28.11.14

Surat untuk Faris: Kenapa Tidak Mau Sekolah Nak?

Faris, sudah hampir setahun kita tinggal terpisah dengan ayah, jujur ibu masih belum kuat jauh sama ayah, Kamulah yang menguatkan ibu, Nak. Kamu nyaris tidak pernah mengeluh tentang ayah, Kamu selalu menguatkan ibu dan sorot mata bahagiamu seolah berkata, "Kita baik-baik saja dan bahagia, Bu."

Faris, kamu anak terhebat ibu. Kadang orang bilang, ibu memanjakanmu, Nak. Tapi menurut ibu Kamu layak mendapatkan itu. Itulah reward menjadi anak manis ibu.

Faris, usiamu sudah tiga tahun. Ayah pasti kaget lihat Kamu sekarang. Terakhir ketemu ayah, Kamu masih nenen, sekarang, Kamu bahkan sudah sekolah!

Sekolah. Faris anak ibu yang pintar sekarang sudah sekolah, namun belum genap sebulan Kamu sekolah, sekarang seperti tidak ada gairah bersekolah. Ada apa Nak? Katamu mereka nakal, padahal kamu cuma belum akrab dengan mereka saja. Katamu bunda d sekolah nakal, padahal kamu saja yang belum terbiasa berbagi perhatian seorang pengasuh dengan anak lain. Tapi, ibu tidak ingin memaksa, walaupun kata mereka ibu harus tega. Tega memaksamu sekolah? Sepertinya batin ibu menolak melakukan itu.

Ibu sejujurnya ingin mengajakmu demokrasi sejak dini. Mengajarkanmu tentang pilihan dan konsekuensinya. Dan memang, sekolah PAUD tidak memberi keuntungan buatmu Nak. Kamu sudah terlalu nyaman dengan Mbak Tinah, ditempatnya Kamu dapatkan semua, kehangatan dan perhatian penuh seorang pengasuh, asyiknya bermain dengan teman-teman berbagai usia, dan...jajan.

Sejujurnya masalah jajan memang ibu sayangkan. Di tempat Mbak Tinah jajannya banyak dan bermacam-macam. Dengan teman-teman Faris banyak yang suka jajan, jelas Kamu pasti pengen jajan ya Nak? Ibu ngerti, dan ibu cuma bisa pesan, jajanlah secukupnya dan pilihlah jajan yang baik.

Faris, tanpa PAUD pun kamu sudah tumbuh menjadi anak yang pintar. Semakin hari semakin pintar bernyanyi dan kosakatamu semakin banyak. Kadang ibu berpikir, alasan apa sih yang bisa membuat tetap menyekolahkanmu? Memang, lingkungan Mbak Tinah yang penuh dengan jajanan kurang sehat mengkhawatirkan ibu. Tapi selama Faris doyan makan nasi dan jajan secukupnya saja, ibu rasa ibu tidak perlu idealis harus menyekolahkan Faris sekarang.

Uti dan Oma memang berharap Faris tetap sekolah PAUD, tetapi kalau Faris memang kekeuh nggak mau sekolah, ya sudahlah. Insya Allah dimana pun berada, Faris tetap terstimulus kecerdasannya. Aamiin.

Mungkin kalau Insya Allah ibu bisa segera hijrah ke Palembang dan kita berkumpul lagi dengan ayah, baru ibu akan memasukkanmu ke penitipan anak di PAUD. Mudah-mudahan bila saat itu tiba, Faris sudah siap bersekolah.

Faris, anak ibu yang sholeh. Tetaplah jadi penyejuk bagi kegalauan ibu, dan tetaplah menjadi ceria bagi kemuraman ibu. Sesungguhnya ibu berpisah sementara dari ayah dan bertekad bersekolah serta belajar keras seperti ini cuma buat kamu Nak. Supaya ibu bisa menjadi ibu hebat buatmu, yang bisa mengantarkanmu lebih hebat lagi. Sebuah angan-angan muluk, tapi itulah passion dan tujuan hidup ibu. Semoga Allah meridhoi. Aamiin.

Jogja, dini hari Jumat, 27 November 2014
Teruntuk anugrah terindah ibu
Faris Raditya Edsel Ediba

16 komentar:

  1. Peluk Ais dan Ibunya...

    Anak-anakku semasa PAUD atau TK sekolah masih semaunya mak... Malah yang tengah pernah bolos sampe 3 bulan di TK. Dipikir ini sekolah neneknya... hueheuheu...

    Tapi alhamdulillah masuk SD udah mulai tanggung jawab sendiri, malah gak mau bolos sehari pun :)

    Ais hanya belum merasa nyaman di sekolah barunya mak... insha Allah nanti ada masanya :)

    BalasHapus
  2. Mak Diba, Nathan jga blm tak sekolahin. Nanti aja 4 tahun sekalian TK. Anakku pemalu sebenernya klo bisa masuk Paud dapat mengasah kemampuan bergaul, tp dia masih terlalu enjoy dengan Mbahnya. Biarinlah Mak Ais puas bermainnya, menikmati masa kecilnya. Smoga bs segera berkumpul dengan Ayahnya ya.

    BalasHapus
  3. Gapapalah Mak masih 3 taun ini, kok. Bolos2 juga gapapa. Ajarin tanggung jawab ttg sekolahnya nanti aja kalau udah SD. Hehehehe. ^_^

    BalasHapus
  4. Tayo dulu juga pernah mak ada masa males sekolah pas umur 3-4 taunan. Sampe pura2 sakit juga biar ga berangkat sekolah. Tp skrg udah enggak lagi.walopun kalo ditanya dia bakal milih lbh seneng libur dpd sekolah hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jg percayanya memang ini lagi masanya sih..kl bisa tak bawa kemana2 deh..ga usah dititip or sekolah dl

      Hapus
  5. Misfokus. Mak Diba mau pindah ke Palembang??? Huaaaaaa kapan? Kenapa? :(((
    Ais, iya nggak papa. Belajar di rumah sama Ibu aja kalau lagi agak kurang mood sekolah. Ibu kan pintar. Pasti bisa ngajarin Ais macam-macam, banyak hal mulai dari kosakata, lagu, akhlak, dan semuanya. Semangat ya Ais. Harus semangat. Ais kan penyemangatnya Ibu. Ayo anak lanang kamu pasti bisaaaaa! :****

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maunya tak ajak kuliah mak..haha..*nekat
      aku lg coba peruntungan CPNS di palembang..kl tembus ya hijrah lagi..

      Hapus
  6. kalau anak usia segitu sebaiknya disekolahin apa nggak si ya mak?
    sabar ya mak, tetep doain ananda supaya jadi anak sholeh :D

    peluk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak juga sih..yg penting nanti SD, kalau mau HS ya ga usah sekolah gpp..ga ada patokan pasti sih..

      Hapus
  7. Kebertulan saya punya TK. Tak sedikit ibu yang mendaftarkan anaknya sebelum 6 tahun, padahal saat itu anak masih dalam dunia main.
    Saran saya biarkan dia main dulu sampai puas.
    Kalau sesekali pengenalan huruf atau angka bisa dilakukan ibu di rumah dengan santai/sambil main.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak..aku setujunya juga gitu..di paud memang ga belajar, tp suasananya 'kelas' mungkin anak blm siap

      Hapus
  8. kalau anak saya sewaktu PAUD pernah juga gak mau sekolah. Setelah saya teliti, ternyata gurunya diganti. Jadi anak itu memang butuh kenyamanan. Jika di sekolah dia merasa tdk nyaman, maka biasanya anak akan malas sekolah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak..ais sepertinya blm connect sm gurunya...

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...