29.9.25

Kekuatan Percaya dan Usaha: Cerita layangan putus di Pantai Jungwok

Ini adalah refleksi dari kemping keempat kami di Pantai Jungwok. Nggak bosan kesini dan selalu ada cerita baru. Kali ini tidak sekedar cerita eksplorasi keindahan alam di kawasan pantai Jepitu, Girisubo, tapi sebuah refleksi kehidupan yang didapat dari semalam kemping. 

Anak wedok menikmati Pantai Jungwok

Pada kunjungan kali ini anak lanang bawa layangan untuk diterbangkan di kawasan pantai. awalnya susah buat terbang karena angin di Jungwok kurang stabil. Sampai akhirnya layangan itu berhasil terbang, aku langsung videokan dan saat Jelang Magrib bilang  "Le, apa mau diturunin dulu? Kan udah ibu videoin. Wis ada bukti nek layangan e iso muluk neng Jungwok"

Tapi anak lanang mau coba nerbangin layangannya semalaman. Ternyata pas malam anginnya tetap gak stabil bahkan cenderung kencang. Sampai akhirnya anak lanang menyadari kalau layangannya sudah gak ada. Spekulasi bermunculan, anak lanang ngira layangannya dicuri. Tapi kami sebagai orangtua yakin layangannya putus. Ya kali gelap gitu ada yang mau nyolong layangan. Akhirnya kami putuskan besok pagi coba cari layangannya. 

Anak lanang sempat gelisah gak bisa segera cari layangannya, tapi karena memang kondisi sangat gelap, justru bahaya kalau dipaksa cari sekarang. 

Pelajaran pertama: Bersabar dan selalu pakai logika dalam bertindak

Akhirnya, pagi menjelang, kami bergegas menaiki bukit untuk mencari layangan. Tapi sampai atas bukit tidak ada tanda-tanda layangan terhampar. Spekulasiku, misal terhampar, bisa saja sudah diberesin petani, karena perbukitannya dipenuhi tanaman pangan dan di sisi kanan ada ternak sapi. Anak lanang sudah menyerah cari. Tapi aku masih yakin bisa menemukan. Sampai mbatin, "Ya Allah, kalau sampai layangannya ketemu, aku mau nazar puasa sehari."

Aku hanya fokus layangannya ketemu aja dulu. Sambil menikmati pemandangan pantai dari atas bukit, ternyata bisa lihat pantai Wediombo dari atas situ. Tapi jalanannya mulai lebat belukar, saat itu posisi sendirian, tapi aku masih yakin layangannya jatuh di sekitar situ. 

Pelajaran kedua: Teruslah berusaha dan percaya Allah bantu

Ajaib! Tiba-tiba aku melihat seuntai kain panjang putih di cabang pohon. Aku berusaha mendekat untuk melihat, apakah itu layangan anak lanang, atau sekedar spanduk yang terjuntai. Agak sulit untuk mendekat karena belukar yang cukup tinggi dan aku takut kalau ternyata ada lubang yang tidak terlihat. Akhirnya aku foto seadanya. Dari foto kelihatan sambungan layangannya, jadi aku bisa pastikan itu layangan anak lanang. Alhamdulillah, Allah kabulkan doaku dalam hitungan menit. Di saat aku pasrah nggak mungkin melanjutkan pencarian karena medan perbukitan yang dipenuhi semak tinggi. 

Pelajaran ketiga: Berusaha maksimal itu harus. Tapi tetap mengukur kemampuan

Kalau nurutin ego, rasanya pengen ambil dan bawa layangan itu sendiri. Tapi aku sadar mendekat ke layangan itu saja aku ragu, kalau aku ilang di sini kan gak lucu. Akhirnya aku turun dan memberitahukan ke mereka. 

Rescue segera dilakukan, tapi ternyata aku agak lupa jalanku kesana. Di lain sisi, anak wedok nunggu di bawah sendiri karena udah capek. Akhirnya aku cuma kasih ancer-ancer ke mereka dan balik nemenin anak wedok. Dari situ aku ngerasa, tadi aku bisa ketemu layangannya bener2 karena dituntun Allah ya. Coba nggak, Jangan-jangan malah aku belum bisa keluar dari bukit ini. 

Alhamdulillah, layangan berhasil diturunkan dengan kolaborasi ayah dan anak. Ekornya ditinggal karena susah buat nuruninnya. 

Pelajaran keempat: Intropeksi diri sebelum menyalahkan orang lain. 

Saat itu anak lanang mengira ada yang curi layangannya. Padahal nggak mungkin ada orang sebodoh itu nyuri layangan gede. Mending nilep HP, wong di warung banyak yang nitip ngecas HP, kalau memang niat maling, mending maling itu. Ternyata memang layangannya putus. Anak lanang sudah ngiket talinya dengan benar, namun kurang mitigasi soal kekuatan tali layangannya. Sebuah pelajaran untuk penerbangan layangan selanjutnya.

Pelajaran kelima: Baiklah sama keluarga dan mereka yang memperhatikanmu. Kalau kamu ada masalah, merekalah yang akan bantu. 

Tanpa keyakinanku bisa menemukan layangan itu, adiknya yang gak rewel dan bersedia ditinggal buat cari layangan kakak, dan bantuan ayahnya untuk nurunin layangan adalah bukti bahwa keluarga adalah penyelamat kita. Ayahnya bahkan sampai sakit pinggang karena harus manjat pohon buat ambil layangannya, tapi ya gpp demi anak lanang. Semoga kita semua dipenuhi rasa cinta dan syukur ya. Peluk jauh buat para orang tua dan anak2 di dunia (sejatinya semua yang sudah punya anak pasti memerankan 2 hal ini kan?) 


0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung di lapak sederhana EDibaFREE. Komentar Anda akan sangat berarti buat kami...