26.9.14

Melek Finansial Bagi Ibu dan Anak

PRANG! Bunyi gelas pecah di siang bolong mengagetkan saya.
photo on google

"Hayo! Mecahin gelas, denda tiga ribu!"

Seorang kakak memarahi adiknya seperti itu. Saya yang saat itu sedang bertamu tekaget-kaget. Seorang anak usia pra sekolah sudah diberi 'hukuman' seperti itu? Rupanya ada peraturan keluarga mereka yang memuat punishment berupa 'denda' bila memecahkan barang.



Ini terjadi di keluarga saya, tepatnya di keluarga mbak ipar. Peraturan yang menurut saya cukup 'kejam' untuk anak seusia itu, tapi rupanya efektif untuk mengajarkan finansial pada anak.

Mengajarkan finansial sedari dini bukanlah hal yang matrealistis. Mengutip pernyataan Toge Aprilianto dalam bukunya 'Saatnya Melatih Anakku Berpikir', anak harus diajarkan realita hidup sedari kecil. Dibiarkan merasakan 'sakit'nya perjuangan mendapatkan sesuatu, sehingga lebih menghargai sesuatu itu. Sesuatu itu salah satunya adalah uang.

Dari keluarga mbak ipar, saya melihat sisi positif edukasi finansial sejak dini, yaitu mereka menjadi lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang dan bersemangat dalam menabung uang. Mereka sadar, bahwa dengan menabunglah keinginan mereka tercapai.

Namun, sepertinya hanya sebagian kecil keluarga Indonesia yang menerapkan peraturan seperti ini. Alasannya bermacam-macam, mulai dari tidak tega sampai memang karena mereka sendiri belum melek finansial. 

Penduduk Indonesia Belum Melek Finansial

Apa itu reksadana? Pasar modal? Atau yang terus happening hingga saat ini, Unit Link. Banyak penduduk Indonesia yang menganggap unit link sebagai produk serbaguna, bisa sebagai tabungan pendidikan, investasi, dan asuransi. Mereka malas mencari tahu apa sebenarnya unit link itu. Teman saya yang financial advisor bank sering mendapat komplain dari nasabah karena nilai tabungan 'unit link' nya tidak seperti harapan. Padahal, dari awal membuka polis sudah dijelaskan bahwa akan ada sejumlah uang yang dialokasikan untuk asuransi. Konsekuensinya, tentu saja uangnya berkurang.

Selain kurang edukatif tentang dunia perbankan, penduduk Indonesia juga terkenal konsumtif. Penjualan sepeda motor hampir 9 juta unit di tahun 2013 salah satu buktinya. Angka impor yang tinggi baik dari sembako sampai barang mewah semakin mengukuhkan predikat ini. Lalu, apa bedanya masa sekarang dengan zaman penjajahan dulu? Nyatanya Indonesia 'dijajah' dengan rongrongan barang impor akibat sifat konsumtif penduduknya.

Lalu, apa yang bisa kita perbuat untuk melepaskan diri dari 'penjajahan modern' ini?

Melek finansial salah satu jawabannya!


Melek Finansial Bagi Para Ibu

Melek finansial hukumnya wajib buat setiap orang. Mau pekerja ibu rumah tangga, bahkan anak usia pra sekolah, semua harus peduli masalah finansial. Melek finansial bagi ibu adalah wajib kuadrat, kenapa? Karena ibu umumnya adalah manajer keuangan keluarga sekaligus pendidik bagi anak. Nah, kalau para ibu tidak melek finansial, bagaimana mungkin bisa mengatur keuangan keuangan keluarga dengan baik? Bagaimana bisa mengajarkan anaknya untuk melek finansial? 

Yang memprihatinkan, menurut Otoritas Jasa Keuangan(OJK), ibu rumah tangga yang melek finansial hanyalah 2,18%! Padahal jumlah ibu rumah tangga di Indonesia lebih dari 30% dari jumlah penduduk (data BPS 2010). 
Dari data ini, dapat disimpulkan siapa sebenarnya yang harus diedukasi dalam menuntaskan 'buta finansial' di Indonesia.

www.nailfungustreatmentguide.com

Melek finansial sebenarnya tidaklah rumit. Secara sederhana bisa dilakukan dengan mencatat pemasukan lalu menyisihkan tabungan di awal bulan, bukan menunggu sisa di akhir bulan. Pengeluaran menjadi terkontrol karena sudah ada budgeting di awal bulan. Mengutip materi Cashflow for Muslim oleh Ahmad Gozali yang disampaikan Ibu Septi Peni dalam kuliah online Ibu profesional, ada beberapa tahapan mengelola keuangan bagi seorang ibu, antara lain:

1. Inventaris sumber pemasukan. 
Semua pemasukan yang diterima harus dicatat, tidak peduli pemasukan ini sifatnya per-tahun, per-bulan, per-minggu, atau insidental(sewaktu-waktu).

