11.1.14

Mindset Saat Berkompetisi

Kompetisi alias lomba diperlukan untuk mengasah kemampuan dan ajang pembuktian diri. Tapi ga semua kompetisi berjalan sportif. Salah satu contoh nyata adalah keponakanku. Dia anak yang sangat pintar, bisa dibilang paling pintar di kelasnya. Tapi dia selalu kalah dibanding anak kepala sekolah. Kelihatan banget kalo kepala sekolah ngotot anaknya juara 1 terus. Alhamdulillah keponakanku ga mempermasalahkan hal ini. Kita aja yang orang dewasa malah greget. Kecil-kecil dah dizhalimi.

Yah, wajarlah kalau kita ingin selalu menang dalam segala kompetisi. Tapi jangan lupa, kompetisi sesungguhnya adalah mengalahkan diri sendiri. Melakukan tindakan tidak sportif demi juara sebenarnya adalah kemenangan semu. Artinya orang tersebut gagal mengalahkan diri sendiri. Orang seperti ini pasti capek banget. Hidupnya tegang, selalu takut tersaingi, dan selalu curiga(takut ketahuan juga kan kalo ga sportif?). Untungnya yang model gini Insya Allah ga banyak. Aku pribadi ikut berbagai kompetisi menulis dan penilaiannya sportif. Mudah-mudahan dengan maraknya buku psikologi anak yang mengajarkan untuk menerapkan pendidikan karakter(agama, tata krama) sedari dini, tidak membanding-bandingkan anak dan fokus pada kelebihan anak, Insya Allah yang model sogok menyogok demi juara ke laut aje.

Kompetisi melatih kita untuk tidak terpuruk saat gagal dan tidak sombong saat menang. Ada beberapa mindset yang harus dipegang teguh selama berkompetisi:

1. Di atas langit masih ada langit. Kita boleh juara kandang, kita boleh dielu-elukan banyak orang. Tapi jangan sombong. Masih ada langit di atas langit.

2. Ada yang lebih berhak. Terkadang, kita berharap lebih untuk menang dalam sebuah kompetisi. Kita pun merasa PD karya kita lolos seleksi. Eh, tak disangka juri tidak memilih karya kita. Pasti kecewa dong ya? Merasa diri ga mampu, bahkan down. Ato malah sebaliknya, merasa dunia tidak adil? Terus curiga kalo si pemenang itu curang? Padahal sih kadang bukan karena karya kita jelek, atau pemenang pake cara curang. Tapi namanya rezeki kan Allah yang atur. Pasti deh si pemenang lebih butuh hadiahnya daripada kita, ya kan?

3. Dekati pesaing kita. Percaya kan kalau rezeki orang menikah pasti bertambah? Nah. Kolaborasi dengan pesaing juga bagitu, kita bakal bisa menghasilkan karya yang lebih wow. Masing-masing bisa saling evaluasi dan mencontoh kelebihan pesaing. Memang sih ga semua orang senang kerja bersama. Tapi selama satu visi dan tujuan, pasti hasilnya luar biasa. Jangan pernah berpikiran untuk sekedar mendompleng nama pesaing, tapi berikan kontribusi sebesar-besarnya pada pesaing. Bukan ga mungkin nantinya bakal ada rezeki yang kita dapat lewat si pesaing.

4. Rumpi dan jelek-jelekin pesaing? Wih so last year! Hari gini masih pake cara-cara culas demi kemenangan? Yang ada kejelekan itu malah balik ke kita sendiri. Hii, aku mah ogah menyebarkan aura negatif gitu. Dijelek-jelekin apalagi sampai difitnah itu meyakitkan. Jadi ya jangan dilakukan. Kan, semua perbuatan pasti dibalas. Jadi lakukan hal-hal yang baik saja lah.

5. Royal berbagi pujian dan dukungan, selalu lihat hal positif dari para pesaing dan dukunglah dia. Percaya deh, pesaing akan membalas kita dengan pujian dan dukungan pula. Kalopun tidak, pasti akan ada orang lain yang melakukan hal ini untuk kita.

6. Jangan minder. Para pesohor  juga meraih kesuksesan setelah berani melawan rasa minder mereka. Ga ada tuh menyerah pada keadaan. Bukankah Thomas Alva Edison jadi penemu ulung, padahal masa kecilnya dia dicap bodoh bahkan idiot? Coba kalo dia tetep pertahanin keminderannya. Mungkin dunia tidak seterang sekarang..tsaah..


Oh indahnya kompetisi. Selain pengalaman, peningkatan kemampuan, dan menambah percaya diri, pastikan kompetisi juga memperkaya relasi dan pertemananmu. Kalo dari kompetisi malah dapet banyak musuh, berarti ru to the gi..RUGI!

1 komentar:

  1. Jalan-jalan di blog Mak Diba
    Good luck for Srikandi Blogger 2014 :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...