6.11.14

From Breastfeeding to Weaning

Ide nulis tentang ini sebenarnya sudah lama. Gara-gara ada seorang temanku yang nanya tentang postingan ASI di blogku. Aku inget-inget lagi, kayaknya yang di blog cuma curcol doang. Ada bikin tulisan "kenapa harus pumping?", itu juga langsung di grup FB 'Tambah ASI Tambah Cinta'. Jadi deh, sekarang aku buat postingan tentang tips menyusui dengan bahagia. Yups, bukan sekedar sukses menyusui nih, tapi juga sukses dan bahagia.

Semua ibu pasti ingin bisa menyusui anaknya. Pasti dong ya. Tapi banyak juga ibu yang gagal menyusui dan akhirnya menyerah pada susu formula. Penyebabnya bisa bermacam-macam, terutama keluarga dan lingkungan. Apapun alasannya, jangan sampai ini membuat ibu menjadi merasa bersalah dan merasa tidak menjadi ibu yang baik. Ibu yang baik selalu berusaha memberi yang terbaik. Apapun hasilnya, ya memang begitulah yang terbaik.
Nah, kali ini aku bakal bagiin pengalamanku menyusui Faris dulu (nostalgia nih ye). Alhamdulillah aku pribadi sih merasa sukses dan bahagia dalam menyusui, hehe...

Pengalaman pertama. Hmm, awal menyusui Faris tidaklah membanggakan untuk diceritakan. Aku yang masih kinyis-kinyis pasrah saja memberi Faris susu formula, karena ketidaktahuan tentang IMD plus melahirkan tanpa ditemani suami. Jadi saat itu memang lelah to the max. Mending me time n tidur.*udah kayak gini, tapi aku masih menganggap diriku ibu yang baik lho..haha..dasar tambeng.

Pengalaman kedua. Akibat kemalasanku menyusui Faris waktu masih di rumah sakit, akhirnya ASIku terlambat keluar. Hari ketiga baru keluar dan itu pun dikiiiit banget. Frustasi? So pasti. Terlebih saat ada teman yang men-judge, "Wah kalau pakai susu formula berarti ga ASI eksklusif dong". Jleb! Mendadak aku say no to susu formula. Tapi namanya produksi ASI nggak instan, yang ada aku frustasi ASI kurang. Rewel deh Faris.

Pengalaman ketiga. Akhirnya aku menggunakan cara yang sekarang kerennya disebut relaktasi. Tapi bukan relaktasi sih, wong memang belum pernah berhasil laktasi. Aku dapet cara relaktasi ini dari grup TATC. Ya iyalah, ibu-ibu smart semua di situ, jadi aku banyak terbantu karena mereka. Jadi saat Faris lapar, aku langsung menyodorkan putingku terlebih dahulu. Saat Faris melepas puting dan menunjukkan gelagat masih lapar, aku beri ASI perahku. ASI yang diperah selama sejam dan habis nggak sampai 5 menit. Huhuhu. Nah, kalau Faris masih lapar, baru deh aku kasih susu formula. Nanti, kalau Faris sudah tidur, aku kembali memompa ASI. Pokoknya tangan ini pompa terus. Interupsi kecil seperti Faris pup n pee, atau emaknya yang kudu nature call sering juga terjadi. Biasanya aku istirahat dulu memompa kalau begitu. Pokoknya nggak ada target bisa full ASI. Yang penting ikhtiar.

Pengalaman keempat. Alhamdulillah, nggak sampai tiga hari ASIku lancar. Aku membuktikan bahwa saat rileks ASI mengalir lebih lancar. So, ibu-ibu jangan pernah merasa terbebani dengan kegiatan memompa ASI. Kalau perahannya sedikit mah selow aja. Pakai sufor kan juga nggak dosa.

Pengalaman kelima. Ehm, pengalaman kelima ini agak menyombong sih. Jadi, karena pengalaman buruk gagal ASIX di tiga hari pertama Faris, makanya aku memompa ASI jadi lebay, alias terlalu sering. Permasalahannya aku belum persiapan botol ASIP yang banyak. Akhirnya ASIP kutaruh di plastik es. Tapi endingnya ASIP itu terbuang percuma. Soalnya pas mau balik ke Lampung, aku bingung bawanya. Ternyata, mensyukuri berapapun ASI kita adalah yang terbaik, nyatanya aku, karena maruk, bisa produksi, nggak bisa nyimpen, capek deh.

Pengalaman keenam. Frezeerku kecil, cuma di dalam kulkas stu pintu, mau beli freezer mini proposalnya ditolak suami. Akhirnya boleh dibilang Faris ngak pernah minum ASIP yang pernah dibekukan. selain aku males harus ngebersihin freezer tiap dua minggu, sesuai saran agar ASIP beku awet, ternyata yang momong Faris menganggap ASIP yang pernah beku ini sudah rusak. Maklum sih ya, ASIP beku yang dicairkan biasanya tidak homogen lagi, seperti dua lapisan. Nah, orang awam kan taunya susu kalau kayak begitu sudah rusak. Ditambah lagi lipase dalam ASIku saepertinya banyak. Jadi ASIP yang sudah di-thawing ini baunya agak tengik. Jadi kalau lihat foto ibu-ibu ASInya sekulkas di freezer cuma bisa iri. Aku nggak bisa karena ga masu n mampu beli freezernya, haha

Pengalaman ketujuh. Faris disapih dot sejak umur 21 bulan. Gara-garanya Faris lebih suka minum pakai sedotan dan gelas. Alhamdulillah, aku memang target Faris lepas dot lebih dulu dari lepas nenen. Tapi, ternyata extended breastfeedingnya lama bingits. Faris disapih ASI saat sudah hampir tiga tahun. Itu pun pakai acara tipu-tipu pakai plester. Malu juga udah segede itu masih nenen di tempat umum. Tak kuduga cara plester ini berhasil. Memang jadi ga WWL, tapi aku merasa sudah mengakhiri kegiatan menyusui kami dengan sukses dan bahagia. Lebih kurang hanya pengalaman indah saat menyusui. Alhamdulillah tanpa mastitis, bingung puting, dll. Fabiayiallairobbikumatukadziban...

1 komentar:

  1. Terimakasih sharingnyaa... saya lagi berjuang buat menyapih anak saya Mak.. udah 2 tahun ++

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...