2. Inventaris pengeluaran; Perencanaan keuangan 
Inventaris ini wajib hukumnya. Banyak orang yang merasa kekurangan uang padahal gajinya lumayan besar. Ini bisa saja dikarenakan mereka tidak mengatur pengeluaran dengan baik.
"Habiskan saja gajimu"-Ahmad Gozali
Jargon di atas bukannya mengajak untuk boros, sebaliknya ini adalah istilah untuk perencanaan keuangan sederhana, yaitu mengalokasikan seluruh dana ke pos-pos yang diperlukan. Keuntungan dari prinsip ini adalah kita tidak akan tergoda untuk belanja di luar budget, karena tidak ada dana yang tersisa.

Menurut kuliah online Cashflow for Muslim, ada beberapa urutan alokasi dana/gaji yang bisa diterapkan berdasarkan urutan haknya: 




Kenapa urutannya harus seperti itu? Berikut penjelasannya:
  • Hak Allah wajib ditunaikan pertama kali sebagai wujud rasa syukur atas nikmat rezeki dari Allah. Ajaran agama lain pasti juga setuju dengan hal ini. Sisihkanlah penghasilan minimal 2,5%. Bila mampu lebih banyak tentu lebih baik.
  • Hak orang lain seperti cicilan dan hutang ditunaikan setelah Hak Allah. Penyakit masyarakat Indonesia umumnya adalah mengambil cicilan melebihi penghasilannya. Tak jarang memalsukan slip gaji demi mencicil barang di luar kemampuan belinya. Ini yang harus dihindari. Maksimal cicilan adalah 30% dari penghasilan. Jangan pernah menunda membayar cicilan, karena ada resiko tagihan semakin membengkak atau kemungkinan terburuk yaitu dipidanakan.
  • Hak diri sendiri dibagi menjadi dua, yaitu masa sekarang dan masa depan. Hak masa depan, seperti menabung, asuransi dan investasi harus disisihkan terlebih dahulu sebelum dana dialokasikan untuk kebutuhan hidup. Besarnya dana masa depan ini minimal 10% dari total gaji. Lebih banyak tentu lebih baik.
  • Hak diri sendiri untuk masa kini menempati urutan terakhir. Kenapa? Karena umumnya kebocoran dana terjadi pada bagian ini. Umumnya kita menjadi boros ketika tahu masih memiliki banyak dana, maka dari itu, dana dihabiskan dulu untuk zakat, cicilan, tabungan, barulah sisanya untuk kebutuhan hidup.
Tuh, melek finansial tidak susah kan buat para ibu? Kuncinya cuma harus konsisten mencatat  pemasukan dan disiplin 'menghabiskan' dana sesuai alokasi.

Mengoptimalkan Hak Diri Sendiri di Masa Depan

Nah, kalau para ibu mau lebih melek finansial lagi, bisa juga mempelajari berbagai produk perbankan, mulai dari tabungan, asuransi, dan bermacam-macam jenis investasi, dari profil keuntungan sampai resikonya.  Insya Allah akan banyak manfaatnya. 

Menabung konvensional di bank masih menjadi pilihan banyak orang di Indonesia. Tabungan biasa memang memiliki faktor resiko kecil, apalagi dana nasabah dijamin Lembaga Penjamin Simpanan(LPS) sampai dua milyar. Namun, sebanding dengan resikonya, maka return dari tabungan juga sangat kecil, bahkan nilai tabungan bisa berkurang karena biaya bank dan nilai inflasi. 

