perasaan ibu padamu.

2 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...