Saat ini ada jenis simpanan berupa unit link, yang memadukan antara proteksi dan investasi. Salah satu perusahaan keuangan yang fokus pada produk unit link adalah Sun Life Financial. Calon nasabah bisa membuka situsnya untuk mempelajari bermacam produk unit link dan menentukan produk yang pas di hati. Dengan tampilan website yang menarik, diharapkan masyarakat Indonesia tidak lagi alergi dengan produk perbankan yang katanya cuma buat orang berduit saja.

Di Sun Life Financial, nasabah bebas menentukan besarnya dana asuransi dan investasi yang akan dialokasikan dengan basic unit link.
Beberapa produk Sun Life. 
Unit link memang sepintas mirip dengan tabungan, namun unit link berbeda dengan tabungan. Dana dalam unit link akan dibagi menjadi dana asuransi dan investasi. Return investasi lebih besar daripada tabungan, plus bonus proteksi dari pembayaran premi asuransi. Tapi, perlu diingat bahwa hasil investasi di tahun pertama biasanya 'rugi', itu bukan karena uangnya hilang, melainkan dipakai untuk pembayaran premi asuransi. Terus kapan untungnya? Tenang saja, return investasi di tahun kelima biasanya sudah mampu menutupi premi asuransi. Sabar ya!
 
Kalau ibunya sudah melek finansial, maka anaknya lebih mudah untuk melek finansial, karena anak adalah peniru ulung.

Kiat Mengajari Anak Melek Finansial

Seperti yang sudah disinggung di atas, semua orang perlu melek finansial, termasuk anak-anak. Mengajarkan finansial pada anak lebih baik sedini mungkin. Tentu harus diimbangi dengan konsistensi orang tua dalam menjalankan peraturannya. Berikut beberapa tips sederhana dalam mengajarkan melek finansial pada anak. Tips ini disarikan dari prinsip TogeAprilianto dan telah diaplikasikan kehidupan sehari-hari:

http://ciricara.com/

1. Beri reward saat berhasil mencapai sesuatu.

Poin pertama ini terkesan seperti 'mengukur sesuatu dari uang'. Padahal, ini salah satu pelajaran finansial sederhana dan mengarahkan jiwa enterpreneurship anak nantinya. Jangankan anak-anak, kita yang sudah dewasa tentu lebih bersemangat menulis, misalnya, jika ada iming-iming hadiahnya kan?

2. Beri punishment denda saat melakukan kesalahan

Life is never flat, kalau kata iklan makanan ringan. Hidup tentu tidak akan lempeng begitu saja. Ada kalanya kita melakukan kesalahan dan harus belajar dari kesalahan itu. Memberi punishment berupa denda pada kesalahan anak akan membuat anak menjadi lebih berhati-hati di kemudian hari. Kita sendiri kalau melanggar aturan lalu lintas kan kena denda. Yah, anak sesekali merasakan 'pahit'nya denda tidak masalah, lah!

3. Biarkan anak membeli barang impian dari tabungannya

Setiap perbuatan pasti ada tujuan, begitu juga dengan menabung. Jangan langsung menuruti keinginan anak dalam membeli sesuatu.Biasanya anak akan bersemangat menabung ketika ingin membeli sesuatu yang menjadi impiannya. Ini tentu merefleksikan realita kehidupan, bahwa perlu kesabaran untuk mendapatkan sesuatu. Seperti kesabaran menabung salah satunya.

4. Jangan pernah merasa iba saat anak merengek dan merayu dibelikan sesuatu

Anak adalah perayu dan peniru ulung. Tetaplah konsisten pada peraturan walaupun anak merengek heboh. Keep cool. Biasanya saat orang tua tidak mengabulkan keinginannya, anak akan merasa lelah dan menyerah.


Melek Finansial Bagi Ibu dan Anak=Indonesia Mandiri

Percaya tidak, perubahan kecil dari keluarga tentang finansial bisa berdampak besar bagi Indonesia? Bayangkan bila setiap ibu rutin mengevaluasi pengeluarannya. Konsisten mengalokasikan dana untuk tabungan, investasi, dan asuransi. Buktikan bahwa para ibu nggak cuma pintar belanja konsumtif, tetapi juga belanja produktif. Tentu suami pasti senang dan tenang. Tidak ada lagi muka ditekuk karena uang belanja habis sebelum waktunya. Tidak ada lagi kelabakan cari pinjaman saat anak masuk sekolah karena dana sudah dipersiapkan sedari anak lahir.
Bayangkan juga bila setiap anak sadar untuk berhemat dan mengurangi jajan sembarangan. Tentu generasi muda akan semakin sehat karena makan-makanan sehat. Plus bonus generasi yang melek finansial dan sadar pentingnya gaya hidup sederhana dan menabung.

Semua itu tidak susah, asal kita mulai dari diri kita sendiri. 


Artikel ini diikutkan dalam Sun Anugerah Caraka (Kategori Blogger)

Sumber Bacaan:

Aprilianto, Toge. 2010. Saatnya Melatih Anakku Berpikir. Brilian Internasional. Surabaya
http://3dibafree.blogspot.com/2013/12/manajemen-keuangan-kuliah-online-bunda.html
http://mugniarm.blogspot.com/2014/09/pentingnya-perempuan-melek-finansial.html
http://www.sunlife.co.id/indonesia?vgnLocale=in_ID

18 komentar:

  1. setuju mak.. melek finansial penting dan perlu diajarkan sejak dini. btw itu ponakannya beneran bayar denda 3ribu mak..? hihi :D

    BalasHapus
  2. penting banget melek finansial itu ya mak..

    BalasHapus
  3. Tanamkan anak untuk melek finansial....

    BalasHapus
  4. Keren sekali Mak. Pembahasannya mencerahkan dan runtut. Sukses ya lombanya :)

    BalasHapus
  5. hai mak,salam kenal ya... mantap deh tulisan'y,runut n mudah dimengerti... oya,anak sy syafieq udh sy ikutkn asuransi pendidikan di sunlife juga loh,heee...

    BalasHapus
  6. Ciyus Mak Ofi, ponakanku bayar denda dari tabungannya. Angpau anak2 banyak, sampe 6 digit,*pengen balik kecil
    @ Mak Susi, Mas Kid Blog. Tul banget. aku kerasa banget perlunya pas jauh dari ortu
    @mak mugniar. Ini juga terinspirasi darimu.
    @mak Ika. Wah, tersanjung aku kalau mak Ika jiper, wkwkwk
    yeay, dikunjungi seleb blog Mak Haya..*loncat2
    @Mak Aira, disini masih sedikit agen sunlife, msh jarang yg punya polisnya

    BalasHapus
  7. Waa akhirnya bisa komen di sini. Lengkap bingit, Mak Diba. Jadi jiper juga nih >.< Semoga sukses yaaa. Aku suka sama 'denda' nya hehehe. :p

    BalasHapus
  8. wealah, kalo mami Gesii jiper juga melangit aku, hohoho
    aku sendiri ga yakin bisa menerapkan denda

    BalasHapus
  9. Mak, kebanyakan dari kita masih suka ama yang namanya gengsi, jadinya agak sulit juga untuk bisa menerapkan kehidupan sederhana... hehehhe punya tas mahal tapi pas anak sekolah kocar-kacir cari pinjaman wkwkwkkwkkw

    BalasHapus
  10. Wah komplit bgt mak diba ulasannya.keren..semoga menang ya:)

    BalasHapus
  11. Kereeeen... ulasannya komplit. Gutlak moga menang yah Mbak :)

    BalasHapus
  12. Setuju mak, melek financial ibu dan anak=Indonesia mandiri, sukses ngontesnya ya mak : )

    BalasHapus
  13. mak arifah, mak oci, mak inda. Makasih banget dukungannya. emakblogger kudu melek finansial ya mak, biar anak ikutan melek, hehe

    BalasHapus
  14. @ Mak Junita. susah ya mak kalo lingkungannya begitu, ga ikut arus pasti dibilang aneh. kalo aku sih demi berhemat cuek aja pake tas n baju seadanya, emang dasarnya aku medit, hehe

    BalasHapus
  15. Sy sih tdk prnh menghukum anak utk ganti barang gitu mbak...cm sy hanya diam..tp anak sy ajarkan bahwa mendpt sesuatu itu tdk mudah... spt brg yg dihilangkan/dirusakkannya..dg sendirinya dia mengantinya/kdg membeli brg yg sama dg uang tabungannya...
    Btw melek financial memang harus dan butuh diterapkan kpd anak2 ya mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak. Prinsipnya anak diajarkan tanggung jawab dan konsekuensi dari perbuatannya. Denda cuma salah satu contoh memupuk tanggung jawab. Masih banyak cara lain sebenarnya, hehe

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...